Arka mengemudikan mobilnya dengan tenang. Sesekali matanya menatap gadis yang berada di sampingnya, dia sedikit tersentak ketika melihat aliran darah di pelipis gadis itu, gaun hitamnya terlihat acak-acakan. Arka menggelengkan kepalanya, berasumsi kalau wanita ini baru saja mengalami pelecehan seksual.
Entah mengapa membayangkan hal itu, hati Arka menjadi panas, rahangnya terkatup erat. Dia tidak rela jika Cinderella-nya disentuh oleh orang lain apalagi lelaki b*j*ngan seperti dua preman bodoh itu.
Perlahan Arka menarik napas panjang dan mengeluarkannya dengan pelan. Berusaha untuk mengontrol emosi yang tiba-tiba saja dirasakannya terhadap Cinderella-nya. Untuk mengalihkan perhatiannya, Arka memutar kemudinya menuju tempat tinggalnya. Mungkin satu-satunya tempat yang aman untuk sekarang adalah rumahnya saja, terlebih dia tidak tahu di mana gadis itu tinggal.
"Halo, Cloe." Panggil Arka setelah mengatur semua rencana yang disusunnya.
"Ya, ada apa, Al? Tumben kamu nelepon malam-malam."
"Cepat datang ke rumah gue!"perintah Arka tidak mengindahkan sapaan ataupun pertanyaan yang diajukan oleh Cloe. "Bawa juga peralatan medis lo. Jangan lupa SEKARANG JUGA!!" imbuh Arka tidak terbantahkan.
Belum sempat Cloe membalas ucapan Arka, terlebih dulu Arka mematikan ponselnya dan menghubungi orang lain. "Noah!" panggil Arka ketika teleponnya baru tersambung.
"Apa?"
"Ke rumah gue sekarang! jangan banyak tanya." Perintahnya langsung memutus teleponnya. Lagi.
Arka kembali fokus pada mengemudinya sambil sesekali melirik Cinderella-nya yang masih asik tertidur, Arka ragu jika wanita itu mimpi indah, dilihat dari ekpresi wajahnya yang sering berubah-ubah. Dia tersenyum bodoh, baru menyadari kalau dari tadi dia memanggil wanita itu dengan sebutan Cinderella. Tapi, entah mengapa dia tidak ingin mengubahnya. Dia suka memanggil wanita itu Cinderella.
***
Saat sampai di rumahnya. Arka melihat Cloe sedang duduk sendirian di sofa. Dokter muda itu datang sendiri, sepertinya Ethan sedang sibuk, karena biasanya suami Cloe itu selalu menjaga Cloe ke manapun wanita itu pergi. Tapi Arka tidak mempedulikannya, dia berjalan menuju kamar miliknya dan membaringkan Cinderella-nya di atas kasur tempatnya tidur selama ini.
Cloe mengikutinya dari belakang, sedikit mengernyit ketika melihat kedatangan Arka yang membawa seorang wanita asing ke rumahnya. Sangat bukan ciri khas Arka Orlando.
Hanya ada beberapa orang yang diperbolehkan masuk ke dalam kediaman Arka, bahkan Bintang sekalipun. Dirinya bisa masuk ke sini karena Arka sedang membutuhkan bantuannya.
Cloe kembali mengernyit samar ketika dilihatnya Arka yang sedang membaringkan wanita itu ke atas ranjang dengan hati-hati dan sangat lembut. Cloe berpikir jika Arka sudah move on dari Bintang, tapi apa secepat itu? Padahal baru empat hari Bintang memutus hubungan dengan Arka.
"Dia kenapa? Kau bertemu dengannya di mana?"tanya Cloe memandang gadis itu dengan penasaran, dia berasumsi kalau Arka meneleponnya karena wanita yang kini sedang berbaring di ranjang milik sahabat suaminya.
"Tadi aku nolong dia saat dikejar sama preman." Jelas Arka dengan gestur bahasa yang cukup terdengar sopan. "Preman itu mukul kepalanya lalu pingsan, tapi sepertinya bukan hanya itu saja deh. Pakaiannya juga terlihat sangat berantakan, ada memar juga di wajahnya." Imbuhnya dengan wajah kaku, menandakan kalau dia sangat marah dengan yang menimpa gadis Cinderella-nya.
Sementara itu Cloe hanya tersenyum tipis. Sedikit terkejut melihat sisi lain dari seorang Arka Orlando yang terkenal dingin dan tidak peduli pada oranglain. Ini adalah kemajuan yang pesat untuk Arka yang pertama kalinya peduli pada kehidupan orang lain. Bahkan lelaki tampan dengan iris zamrud indah itu marah ketika mendeskripsikan keadaan wanita asing.
Cloe menggelengkan kepalanya, sepertinya wanita asing ini membawa banyak perubahan dalam hidup Arka.
"Kenapa melamun? Cepat periksa dia!" perintah Arka kesal karena sedari tadi Cloe hanya diam memandang Cinderella-nya.
Cloe terperanjat ketika mendengar suara bentakan yang berasal dari mulut indah nan seksi Arka. Dia mendelik kesal tapi tak urung melakukan perintah sekaligus menjalankan tugasnya sebagai seorang dokter.
"Kenapa kau masih ada di sini?"tanya Cloe memandang Arka yang tak kunjung berlalu dari hadapannya.
Arka mengerutkan keningnya tidak mengerti. "Kenapa? Aku harus memastikan kalau dia baik-baik saja." Jawabnya.
Cloe memutar bola matanya jengah. Tidakkah Arka mengerti kalau dia harus mengganti pakaian yang dikenakan oleh wanita itu. Beruntung di sini terdapat baju-baju milik Reina jadi dia bisa menggunakannnya pada wanita ini yang pakaiannya saja sudah terlihat kumal dan terbuka.
"Hahhh ... aku harus mengganti bajunya, Arka Orlando. Jadi cepatlah pergi jika tidak ingin kusebut pria m*sum."
Arka mengangkat bahunya cuek, menyembunyikan rasa malunya karena tidak menyadari maksud dari Cloe. Dia masih tetap berdiri di tempatnya dengan mata yang bersinar jenaka, tak lama kemudian dia berkata,
"Ya ... a-aku harus tetap di sini, aku harus memastikan kalau di tidak kenapa-kenapa." Ucap Arka keukeuh.
Cloe menarik napas panjang dan mengeluarkannya dengan perlahan. Lalu dia tersenyum manis memandang tajam Arka. "Pergi sekarang juga, cowok M*SUM."
Arka nyengir lalu mengangkat kedua tangannya, berusaha untuk berdamai dengan Cloe. Sungguh untuk saat ini dia sedang tidak ingin bertengkar dengan Cloe, apalagi membuat wanita itu marah. Karena jika Cloe marah maka macan pun akan pergi terbirit-b***t saking takutnya.
"Oke ... oke, aku pergi sekarang juga. Tapi periksa dia dengan benar!"
"Ya ... ya, kau tenanglah,"
Lalu setelah itu Arka ke luar dari kamarnya, membebaskan Cloe untuk melakukan banyak hal pada gadis asing ini.
Menunggu Cloe memeriksa Cinderella-nya—ya untuk sekarang sebutlah wanita itu Cinderella, selagi Arka tidak mengetahui siapa namanya—Arka mondar-mandi di depan pintu kamarnya dengan gelisah. Ekspresi cemas terlihat jelas di wajah tampannya. Setiap 20 detik sekali matanya melihat ke arah pintu, berharap Cloe segera muncul agar dirinya bisa masuk ke dalam dan menemani Cinderella-nya.
Arka mengusap wajahnya kasar, napasnya terdengar begitu berat ketika mengembuskannya. Heran pada dirinya sendiri karena merasa cemas berlebihan pada seseorang yang baru saja dikenalnya. Rasanya takut jika terjadi sesuatu pada Cinderella-nya. Rasanya dia tidak ingin kehilangan wanita itu, rasa yang selama ini belum pernah dirasakannya pada siapapun.
"Ngapain lo mondar-mandir enggak jelas gitu?" tanya seseorang berjalan ke arah Arka.
Arka mengalihkan perhatiannya pada Noah, wajah saudaranya itu terlihat tidak fokus dilihat dari cara jalannya yang sempoyongan, menandakan kalau dia sedang mabuk.
"Ngapain lo berdiri di depan pintu?"tanyanya lagi
Tepat saat Noah bertanya, Cloe ke luar dari kamar Arka, matanya memandang aneh Arka dan Noah bergantian. Belum sempat dia bicara, Noah langsung masuk ke dalam kamar dan membaringkan dirinya di atas kasur Arka, tanpa menyadari kalau di sampingnya ada seorang wanita.
Masih kesadaran yang di ambang batas, Noah mengulurkan tangannya dan memeluk wanita itu dengan erat. Menyusupkan kepalanya ke leher jenjang wanita itu. Merasa sangat nyaman dengan apa yang dipeluknya sekarang.
"Sejak kapan guling lo hangat gini, Al?"kicau Noah semakin mengeratkan pelukannya.
Pertanyaan Noah membuat Arka dan Cloe tersadar dari kekagetannya. Mereka memandang Noah sengit ketika lelaki itu memeluk Cinderella Arka dengan sangat erat. Entah dari mana datangnya kekesalannya itu sekarang. Hati Arka mendidih ketika melihat Cinderella-nya disentuh oleh orang lain.
Brukk
Noah merintih kesakitan ketika tubuhnya mendarat mulus di lantai marmer dingin. Dia mengusap-ngusap pinggulnya yang terasa begitu nyeri, kesadarannya yang hampir hilang kini kembali sepenuhnya.
"Apa-apaan sih lo? Sakit tahu," gerutunya dengan kesal.
"Elo yang apa-apaan. Seenak jidatnya saja meluk anak orang," balasnya tak kalah sengit.
Noah mengerutkan keningnya bingung. Lalu pandangannya teralih pada sosok wanita cantik yang sedang tidur di atas kasur milik Arka, tepat di samping letak biasa dia tidur. Senyuman lebar merekah di bibir tipis Noah, dia baru sadar kalau guling yang tadi dipeluknya adalah wanita cantik ini.
"Gila! Sejak kapan ada bidadari di kamar lo, Al. Cantik banget," katanya riang, "pantas waktu gue peluk rasanya enak banget,"
Pletakk
Sekali lagi Noah merintih kesakitan sambil mengusap keningnya yang mendapat jitakan empuk dari Arka.
"Sakit tahu, main jitak-jitakan saja."
"Kalau ngomong disaring dulu. Dan ingat! Jangan macam-macam sama dia!"
Noah hanya mencibir, memilih tidak melanjutkan gerutuannya yang memungkinkan mendapat jitakan atau dorongan mulus yang menyebabkan pinggulnya sakit semalaman.
"Keluar lo!" usir Arka mendorong Noah terlalu keras hingga lelaki itu menabrak kusen kayu pintu.
Seketika itu juga tawa Cloe dan Arka meledak melihat kejadian naas yang dialami Noah tiga kali berturut-turut.
"Sialan lo, Al." Gerutu Noah sebelum benar-benar ke luar dari kamar Arka.
Setelah Noah pergi Arka langsung menghampiri Cinderella-nya. Tadi dia merasa geram karena Noah menyentuh Cinderella-nya. Dengan segera dia mengusap lengan Cinderella-nya dengan lembut. Setelah cukup lama, akhirnya dia mengalihkan perhatiannya pada Cloe.
"Well, apa yang terjadi padanya?"tanya Arka memandang tajam Cloe.
Sebelum menjelaskan sesuatu, Cloe menarik napas panjang terlebih dahulu.
"Tidak ada luka yang serius hanya memar-memar di kepala dan sekitar tubuhnya ..."
"Dia tidak mengalami gegar otak-kan." Arka memotong penjelasan Cloe.
