CBL-9

2545 Kata
"Kenapa ini bisa terjadi!!!" Bentak Frans murka. Andrew dan Raisa yang baru saja menuruni anak tangga dan sampai di ruang tamu, keduanya langsung mendapati ruangan itu dalam keadaan tidak baik. Di sana terlihat Frans sedang berdiri di hadapan beberapa anak buahnya yang berbaju hitam dengan tatapan menghunus, bahkan para anak buahnya itu sampai menunduk tak berani menatap wajah Frans. Sementara Zack yang berdiri satu meter di belakang Frans, lelaki itu nampak tengah berpikir keras. Seraya masih menggenggam erat tangan Raisa dan membawanya, Andrew berjalan mendekati Zack. "Apa yang terjadi?" Tanya Andrew. Zack menoleh. "Ada penyelundup." Andrew terdiam mendengar itu. Namun sorot matanya mulai menajam. Sementara Raisa yang mendengar jawaban Zack, ia pun semakin dibuat takut. Ternyata benar, sesuatu yang ia lihat tadi dari atas kaca balkon kamarnya, itu adalah penyelundup. "Jawab pertanyaanku!! Bagaimana bisa ada penyelundup melemparkan sesuatu ke halaman rumahku?!" Frans kembali membentak dengan sangat murka. "Maaf tuan, ini saya membawa sesuatu." Belum sempat salah satu anak buah Frans menjawab, tiba-tiba datang seorang anak buah Frans lainnya dari luar rumah seraya membawa sebuah kotak hitam yang tadi sempat Raisa lihat. "Bawa kemari!!" Perintah Frans tajam. Anak buah itu pun langsung menaruh kotak itu di meja yang berada di hadapan Frans. Andrew dan Zack yang penasaran dengan kotak hitam itu, mereka pun memutuskan untuk menghampirinya. Tak lupa dengan Andrew yang juga masih menggenggam erat tangan Raisa. "Kotak apa itu?" Tanya Andrew. Frans menoleh Andrew sekilas yang kini sudah berdiri di sampingnya. "Sudah kau cek?" Tanya Frans tajam pada anak buahnya tanpa mempedulikan pertanyaan Andrew. Anak buah Frans yang bernama Ted itu pun mengangguk. "Iya tuan." "Apa isinya? Apa itu sebuah bom?" "Tidak tuan, itu bukan alat berbahaya. Sepertinya di sana ada sebuah tanda dari musuh." Sorot mata Zack menajam mendengar itu. "Apa maksudmu?" "Sepertinya ini sebuah ancaman atau mungkin peringatan," jawab Ted takut-takut. Frans menghela nafasnya sebelum meraih dan membuka kotak hitam tersebut. Apa ini? Mata Frans memicing menatap sesuatu yang berada di dalam kotam hitam itu, ia merasa bingung karena ia melihat di sana ada sebuah foto manusia yang tidak ia kenal. "Apa isinya Frans?" Tanya Andrew penasaran. Zack yang berdiri di samping Andrew, ia hanya bisa terdiam dengan perasaan yang sama. Penasaran. Tanpa menjawab pertanyaan Andrew, Frans pun mengeluarkan foto itu dari dalam kotak dan semakin menatap intens foto tersebut. Sedangkan Andrew dan Zack yang melihat Frans meraih selembar foto itu, keduanya semakin dibuat penasaran dan bingung. "Apa itu?" Tanya Zack karena Frans terus terdiam sebari terus menatap foto tersebut. Frans mulai menoleh Zack dan Andrew yang berdiri di hadapannya. Tak lupa dengan Raisa yang juga berdiri di sebelah kanan Andrew dengan eskpresi wajah takut, bingung, dan penasaran menjadi satu. "Aku tidak mengenalnya, barangkali kau mengenalnya." Ucap Frans seraya menyerahkan selembar foto itu pada Zack, yang langsung diambil oleh Zack. Tepat setelah melihat jelas apa yang berada di foto tersebut, seketika mata Zack membulat dan terlihat terkejut dengan apa yang baru saja ia lihat. "Foto apa itu, Zack?" Tanya Andrew yang semakin penasaran. Apalagi setelah melihat ekspresi Zack saat ini. Zack tidak langsung menjawab. Melainkan malah melirik ke arah Raisa dengan tatapan yang sulit untuk diartikan. Andrew yang melihat tatapan Zack mengarah pada Raisa, ia mulai merasa geram dan khawatir karena tidak kunjung mendapat jawaban dari rasa penasarannya saat ini. "Ada apa Zack?" Tanya Andrew tak sabaran. Zack menatap Andrew sebelum kembali menatap selembar foto yang masih ia pegang. "Kau mengenalnya?" Tanya Frans yang merasa curiga dengan gelagat Zack. Sepertinya Zack mengenali orang yang berada difoto tersebut. Batin Frans. Karena tak kunjung mendapat jawaban, dengan maju dua langkah untuk mendekati Zack. Andrew pun langsung merebut kasar selembar foto yang Zack pegang. Bahkan tanpa sadar, saat itu Andrew melepaskan genggaman tangannya pada Raisa yang masih setia berdiri di tempatnya. Setelah berhasil mendapatkan foto yang dipegang Zack, Andrew pun langsung melihat isi foto tersebut dan betapa terkejutnya Andrew saat melihat sesuatu yang berada difoto itu. Tidak mungkin! Secara spontan, di dalam hati Andrew berteriak seperti itu. Andrew langsung menatap Zack dengan tatapan yang sama, sulit untuk diartikan. Namun yang jelas disana, dalam sorot mata Andrew nampak jelas sebuah kesedihan dan kemurkaan di dalamnya. Zack bisa melihat itu. Ya, dalam foto itu terdapat foto sepasang suami-istri yang tentu oleh Andrew dan Zack kenali, tapi tidak dengan Frans. Sepasang suami-istri disana tak lain adalah paman dan bibi Raisa yang sempat bertemu saat di acara penikahan Andrew dan Raisa beberapa waktu lalu. Yang membuat Andrew dan Zack terkejut bukan karena mengetahui siapa yang berada di foto tersebut, melainkan karena melihat kondisi mengenaskan paman dan bibi Raisa yang ternyata di dalam foto itu adalah foto dimana keduanya telah meninggal dengan luka tembak di kepala mereka. Tak lupa dengan darah-darah yang terlihat jelas di foto itu yang menguatkan bahwa memang keduanya telah tewas ditembak. Andrew merasa sangat sedih dan murka setelah melihat foto itu, namun sekuat mungkin ia mencoba untuk menutupinya agar Raisa tidak curiga. Oh ayolah, apa yang akan Andrew katakan soal ini nanti kepada istrinya itu? Tentu, Raisa akan merasa terpuruk dan sangat sedih jika mengetahui apa yang sudah terjadi pada paman dan bibinya. Terlebih saat akan pergi ke California Raisa tidak Andrew izinkan untuk bertemu dengan paman dan bibinya, sudah pasti Raisa akan terluka dan sedih sedalam-dalamnya. Atau bahkan bisa kecewa terhadap Andrew karena telah melarangnya bertemu waktu hendak pergi ke California beberapa waktu lalu. Andrew yakin, ini pasti ulah musuhnya yang ingin membuatnya semakin menderita. Andrew tidak terima dengan semua ini. Siapapun pelakunya, ia harus Andrew bantai sampai tak tersisa. "Kalian mengenalnya?" Tanya Frans heran yang melihat kedua saudaranya terdiam setelah melihat foto tersebut. "Ini hanya sebuah ancaman biasa. Tidak usah diambil pusing!" Kata Andrew tegas, menutupi kebenaran yang ada di hadapan Raisa yang saat ini tengah berdiri di belakangnya. "Cepat buang itu," Andrew memerintah anak buah Frans untuk membuang kotak yang berisi foto tadi yang sudah Andrew masukan kembali ke dalam kotak hitam tersebut. Tanpa banyak ocehan, anak buah Frans pun menuruti perintah Andrew. Bahkan semua anak buah Frans sudah melegang pergi setelah Frans memberi kode pergi melalui gerak matanya kepada para anak buahnya. Andrew terdiam menatap Raisa yang masih berdiri terdiam dalam kebingungan. Entahlah, yang jelas Andrew merasa tidak tahu harus bagaimana mengungkapkan semua kebenarannya kepada istrinya itu. "Ikutlah denganku!" Andrew menarik tangan Raisa untuk ikut dengannya ke lantai dua, yang tak lain menuju ke kamar mereka. Sementara itu, Zack yang melihat kepergian Andrew, ia mulai merasa gelisah juga sedih dengan keadaan saat ini. "Sebenarnya siapa dua orang yang tertembak yang berada difoto tadi?" Atensi Zack teralihkan setelah mendengar suara Frans yang bertanya kepadanya. Saat ini Frans masih setia berdiri di samping Zack dengan jarak satu meter darinya. Zack menoleh Frans. "Mereka adalah paman dan bibi Raisa." Frans sedikit membulatkan kedua matanya mendengar itu. Lelaki itu nampak cukup terkejut dengan kebenaran ini. "Andrew pasti tidak akan memberitahu dulu soal ini kepada Raisa," Frans menatap Zack heran. "Kenapa begitu? Bukankah wanita itu tetap harus tahu?" "Ya, tapi tidak sekarang." Timpa Zack cepat. Frans terdiam. "Raisa adalah anak sebatang kara, kedua orangtuanya sudah meninggal. Dan bila ia mengetahui keadaan paman dan bibinya yang saat ini sudah meninggal, belum lagi dengan cara yang mengenaskan. Sudah bisa dipastikan.. Raisa akan sedih dan terpuruk, dan Andrew tidak akan membiarkan itu terjadi." Seloroh Zack. "Lalu kalian akan menyembunyikan kebenaran ini sampai kapan? Cepat atau lambat wanita itu harus tahu dan pasti akan tahu." Kata Frans. Zack terdiam mendengar itu. "Ku harap kalian akan memberitahunya secepatnya, sebelum wanita itu tau dari luar dan akan membuatnya kecewa." Frans melegang pergi meninggalkan Zack setelah mengucapkan kalimat yang membuat Zack terdiam. .......... "Sebenarnya apa yang terjadi, Drew?" Sudah kesekian kalinya Raisa bertanya kepada suaminya itu, namun tetap saja ia tidak mendapatkan jawaban apapun selain raut wajah Andrew yang semakin sulit terbaca. "Huhh.." Andrew membuang nafasnya kasar sebelum beralih menatap Raisa yang duduk di sampingnya. Saat itu setelah dari lantai bawah, Andrew langsung membawa Raisa ke lantai atas, tepatnya ke kamar mereka. Dan setelah sampai di sana, Andrew membawa Raisa untuk duduk di sisi depan ranjang keduanya. Andrew menatap wajah Raisa intens, sementara Raisa yang ditatap demikian, ia malah terlihat salah tingkah. "Kenapa?" Tanya Raisa karena Andrew tak kunjung mengeluarkan suara selain terus menatap dirinya. "Bolehkah aku meminta sesuatu?" Deg. Rasanya jantung Raisa seperti berhenti berdetak mendengar pertanyaan Andrew yang satu ini. Pikirannya langsung sensitif kemana-mana. "Apa?" Andrew masih menatap Raisa. "Bolehkah aku memelukmu?" Tanya Andrew tanpa beban. Pertanyaan ini meluncur dengan lancar begitu saja dari bibirnya. Raisa mengerjapkan kedua matanya dua kali setelah mendengar pertanyaan suaminya itu. Memeluk? Apa aku tidak salah dengar? "Boleh?" Tanya Andrew sekali lagi karena Raisa tak kunjung menjawab. Raisa kembali menfokuskan pandangannya pada Andrew yang masih menatap dirinya. "Mmm," Raisa mengangguk. "Boleh." Tanpa menunggu lama setelah mendapat jawaban itu, Andrew langsung memeluk tubuh Raisa. Bahkan kini dagu Andrew sudah berada tepat di atas pundak kanan Raisa. Tentu, hal itu membuat detak jantung Raisa semakin berdetak kencang tanpa bisa ia kendalikan. Apakah ini rasanya dipeluk oleh seorang suami? Di sisi lain, lain halnya dengan Raisa yang sedang merasakan detak jantung yang berdetak kencang. Saat itu Andrew justru malah sedang butuh ketenangan atas apa yang sudah terjadi. Andrew merasa sedih, marah, kecewa, dan kesal dalam waktu bersamaan setelah mengetahui fakta kematian paman dam bibi istrinya yang mengenaskan. Amdrew bingung, apa yang harus ia lakukan setelah ini? Bagaimana bila istrinya sewaktu-waktu ingin bertemu atau menanyakan soal paman dan bibinya kepada dirinya? Yaa Tuhan.. cobaan macam apa ini? Andrew memejamkan kedua matanya sebari masih setia memeluk tubuh Raisa, dan menaruh dagunya di pundak istri tercintanya itu. "Maafkan aku," gumam Andrew amat lirih namun tak sampai ke telinga Raisa. .......... "Benar tuan, ini semua memang ulah Xander dan Janson." Mendengar itu Andrew pun langsung mengepal erat kedua telapak tangannya hingga urat-urat tangannya tercetak jelas. Setelah sibuk menenangkan dirinya dengan ditemani oleh Raisa, akhirnya Andrew kembali keluar dari kamarnya dan pergi menemui Zack beserta anak-anak buahnya untuk membicarakan perihal pembunuhan yang terjadi pada paman dan bibi Raisa. "Bagaimana itu bisa terjadi!! Kemana kalian saat kejadian itu terjadi?!" Bentak Andrew murka. Semua anak buah Andrew berdiri teridam sebari menunduk di hadapan bosnya yang saat ini tengah marah. "Apa kalian tuli?!" Bentak Andrew lagi. "Ma-maaf tuan, izin menjawab." Ucap salah satu anak buat Andrew dengan nada sedikit terbata. "Apa?" Timpa Andrew tajam. "Se-sebenarnya.. saat itu.. saat kami sudah diberi perintah untuk menjaga dan mengawasi keselamatan keluarga paman dan bibi istrinya tuan, kami sudah melakukan perintah itu dengan baik.. hanya saja—" "Hanya saja apa?! Jika kalian sudah menjalankannya dengan baik, tidak mungkin hal ini bisa terjadi!!" Bentak Andrew semakin berang. Anak buah Andrew itu nampak menelah ludah karena merasa gugup dan cukup takut dengan kondisi saat ini. "Maafkan kami tuan," ucap anak buah Andrew mewakilkan semuanya. Andrew yang berdiri di sana pun, tepat setelah mendengar kata maaf itu. Ia langsung menyugar rambutnya frustasi. "Aarrgghh!!" "Bagaimana jasad keduanya, apa kau sudah mengurusnya?" Tanya Zack kepada anak buah Andrew. Sejak tadi Zack hanya berdiri diam di samping Andrew. Anak buah Andrew yang bernama Harison itu melirik ke arah bosnya sejenak sebelum menatap Zack yang bertanya padanya. "Sudah, kami sudah mengurusnya. Bahkan sudah kami kuburkan dan bersihkan segala jejak kriminal di sana." Jawab Harison. "Aku tidak akan mengampuni biadap itu!!" Geram Andrew tajam. Biadap yang ia maksud adalah Xander dan Janson. "Cari tahu motif dan tujuan mereka dalam pembunuhan ini, jangan sampai lengah lagi. Kalian paham!!" Perintah Zack dengan tajam pada semua anak buah Andrew. Semua anak buah Andrew pun mengangguk mendengar perintah bernada tajam itu. "Kalian boleh pergi!!" Usir Zack. "Apa yang harus aku katakan padanya, Zack? Bagaimana bila ia menanyakan soal paman dan bibinya padaku?!" Setelah semua anak buahnya keluar dari ruang rahasia itu, Andrew pun langsung mendudukan dirinya di sofa yang berada di sana. Sebari mengusap wajahnya kasar menggunakan kedua telapak tangannya, Andrew berbicara tertahan layaknya orang yang frustasi. Zack menoleh ke arah Andrew dengan tatapan yang sulit terbaca. Sungguh, dirinya pun merasa bingung dan sedih dengan kejadian yang tidak terduga ini. Belum lagi bila Raisa mengetahui hal ini nanti, sudah pasti gadis itu akan sangat sedih, bahkan bisa saja sampai terpuruk, mengingat paman dan bibinya adalah satu-satunya keluarga yang masih ia punya sejak meninggalnya kedua orangtuanya. Ceklek.. Seketika atensi Andrew dan Zack beralih pada pintu masuk ruangan rahasia keluarga Kendrick yang tiba-tiba terbuka dan menampakkan sosok lelaki yang sama sekali malas untuk Andrew lihat. "Untuk apa kau kemari?" Tanya Andrew tajam. Frans menaikkan kedua alisnya heran mendapat pertanyaan Andrew yang tajam kepadanya. Ya, lelaki yang datang itu adalah Frans. "Hei, apa kau lupa bahwa saat ini kau masih berada di rumahku?" Tanya Frans angkuh. Karena malas berdebat dengan Frans, Andrew pun mengalihkan pandangannya ke arah lain. Andrew tidak ingin menatap wajah saudaranya yang sekaligus juga adalah musuhnya. Frans tersenyum miring melihat gelagat Andrew saat ini. "Aku tahu apa yang terjadi," Zack menatap Frans dengan penuh selidik. "Apa maksudmu?" Frans menoleh Zack sejenak sebelum kembali memfokuskan pandangannya kepada Andrew yang masih setia duduk di sofa dengan wajah frustasi. "Tentang pembunuhan paman dan bibinya Raisa yang disebabkan oleh Xander dan tangan kanannya itu." "Tutup mulutmu!!" Timpa Andrew sarkastik yang kini sudah beranjak dari duduknya dan berdiri menghadap Frans. Frans semakin tersenyum miring, khas menunjukkan smirknya. "Aku tahu kau senang dengan semua yang terjadi saat ini bukan?" Kata Andrew sarat ketajaman. Zack terdiam melihat kedua saudaranya yang akan kembali mulai beradu mulut. "Senang?" Frans menatap Andrew heran. Tidak, tepatnya berpura-pura terheran dan hal itu semakin membuat Andrew geram. "Untuk apa aku senang dengan semua ini?" Tanya Frans seolah tidak mengerti. Andrew tak bergeming. Namun ia mulai kembali mengepal kedua telapak tangannya. "Aku memang senang melihatmu frustasi seperti ini, tapi.. aku tidak senang bila ada manusia yang tidak bersalah mati terbunuh seperti itu." Kata Frans yang membuat Andrew menatapnya curiga. "Apa maksudmu?" Frans tersenyum misterius seraya berjalan ke arah meja yang berada di ruangan rahasia itu, lalu duduk di atasnya sebelum menjawab pertanyaan Andrew. "Apa yang akan kau lakukan terhadap Xander dan tangan kanannya itu setelah pembunuhan ini?" Zack melihat ke arah Andrew sejenak yang masih berdiri diam sebari menatap Frans dengan penuh selidik dan ketajaman. "Jika kau ingin balas dendam, apa aku perlu ikut turun tangan untuk membantu kalian?" Tawar Frans dengan nada angkuhnya. "Aku tidak membutuhkan bantuanmu!!" Tolak Andrew cepat. "Saat ini aku akan pergi dari rumahmu!!" Frans yang mendengar sebuah fakta yang baru ia ketahui, ia langsung turun dari duduknya di atas meja dan berjalan dua langkah menghadap Andrew. "Kau akan pindah dari rumahku sekarang?" Tanya Frans serius. Melihat reaksi itu, Andrew tersenyum miring. "Ya, aku sama sekali tidak butuh bantuan dari seseorang yang menginginkan kehancuran yang sama, yang akan menimpa diriku." Frans terdiam. Namun kali ini ia menatap Andrew tidak suka. "Jika kau senang dengan apa yang terjadi saat ini, silahkan saja kau nikmati!!" Frans berdiri diam sebari menahan segala emosinya setelah Andrew berkata demikian sebelum lelaki itu melegang pergi dari hadapannya. "Aku tidak tahu kapan kalian akan menghentikan semua permusuhan ini, namun yang jelas pikirkanlah persaudaraan kita sekali saja Frans. Andrew itu sebenarnya baik jika kau ingin tahu, kalian masih bisa berdamai asalkan melupakan semua kedudukan permafiaan kalian." Zack langsung melegang pergi mengikuti Andrew setelah meninggalkan sebuah pesan penuh penekanan itu kepada Frans. Sungguh, dalam benak Zack yang sebenarnya ia sangat ingin kedua saudaranya ini kembali berdamai. Karena bagaimana pun juga, darah Kendrick tetap mengalir di dalam keduanya, dan tidak sepatutnya mereka bermusuhan hanya karena memperbutkan kedudukan permafiaan.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN