Happy Reading
.
.
.
Hari ini adalah hari pertama Raefal menjadi CEO dikantor papanya, Naresh. Naresh memang menyerahkan semua asetnya pada anak semata wayangnya. Mulai dari, kantor pusat hingga kantor cabang yang berdiri dibeberapa kota.
"Baik. Pagi ini saya akan mengumumkan pada kalian semua, bahwa mulai sekarang yang memegang kantor ini adalah anak saya. Raefal. Dia baru saja lulus dari kuliahnya di L.A. Perkenalkan dirimu nak." ucap Naresh dihadapan semua karyawannya.
"Nama saya Raefal. Seperti yang dibilang papa saya. Saya baru lulus dari salah satu universitas di LA. Mohon kerja samanya." ucap Raefal.
Raefal tersenyum dan mengangguk sopan pada semua orang yang lebih tua darinya. Suara tepuk tangan pun terdengar dan para karyawan pun menyambut Raefal dengan senang hati.
"Dan untuk Sofia. Kamu tolong bantu Raefal kalau dia merasa kesulitan ya. Karena dia masih baru." ucap Naresh pada perempuan berambut panjang yang berdiri paling depan dibarisan staff.
Perempuan yang benama Sofia pun mengangguk dengan semangat dan memamerkan senyuman manisnya pada Raefal dan Naresh.
"Baik, kalian boleh kembali bekerja sekarang."
Semua karyawan dan staff pun kembali kerungan masing-masing. Begitu juga dengan Raefal yang berjalan menuju ruangannya dengan ditemani Sofia. Sekertarisnya.
Sofia memang cantik dan mempunyai tubuh yang proporsional. Dan sepertinya hatinya juga baik. Tapi itu tidak membuat Raefal berpaling dari Alecia.
"Kalo boleh tahu, umur bapak berapa ya?"
Sofia pun mengeluarkan suaranya, memecah keheningan diantara mereka. Memang, sedari tadi Raefal hanya diam dan sedikit menjaga jarak dengan Sofia.
"20 tahun." jawab Raefal tanpa memalingkan pandangannya sedikitpun.
Sofia hanya tersenyum dan mengangguk walaupun Raefal tidak mengetahuinya. Mereka terus berjalan menuju ruangan Raefal yang berada dilantai 10.
Tidak ada yang membuka suara, baik Raefal maupun Sofia. Dan itu membuat Sofia menjadi canggung.
Saat lift sudah terbuka, Raefal pun segera memasuki ruangan kebesarannya. Ruangan dimana ia menjadi CEO muda. Raefal tersenyum samar melihat ada namanya terpampang diatas meja kerjanya. Ini semua karena papanya dan Alecia yang selalu menyupport dirinya.
"Ini adalah ruangan bapak. Dan saya adalah sekertaris bapak. Jadi jika bapak meminta bantuan, bilang saja pada saya." ucap Sofia sambil tersenyum sopan di hadapan Raefal.
Raefal mengangguk paham. "Baiklah kau boleh pergi."
°°°°
Disisi lain, Alecia sedang merenung dengan pikirannya. Pikiran akan tugas skripsi yang belum ia selesaikan. Saat ini Alecia sedang duduk dibangku taman kampus.
Menikmati semilir angin sore yang menerpa rambut serta kulit halusnya. Beberapa kali Alecia menghela nafas, menjernihkan pikiran jenuhnya.
"Sendiri aja."
Alecia menoleh kearah sumber suara. Melihat siapa yang sudah menggangu ketenangannya itu. Ternyata Aileen.
"Ganggu banget sih lo."
"Elah, sensitif banget neng." ucap Aileen dengan mencolek pipiku.
Aku memejamkan mataku sebentar dan kembali menghela napas. Menghilangkan semua beban pikiran ku.
"Oh iya Al. Gimana kabarnya Raefal? Gue belum pernah ketemu lagi sama dia semenjak di nikahannya kak Varo."
Oh iya, Raefal. Bagaimana kabarnya sekarang. Alecia segera menyalakan ponselnya yang sengaja ia mode silent. Dan benar saja, sudah banyak pesan dan panggil yang tidak terjawab masuk.
"Bisa-bisanya gue lupa sama dia." gerutu Alecia dengan menepuk dahinya pelan.
Sedangkan Aileen menatap sahabatnya ini dengan tatapan heran. "Gue ngomong sama tembok kali ya."
Setelah mendengar ucapan Aileen, Alecia segera menatap Aileen dengan tatapan sinisnya. Mood Alecia hari ini benar-benar tidak baik.
"Diem lo. Gue pergi dulu. Mau pulang." ucap Alecia dengan beranjak pergi meninggalkan Aileen sendiri.
"Dasar. Untung gue sayang." umpat Aileen dengan terus memandangi punggung Alecia.
°°°°
"Alecia POV"
Aku sekarang sedang di perjalan menuju kerumah ku. Aku merasa bahwa hari ini, hari yang sangat melelahkan bagiku, sampai aku melupakan semuanya. Melupakan sarapan dan makan siangnya, melupakan telfone dari orang tuanya, hingga melupakan Raefal.
Di dalam taksi aku hanya diam dan melamun. Sambil menikmati lampu-lampu jalanan yang indah.
"Mbak sudah sampai." ucap sopir taksi yang berhasil membuyarkan lamunan ku.
Aku segera mengeluarkan selembar uang berwarna merah dari tas ku dan turun untuk masuk kerumah. Saat aku membuka gerbang rumah, aku sudah bisa melihat mobil yang sangat familir di otak ku.
Mobil sport berwarna hitam yang biasa ku naiki sekarang ada disini. Benar dugaan ku bahwa Raefal pasti datang kesini untuk melihat ku. Dia pasti khawatir karena aku tidak menjawab telfonenya.
"Assalamualaikum, pa, ma." ucap ku ketika memasuki rumah untuk menyapa semuanya.
"Waalaikumsalam."
Aku bisa melihat wajah khawatir semua orang yang sedang menunggu ku dirumah. Bahkan juga ada kak Varo dan kak Celyn disini. Apa sudah aku membuat mereka khawatir?
"Ponsel kenapa? Ditelfone dari tadi ngga diangkat. Minat dijual? Iya?" ucap kak Varo dengan tegas padaku.
Sial. Kenapa semenjak menikah sikapnya semakin tegas padaku. Tidak seperti dulu yang mengomel tetapi tidak setegas ini.
"Maaf. Tadi ponsel sengaja Ara mode silent." jawab ku.
Aku menatap semua wajah orang yang sekarang berdiri dihadapan ku. Kenapa wajahnya sangat tegang dan gelisah.
"Kamu ngga kenapa-napa kan Ra?" tanya mama ku dengan melihat seluruh bagian tubuh ku dengan walah gelisahnya.
Aku mengangguk lemah. "Ara baik-baik aja ma."
Semua pun menghela nafas lega sesudah mendengar ucapan ku. Aku benar-benar telah membuat mereka semua khawatir.
Tiba-tiba saja perut ku terasa perih dan itu membuat ku mengaduh kesakitan. Aku berdiri dan memegangi perutku yang terasa sakit.
"Aw..."
Aku bisa melihat, Raefal langsung menghampiriku dan memegang kedua pundak ku. "Kamu ngga papa? Wajah kau pucet banget." ucap Raefal dengan nada khawatirnya.
Aku mengangguk dan tersenyum kearahnya. Berusaha menghilangkan rasa khawatirnya terhadap ku.
"Aku ngga papa. Cuma perut aku sakit aja, belum makan dari pagi." ucap ku dengan sesekali meringis kesakitan.
Dengan cepat Raefal menggendong ku ala bridal style menuju kamar ku.
"Tan, Alecia biar aku bawa ke kamar ya. Takutnya pingsan disini." ucap Raefal.
