Holiday

1002 Kata
Robert pulang ketika sudah merasa tenang. Ia bilang tidak akan datang ke klub dulu malam ini dan akan mengunjungi temannya dari Jepang yang sedang berlibur di Bali. Robert pernah menjadi guide tour mereka dan berakhir menjalin pertemanan. Sashi sempat diajak untuk diperkenalkan kepada mereka, namun Sashi menolak karena ia akan menemui ibunya Jeff untuk menepati janji membuatkan rujak. "Yailah, sepele banget rujak doang kan bisa besok," ujar Robert tadi. "Ya tetep aja ga enak, lagian tadi pas mau pergi banget ke restoran, gue tiba-tiba kabur gitu aja saking paniknya." Kini Sashi berada di restoran, meminta izin kepada Chef Reno yang ada di sana untuk membuat huzaren sla. Ketika melewati pondok depan, ia tidak melihat keberadaan ibunya Jeff di luar. Sashi hendak mengajaknya untuk membuat rujak, namun ia takut mengganggu. Jadi ia memutuskan untuk membuzat huzarensla yang pernah ia janjikan kemarin. Tidak membutuhkan waktu lama untuk membuat salad khas dari negeri Belanda tersebut. Setelah ia selesai, salad itu ia masukkan kulkas dan menitipkan pesan pada Chef Reno jika orangtuanya Jeff makan malam, harap dessert tersebut dihidangkan. "Kalo ada lebihnya bisa dikasihin ke Mas Franky, Bu Putu, Wayan, atau siapa aja yang mau, ya." "Siaaap. Ini saya boleh nyicip juga, ga?" tanya Chef Reno yang sedang mengeluarkan daging yang baru saja dimarinated. "Boleh, dooong... sekalian nilai bikinan aku." "Sip sipp, nanti saya cobain pas selesai ini." "Oke, Chef! Kalo gitu aku pamit ke pondok dulu, ya. Makasih lo udah diizinin ngacak-ngacak dapurnya lagi." "My pleasure!" Janji adalah utang. Sashi selalu merasa tidak nyaman jika belum menepatinya. Kini ia sudah merasa lega dan akan menghabiskan waktu dengan rebahan. Ia perlu membersihkan badan terlebih dahulu, lalu memilih film di Netflix. Sepertinya untuk makan malam, ia tidak akan turun ke bawah. Lebih baik minta diantarkan salmon bakar madu, kentang goreng dan segelas jus melon. Ia juga akan membuka jendela lebar-lebar untuk membiarkan udara segar masuk, alih-alih menyalakan AC. Hal ini bisa menjadi salah satu cara healing untuk Sashi. Ia seorang ambivert yang kadang memerlukan waktu sendiri, tapi juga suka berkumpul dengan teman-temannya untuk merecharge energi. Karena di sini tidak ada teman untuk diajak ngobrol, maka Sashi harus pandai-pandai menghibur diri. Ia harus berusaha mengosongkan pikiran, dan memenuhi dirinya dengan positive vibes. Setelah selesai mandi dan memakai beberapa produk wewangian baru, Sashi mengenakan pakaian tidur berbahan satin yang dingin dan lembut. Ia juga sudah memesan makan malamnya dan minta diantarkan pada waiters. Jam sudah menunjukkan pukul tujuh malam. Waktu masih panjang. Untuk memastikan supaya orang tidak mencarinya atau bertanya-tanya tentang keberadaannya, Sashi mengirim pesan kepada Wayan untuk disampaikan kepada Bu Putu. [Yan, tolong bilang sama Ibu, Kakak malam ini mau istirahat lebih cepet. Udah pesen makan malam juga dianterin ke pondok. Kalo ada yang nanyain, bilang aja kakak lagi rest, ya.] Sashi pun mematikan ponselnya. Lima belas menit kemudian, makanan datang dan ia menikmatinya pelan-pelan. Ia ingin menyerap semua kenikmatan yang bisa ia rasakan. Setelah itu, Sashi pun merebahkan diri di atas kasur setelah perutnya merasa puas. Ia sudah