Sashi memang tidak mengenal Bella. Namun dari semua cerita yang ia dengar melalui Robert, muncul empati yang sangat besar bagi wanita tersebut. Setelah menelepon Robert barusan, Sashi hanya terduduk lemas di sofa. Ia sungguh berharap bahwa dugaannya salah. Robert mengatakan akan kembali lagi untuk memastikan dugaan tersebut dengan mendatangi restoran yang Sashi datangi dulu.
Sashi pun kembali ke depan untuk menunggu Robert kembali dan harus meminta maaf kepada ibunya Jeff bahwa rencana untuk membuat rujak mungkin harus ditunda dulu.
"Sash, ada masalah?" tanya ibunya Jeff ketika Sashi kembali. Jeff dan Franky pun masih berada di situ.
"Iya, Tante. Aku tiba-tiba keingetan ada hal yang urgent banget harus segera diurus. Tante, gapapa kan kalo bikin rujaknya setelah aku pulang lagi? Kayaknya ga akan lama juga kok aku pergi, cuman ada hal yang ahrus aku pastiin aja."
"Oh ya gapapa dong, prioritasin dulu yang lebih penting. Rujak sih gampang, kapan aja bisa," jawab ibunya Jeff. "Emang kamu mau pergi ke mana, sama siapa?"
"Aku pergi sama Robert, yang tadi. BEntar lagi dia mau balik, kami mau ke restoran tempat aku kehilangan tas yang dulu."
Mendengar itu, Jeff mengangkat sebelah alisnya. Ia hendak bertanya ada apa, namun urung karena mobil Robert sudah kembali.
"Aku pergi dulu ya, Tante, Jeff, Bang Frank."
"Oke, hati-hati, Sashi."
Begitu Sashi memasuki mobil, Robert terlihat sangat tegang. "Rob, mau gue yang nyetirin aja?"
Robert mengangguk. "Gapapa?'
"Ya gapapa, sini. Gue udah biasa bawa mobil, kok," jawab Sashi sambil membuka pintu mobil utnuk bertukar tempat.
Sementara Franky, Jeff dan ibunya tampak memperhatikan. Mereka penasaran apa yang sedang terjadi.
Sashi menceritakan kepada Robert, bagaimana ia tiba-tiba teringat pada sosok Bella setelah melihat tas yang dimiliki ibunya Jeff. Rambut dan fitur wajahnya sangat mirip. Bukan mustahil jika itu memang Bella.
"Aduuh." Robert menutupi wajah dengan sebelah tangannya. "Gue ga tau harus gimana kalo itu beneran Bella."
"We'll see, gue harap orang yang di foto sama orang yang di restoran itu cuman mirip aja."
Karena jalanan masih lengang, Sashi mempercepat laju mobilnya supaya cepat sampai. Ia tidak sabar untuk melihat rekaman CCTV itu lagi. Mereka tidak banyak membahas, karena Robert terlihat sangat cemas. Tentu saja, Robert sudah sangat dekat dengan Bella. Ia sudah merasa sangat bersalah karena tidak bisa menghindarkannya dari David, si Bos Besar yang juga investornya. Kini, kalo benar Bella adalah korban pesawat itu, Robert pasti akan lebih merasa bersalah.
Sashi masih hapal betul jalan menuju restoran tersebut karena terletak di jalan strategis. Ketika mobil sudah memasuki halaman parkir restoran, Sashi merasa lega karena di pos satpam, ada satpam yang sewaktu dulu membantu memeriksa rekaman.
"Yuk, Rob. Mumpung ada pak satpamnya."
Robert dan Sashi keluar mobil, langsung menghampiri pos satpam yang ternyata sedang makan sambil menonton pertandingan bola.
"Siang, Pak, boleh minta waktunya sebentar?" tanya Sashi.
"Iya, Dek, ada yang bisa dibantu?"
"Bapak masih ingat saya? Saya Sashi yang dulu pas tahun baru tasnya dicuri sama cewek yang makan di restoran ini juga. Bapak, kan, yang bantuin saya lihat rekaman CCTV-nya?"
"Oh iya, saya ingat. Masih belum ketemu, ya, tasnya?"
"Belum sih, Pak. Cuman saya mau minta tolong untuk minta diputer lagi rekaman CCTV-nya, karena temen saya curiga kalo itu temennya dia."
"Oh begitu? Boleh saja. Tunggu sebentar."
"Oke, Pak. Maaf saya ganggu."
"Tidak apa-apa. Silakan duduk dulu."
Satpam tersebut mengoperasikan laptopnyauntuk mencari file. Setelah ditemukan, ia pun meminta Sashi dan Robert menghampirinya. Dengan perasaan tegang, keduanya memerhatikan layar laptop itu. Satpam mulai mengklik ketika Sashi berada di restoran. lalu mempercepat sampai si wanita yang mencuri tas itu muncul. Wajahnya lumayan terlihat jelas. Siapapun yang mengenalnya, pasti akan tahu siapa sosok wanita tersebut.
Ketika Jeff tiba-tiba menutupi wajah dengan kedua tangan dan langsung jatuh terduduk di lantai, Sashi tahu bahwa wanita yang di video itu memang Bella.
"Apa kalian kenal sama dia?" tanya si Satpam.
Sashi bingung harus menjawab apa, akhirnya ia hanya mneggelengkan kepala. "Kayaknya dugaan temenku salah deh, Pak. Tapi sekali lagi makasih banget udah mau liatin rekaman CCTV-nya dan maaf udah ganggu makan siangnya, Pak. Saya pamit dulu."
"Oke, apa perlu saya kirim video ini ke w******p, mungkin suatu hari nanti diperlukan lagi, jadi adek ga mesti datang jauh-jauh ke sini lagi."
"Oh, boleh tuh, pak, kirim ke nomor saya aja. Ini nomornya." Sashi memperlihatkan sebuah nomor di posel, lalu si Satpam langsung mencatatnya di laptop.
"Oke, nanti saya kirim."
Sashi kembali mnegucapkan terima kasih sambil membantu Robert berdiri. Mereka kembali ke mobil dan hanya terdiam di sana selama beberapa saat tanpa bicara. Sashi dengan sabar menunggu Robert untuk mencerna semua.
"Hidup emang beneran ga adil buat dia, Sash," ujar Robert pada akhirnya. "By the way, gue minta maaf kalo ternyata Bella yang ngambil tas lo dan bikin lo jadi kesusahan kayak gini."
"Hey, nooo... ga usah minta maaf. Gue udah ikhlasin tas gue sejak lama. Lagian gue yakin, Bella ngelakuin itu karena terpaksa, karena lo bilang dia ga megang uang sepeser pun dan ga punya identitas. Dia mungkin ngelakuin itu buat menyelamatkan diri, meski pada akhirnya, mungkin Tuhan yang pengen nyelamatin dia dari dunia yang terlalu kejam. You don't have to feeling guilty, Rob."
"Yeaah... duni ini emang terlalu kejam buat cewek baik kayak dia." Air mata Robert tumpah. "Gue ga mau mikirin kalo seandainya begini atau begitu, karena itu bakalan bikin gue malah nyesel. Gue cuman berharap dia udah tenang sekarang."
"Of course. Sekarang gimana? Gue anterin lo balik ke rumah, ya, supaya lo bisa istirahat. Nanti sampe sana biar gue order taksi online aja buat balik ke cottage."
"Eh, ga usah. Ayok balik dulu ke cottage. Gue ga mau langsung balik, gue bisa aja nanti marah sama si David gara-gara ini. Mending gue nyantai dulu di cottage sampe makan malem di sana. Boleh, kan?"
"Ya boleh lah, malah gue seneng kalo ada temen. Ya udah kita ke sana sekarang."
Mereka pun kembali ke cottage. Di sepanjang perjalanan, Sashi mencoba mengalihkan pikiran temannya itu dengan menceritakan kejadian di kantor House of Skills. Tentang hubungan Jio dan Renata yang masih berlanjut, juga tentanga dik tirinya yang berusaha mengambil barang-barang miliknya. Sashi berpikir, lebih baik melihat Robert kesal daripada melihatnya bersedih.