Cloe memutar bola matanya. Jengah dengan kecemasan Arka yang berlebihan, dia menarik napas panjang dan kembali melanjutkan penjelasannya. "Sudah kubilang, sejauh ini dia baik-baik saja. Dia butuh isitirahat dan asupan gizi yang cukup."
Arka mengerut tidak mengerti.
"... Ya, dia kekurangan gizi. Kalau saja ini terus berlanjut maka dia harus dirawat di rumah sakit." Cloe memandang Arka, "maka itulah tolong jaga dia. Beri dia asupan yang baik." Ucap Cloe mengakhiri penjelasannya.
Dia berdiri dan bersiap-siap untuk pulang. Ini sudah larut malam, dan dia harus segera pulang ke rumah sebelum Ethan datang. Sebelum Cloe pulang, dia memberi pil vitamin yang nantinya harus diminum oleh wanita itu.
"Aku pulang dulu, jangan lupa pesanku!" amanat Cloe saat berada di ruang keluarga.
"Kau tenang saja! Aku akan menjaganya dengan baik."
"Bagus." Sahutnya tersenyum, matanya beralih pada sosok lelaki lain yang kini sedang terkantuk-kantuk di sofa. "Aku pergi dulu, assalamu'alaikum." Pamitnya berlalu pergi meninggalkan rumah Arka.
"Wa'alaikumsallam. Hati-hati di jalan! Mang Jaja, jaga Cloe dengan baik, ya! Jangan sampai dia kenapa-kenapa." Pesan Arka pada Mang Jaja, selaku supir pribadi Cloe.
Arka sedikit mencemaskan Cloe karena harus pulang larut malam. Tapi dia percaya kalau Mang Jaja bisa menjaga Cloe dengan baik. Setelah Cloe menghilang dari perkarangan rumahnya, Arka kembali berjalan masuk ke dalam rumahnya. Di sana dia melihat Noah yang sedang menelepon seseorang.
"Ok, tapi maaf untuk sekarang saya belum bisa mengambil pekerjaan yang Anda berikan .... Baik, akan saya pikirkan dulu, terima kasih."
"Klien lo?"tanya Arka setelah Noah duduk di sampingnya.
Noah menganggukkan kepalanya sembari menguap lebar. Kepalanya bersandar di punggung sofa empuk. Matanya tidak terpejam, melainkan menatap nyalang langit-langit rumah yang berwarna putih. Dirinya sangat ngantuk, tapi dia tidak berani untuk memejamkan matanya. Ketakutan, sakit. Itulah yang dirasakannya jika dia memejamkan matanya.
"Lo mau gue cari tahu tentang dia?"tanya Noah masih asyik memandang langit-langit rumah.
"Ya," sahutnya pendek tanpa memandang Noah.
Noah menarik napas panjang lalu mengembuskannya. Dia beranjak dari duduknya dan berjalan ke arah kamar Arka. Manik hitamnya memandang lekat seorang gadis yang disebut Cinderella oleh Arka. Senyuman miring tercetak di bibirnya, merasa tertarik dengan Cinderella milik Arka ini.
Perlahan tangan Noah terulur, menyentuh kening sang wanita. Mencoba untuk menelisik lebih jauh ke alam mimpi wanita itu. Dia sedikit tersentak ketika berhasil menembus pertahanan gadis itu. Mata hitamnya membulat tidak percaya, kadang juga ekspresi wajahnya berubah marah.
Arka yang melihat ekspresi wajah Noah sedikit mengernyitkan keningnya. Dia tahu kalau Noah—mungkin—sedikit terkejut dengan apa yang baru dilihatnya di dalam diri Cinderella-nya. Tapi apa separah itu hingga membuat Noah yang terkenal kalem bisa semarah itu.
Cukup lama Noah menjelajahi pikiran gadis ini. Dia membuka matanya, lalu menatap sendu pada wanita yang masih asik dengan dunia mimpinya. Jelas terlihat kalau dia mengasihani nasib gadis ini yang kurang beruntung.
"Namanya ... Arafah Adhelia dan dia ..." gumam Noah menyebutkan nama gadis itu.
***