memilih satu film komedi yang banyak direkomendasikan. Hanya itu yang akan ia lakukan sepanjang malam hingga jatuh tertidur. *** Noni sudah mengepak barang yang ia perlukan selama di Bali. Ia juga sudah mengerjakan beberapa tugas dan akan mengerjakan sisanya secara mobile. Semua meeting sudah selesai, take vokal sudah beres, Jio dan Revo hanya tinggal memastering. Merke akan merekam videonya setelah Noni pulang berlibur. "Lo kenapa harus milih ke Bali? Ga ke tempat lain gitu?" tanya Emil ketika ia membawakan sate dan segelas teh manis untuk Noni. "Yaa... lagi pengen ke sana aja. Kemaren kan kita kurang nikmatin liburannya gara-gara masalah Jio sama Renata. Jadi gue pengen ulang aja." "Maksud gue, lo ga trauma? Gue sih pasti bakalan sedih kalo milih libuarn di Bali. Bukannya happy malah mewek kalo keingetan Sashi." Noni tertawa kecil. "Cengeng amat sih lo. Sashi bisa ketawa kalo denger lo ngomong gitu." "Bagus deh kalo lu udah nerima, udah kuat. Asal jangan pas balik nanti lo malahan makin mellow. Pokoknya lo pulang dari Bali harus ngehasilin positif energi, karena jadwal lo nunggu banget." "Oke, Pak Bos. Gue yakin pulang dari sana bakalan lebih rileks kepala gue." Noni meresleting kopernya setelah yakin tidak ada yang tertinggal. "Eh by the way, makasih sate padangnya. Tahu aja gue lagi ngidam ini." "Sama-sama." Noni menyelonjorkan kaki di atas karpet berbulu, lalu bersandar ke tempat tidur untuk menikmati makan malamnya. Ia yakin akan pulang dari Bali dengan bahagia karena telah melepas rindu dengan Sashi. Banyak yang sudah ia rencanakan di sana untuk bersenang-senang. Setidaknya bayangan Wiggy di kepalanya bisa terusir. Noni sedang menggigit sate keduanya ketika seseorang datang. Ternyata Wiggy, membawa paket berwarna cokelat yang dihiasi banyak lakban berwarna merah bertuliskan 'FRAGILE' untuk Noni. "Non, gue lupa tadi sore ada paket buat lo." "Oh, dari siapa?" "Barang endorse sih kayaknya," jawab Wiggy sambil memasuki kamar. Akhir-akhir ini, Noni memang banyak ditawari endorse. Bahkan Jio dan Revo pun ditawari menjadi endorser untuk sepatu atau hoodie. Tidak hanya Wiggy dan Renata saja yang memang merupakan talent untuk produk endorse. Semakin hari fans House of Skills semakin banyak. Seluruh kru mulai tersorot, hingga Noni yakin Emil pun akan ditawari endorse. Noni menyimpan piring satenya untuk mengambil cutter dan membuka paket tersebut. Ternyata benar, itu adalah paket skin care kenamaan yang minggu lalu menawari Noni sebagai salah satu endorsernya. "Oh iya bener. Makasih ya, Gy." "Lo beneran mau ke Bali?" tanya Wiggy setelah melihat dua koper yang masih tergeletak di lantai. "Bener lah, kan besok perginy," jawab Noni. "Gy, gue mau minta maaf soal kemaren. Gue beneran ga enak udah sok ngatur lo padahal gue bukan siapa-siapa lo. Sorry, ya." "Ga perlu minta maaf, gue tahu maksud lo, kok. Gue juga malah sadar sama kebiasaan gue yang itu. Emang kayak orang yang ga punya pendirian." "Nooo... lo nggak gitu. Jujur aja, gue kemaren kesel karena kelakuan Dixie. Lo tahu gue ga suka sama cewek itu karena orangnya nyebelin. Jadi gue lampiasin ke lo." WIggy tersenyum miring. "Iya, gue tahu." Noni melongo. ia berharap Wiggy tidak berpikir bahwa pria itu tahu bahwa Noni cemburu pada Dixie.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN