Rayuan beracun

428 Kata
BAB 10 – RAYUAN BERACUN Exelina berdiri tegak, menjaga ekspresinya tetap netral meskipun perasaannya tidak nyaman. Liam Devereaux berjalan mendekat, langkahnya santai tapi penuh kendali. "Kau tidak menjawab pertanyaanku," ujar Exelina, menatapnya tajam. "Apa yang kau lakukan di sini?" Liam menyandarkan diri pada meja desainnya, menelusuri sketsa gaun yang sedang dikerjakannya dengan jemarinya. "Aku penasaran," katanya pelan. "Apa yang membuat Grayson begitu tergila-gila padamu?" Exelina mengangkat dagunya. "Mungkin karena aku bukan tipe wanita yang bisa kau permainkan, Liam." Liam tersenyum, tapi tatapan matanya tetap dingin. "Aku suka wanita yang percaya diri. Tapi percaya dirimu bisa menjadi pedang bermata dua, Exelina." Exelina menyilangkan tangan di d**a. "Dan apa maksudmu dengan itu?" Liam berjalan mendekat, jarak mereka hanya tinggal beberapa inci. "Jika kau terlalu menantang Grayson, dia akan semakin mengikatmu. Tapi jika kau terlalu menantangku…" Ia menelusuri garis rahangnya dengan ujung jarinya, membuat Exelina merinding. "Aku mungkin akan mengambilmu untuk diriku sendiri." Exelina menepis tangannya dengan kasar. "Jangan sentuh aku." Liam tertawa pelan. "Oh, kau benar-benar menarik." Sebelum Exelina bisa mengatakan apa pun, suara langkah kaki terdengar di luar ruangan. Pintu tiba-tiba terbuka, dan berdirilah Grayson Walker dengan wajah gelap penuh amarah. Matanya langsung terkunci pada Liam, kemudian beralih ke Exelina yang terlihat tegang. "Apa yang kau lakukan di sini, Liam?" suara Grayson dalam dan berbahaya. Liam tersenyum santai, seolah tak terganggu oleh kemarahan yang jelas terpancar dari Grayson. "Aku hanya mengunjungi tunanganmu. Kami baru saja mengobrol." Grayson melangkah masuk, menutup pintu di belakangnya dengan keras. "Aku tidak ingat memberimu izin untuk mendekatinya." Liam menatapnya dengan tatapan penuh tantangan. "Sejak kapan aku butuh izin darimu, Walker?" Ketegangan di ruangan itu begitu pekat. Exelina bisa merasakan bahwa ini bukan sekadar persaingan biasa. Grayson berjalan ke arahnya dan menarik Exelina ke dalam pelukannya, menunjukkan klaimnya dengan sangat jelas. "Dia milikku, Liam. Jika kau menyentuhnya lagi, aku akan memastikan kau tidak bisa menggunakan tanganmu lagi." Liam hanya tersenyum tipis, lalu menatap Exelina dengan sorot mata yang sulit diartikan. "Aku harap kita bisa bertemu lagi, Exelina." Dengan santai, ia melangkah keluar dari ruangan, meninggalkan Exelina dan Grayson dalam keheningan yang menegangkan. Grayson berbalik dan menatapnya dengan rahang mengatup keras. "Aku sudah memperingatkanmu." Exelina mendesah, mencoba menjauh darinya, tapi Grayson mencengkeram pinggangnya lebih erat. "Aku tidak mengundangnya, Grayson." "Tapi kau juga tidak menolaknya dengan cukup keras." Mata Exelina menyala marah. "Jangan pernah berpikir aku menikmati kehadirannya!" Grayson menatapnya dalam, lalu tiba-tiba menunduk, membisikkan sesuatu di telinganya. "Aku tidak akan membiarkan siapa pun mengambil yang menjadi milikku, Nonaku." Sebuah peringatan. Atau mungkin sebuah janji. Dan Exelina tahu, pertarungan ini baru saja dimulai. --- TO BE CONTINUED…
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN