Malam Panas
“Ugh, sialan! Kenapa kepalaku pusing sekali!”
Setelah melangkah dengan sempoyongan melewati koridor kamar hotel akibat pengaruh alkohol, wanita itu berdecak kala menemukan pintu kamarnya terkunci.
Kepalanya masih berdenyut hebat dan pandangannya mulai kabur. Sampai sesaat ia tidak bisa melihat jelas nomor kamar di hadapannya. Wanita itu hanya bisa menekan bel pintu kamar beberapa kali. Berharap ada yang membuka pintu.
“Ck, dasar Jeslyn bodoh. Sudah jelas tidak akan ada yang membuka pintu, di kamar ini hanya aku sendiri yang menempatinya,” gerutunya sambil merogoh tas tangannya mencari kunci di sana, sambil menyandarkan tubuhnya ke pintu agar tidak jatuh. Sebelum tiba-tiba pintunya terbuka dan tubuh Jeslyn yang tidak siap pun terhuyung masuk ke dalam.
“Akh!” pekik Jeslyn saat dia terjatuh ke dalam pelukan kokoh seseorang.
Sungguh, Jeslyn tidak bisa melihat apa pun. pandangannya sudah kabur, seperti layar yang penuh dengan kabut. Dia berusaha mengerutkan dahi, berusaha fokus, tapi semua yang dia lihat hanyalah bayangan samar. Wajah pria di depannya tampak seperti lukisan abstrak. Ada contur, ada warna, tapi tidak ada detail yang bisa dia tangkap. Hanya saat pria itu menggerakkan tangan, Jeslyn bisa sedikit melihat gerakannya. Dia merasa frustrasi, ingin sekali bisa memfokuskan pandangannya dan mengenali siapa yang ada di depannya, tapi sepertinya itu tidak memungkinkan saat ini.
“Ugh, kepalaku sakit sekali?” gumam Jeslyn yang masih tidak sadar dia berada di pelukan kokoh seseorang.
“Ck, apa kau mabuk?” terdengar suara berat dari pria yang masih menahan tubuh Jeslyn.
“Hm ... sepertinya aku minum terlalu banyak. Dan semua ini karena ulahmu!” tuduh Jeslyn menunjuk ke arah pria itu walau tidak tepat sasaran karena kepalanya yang pusing dan bayangan pria itu seakan ada banyak sekali.
“Ulahku?”
“Ya, semua ini karena ulahmu!” ucap Jeslyn dengan wajah memerah dan tatapan kabur. “Uh, sial. Kepalaku sakit sekali.”
“Aku akan mengantar ke kamarmu, kamu salah masuk kamar,” ucap pria itu dengan nada datar.
“Aku salah masuk kamar? Pantas saja tadi aku kesulitan membuka pintu,” ucap Jeslyn masih dengan suara parau.
Pria itu berusaha membawa Jeslyn untuk pergi ke kamarnya tetapi, sebelum pintu kamar terbuka, Jeslyn tiba-tiba saja mencengkeram kerah kemeja pria di depannya dengan kuat dan mendekatkan wajahnya pada pria itu.
“Dengarkan aku! kamu tidak boleh mencintai wanita lain. Dengar, hanya aku, hanya aku yang boleh kamu sukai dan cintai. Aku melarangmu untuk mencintai wanita lain, apa kamu dengar itu!” pekik Jeslyn penuh penekanan.
Pria itu tampak diam cukup lama, sebelum akhirnya menjawab pertanyaan Jeslyn.
“Bagaimana kalau aku menolak?” tanya suara berat dan serak itu.
“Aku akan membunuhmu!” ancam Jeslyn membuat pria itu terkekeh.
“Kenapa kamu tertawa. Aku serius! Aku akan membunuhmu, kalau kamu macam-macam!” ancam Jeslyn penuh ancaman.
Belum sempat pria itu menjawab, Jeslyn sudah berjinjit dan langsung membungkam bibirnya dengan cepat. Dia tahu bahwa momen ini sangat tepat dan tak mau lewatkan. Awalnya, Jeslyn cuma menempelkan bibirnya pelan, seperti mencuri sebuah ciuman di tengah keributan. Tapi pria itu, dengan tiba-tiba, menahan tengkuk Jeslyn, memberikan sedikit tekanan yang bikin suasana jadi lebih panas. Keduanya terjebak dalam momen manis yang nggak bisa mereka abaikan, seolah dunia di sekitar mereka menghilang seketika.
“Kamu beruntung, karena aku suka aromamu meski kamu sedang mabuk.”
Dan tanpa menunggu lama, pria itu membungkam bibir Jeslyn dengan penuh gai_rah dan Jeslyn pun membalasnya dengan intensitas yang sama. Aroma alkohol yang menguar dari napas keduanya pun membuat has_rat mereka membuncah tidak terkendali.
Tanpa melepaskan tautan bibir mereka, pria itu mendorong lembut tubuh Jeslyn hingga wanita itu terbaring di atas ranjang. Bibir dengan jambang tipis pria itu menyapa dan menggelitik kulit Jeslyn sampai wanita itu pun melengkungkan tubuhnya. Memberikan akses lebih pada pria itu untuk menjelajah tubuhnya.
Jeslyn tidak ingat apa yang terjadi dan bagaimana bisa berada di sini. Yang Jeslyn ingat, dia bersama tunangannya Jefrin menghadiri pesta penyambutan kedatangan Kakak tiri Jefrin yang telah lama berada di luar negeri.
Tetapi, Jeslyn diabaikan oleh Jefrin yang sibuk berbicara dan menyapa tamu lain yang merupakan kenalannya. Sampai Jeslyn melihat Jefrin keluar dari gedung pesta menuju taman bersama seorang wanita. Dan tanpa sengaja, Jeslyn melihat Jefrin sedang ber ciu man dengan wanita itu. Hati Jeslyn terluka, sampai tanpa sadar dia minum banyak sekali alkohol sampai dia mabuk.
Lamunan Jeslyn tersadar, saat gaun yang dikenakannya di robek paksa. Dan malam panas yang tidak disadarinya itu pun terjadi bersama pria asing yang wajahnya tidak bisa dilihat dengan jelas oleh Jeslyn.
“Ugh, sakit! Pelanlah sedikit. Kamu menyakitiku!” keluh Jeslyn saat merasakan sakit yang luar biasa di bagian bawahnya.
“Um? Ternyata ini pertama kalinya untukmu,” bisik pria itu.
“Ya, aku hanya ingin memberikannya padamu.”
“Baiklah. Karena kamu sudah mengatakan hal itu, aku akan melakukannya dengan sangat lembut dan membuatmu semakin mabuk kepayang,” bisiknya dan setelah itu rasa sakitpun hilang, berganti dengan kenikmatan yang baru pertama kali dirasakan oleh Jeslyn.
***
Suara dering ponsel mendadak membangunkan Jeslyn di pagi itu. Kepalanya masih berdenyut hebat karena sisa alkohol tadi malam, tetapi dering ponsel membuatnya harus membuka matanya secara paksa. Dia melihat sekitarnya dan asal dering ponsel dari dalam tas tangannya. Jeslyn mengambil ponselnya dan menerima panggilan itu.
“Halo .... “
“Jes, kamu ada di mana? Aku berkali-kali menghubungimu. Dan aku juga sudah mencarimu ke kamarmu, tapi kamu tidak ada di sana,” ucap pria dari seberang sana membuat Jeslyn mengernyitkan dahinya.
Jeslyn mengenal suara di seberang sana. Sampai membuat matanya terbuka lebar.
“Jefran?”
“Ya, ini aku. Kamu pikir siapa lagi, sebenarnya kamu ke mana, Jes?” tanya Jefran dari seberang sana.
“A-aku?”
Jeslyn berusaha mengingat jelas kejadian semalam, tapi dari tubuh polosnya, dia tahu kalau percintaan semalam bukanlah mimpi. Jeslyn pikir, yang menghabiskan malam bersamanya adalah Jefran.
“Kalau ini Jefran, lalu siapa pria yang bersamaku semalam?” batin Jeslyn.
Detak jantung Jeslyn pun langsung berdetak tidak karuan. Ada yang aneh dengan semua ini, dengan cepat, Jeslyn menoleh ke sisinya, dan di saat itu juga seolah dunia telah runtuh dan menimpanya saat melihat pria yang tidur di sampingnya adalah Leonel Orion Clovis. Kakak tiri dari Jefrin Clovis, tokoh utama di pesta semalam.
“Ba-bagaimana mungkin?” pekiknya dalam hati sambil menutup mulutnya sendiri.
Tubuh Jeslyn gemetar melihat Leonel yang masih terlelap untuk sesaat, sampai dia memutuskan untuk segera melarikan diri dari sana dan berharap Leonel tidak akan mengingat apa yang terjadi semalam, walau kemungkinan itu sangat mustahil.
Jeslyn menggerutu karena gaun yang dikenakannya semalam telah robek oleh Leonel dan tidak bisa dikenakan lagi.
“Sangat tidak sabaran, apa dia harus merusak gaun seharga 10000 dollar?” keluhnya dan bergegas memungut kemeja milik Leonel.
Setelah mengenakan kemeja Leonel, Jeslyn segera memungut tas tangan dan sepatunya. Dia beranjak menuju pintu, tetapi sebelum keluar dari kamar itu, Jeslyn kembali menoleh ke arah Leonel yang masih terlelap di atas ranjang.
“Aku harap kamu tidak ingat dan melupakan malam ini. Bagaimana pun, aku adalah adik iparmu,” gumam Jeslyn dan langsung pergi dari kamar tersebut.
***