Dan mama ku hanya mengangguk dan pergi menuju dapur. Mungkin untuk mengambilkan ku makanan.
Aku memeluk leher Raefal saat berada digendongannya. Aku bisa mencium aroma tubuhnya setelah pulang dari kantor. Aku benar-benar melewatkan hari bahagia kekasih ku hari ini.
Raefal meletakkan ku diatas ranjang dengan hati-hati. Lalu melepas sepatu yang ku pakai.
"Maafkan aku." lirih ku dengan melihat punggung Raefal yang sedang berjalan untuk menaruh sepatu ku di rak samping almari.
Raefal kembali berjalan menghampiriku dan duduk ditepi ranjang. Ia tersenyum kearah ku. Senyuman itu yang membuat mood ku membaik.
"Jangan di ulangi lagi." ucapnya dengan tegas.
Aku mengangguk dan membalas senyumnya dengan bibir pucatku.
"Niatnya tadi mau marah. Tapi berhubung kamu sakit aku ngga jadi marah." ucapnya dengan merapikan rambutku yang sedikit menutupi mataku.
"Kenapa ngga marah? Aku emang salah kok."
Raefal kembali menggelengkan kepalanya dan tersenyum kearah ku. Ia mendekatkan wajahnya kearah ku.
Cup..
Raefal mencium bibir ku beberapa menit tanpa melumatnya. Aku memejamkan mata dan menikmati hembusan nafasnya yang membelai pipiku. Oh god. Aku sangat mencintainya.
Raefal melepaskan ciumannya dan menatap mata ku lekat. Tangannya membelai wajah ku dengan lembut.
"Aku capek sekarang. Baru aja jadi CEO sehari, kerjaan udah numpuk."
Aku tersenyum menanggapi keluhannya.
"Manja." lirih ku dengan membalas menatap kedua mata indah milik Raefal.
"Andai aja udah sah. Tiap hari ciumannya udah melebihi batas. Dan capek ku bisa langsung hilang gara-gara kamu." ucapnya sambil mencubit pipi ku gemas.
Tidak lama setelah itu, mama ku datang dengan membawa dua mangkuk bubur ayam dan dua gelas air putih. Serta obat sakit perut ku.
Aku memang mempunyai penyakit maag, jadi perut ku akan terasa sakit jika aku menahan lapar.
"Dimakan dulu. Ara jangan nyisa ya buburnya. Awas aja." ucap mama ku dengan menatap ku tajam.
Aku hanya mengangguk malas dan meraih mangkuk berisikan bubur ayam penuh.
"Makasih tan." ucap Raefal dengan menerima semangkuk bubur satunya.
"Tante tingga ya. Raefal tolong awasin makannya Alecia." ucap mama ku dengan memerintah Raefal.
Raefa hanya mengangguk dengan arti siap untuk mengawasi ku. Kenapa mereka sekarang menjadi dekat dan akrab.
Raefal menaruh mangkuk buburnya di atas nakas samping tempat tidurku dan meraih mangkuk bubur ditangan ku.
"Buka mulut baby kecilnya Raefal."
Aku terkekeh mendengar ucapannya yang baru saja menggodaku. Aku pun membuka mulut sesuai perintahnya dan melahap bubur itu dengan rakus. Aku benar-benar merasa lapar karena sedari tadi pagi belum makan sesuatu hanya minum.
"Jangan diulangin lagi ya, aku ngga mau kamu sakit." ucapnya sambil menatapku dalam
Aku mengangguk dan meminum obat ku saat bubur dimangkuk ku habis.
"Pemandangan favorite ku yang baru. Liat kamu pake baju kantor kayak gini." ucap ku sambil tersenyum kearah Raefal.
"Dan hal favorite ku yang baru adalah, ketika nanti kamu pakein aku dasi setiap paginya. Dan liat senyum pagi kamu disetiap aku bangun tidur." ucapnya sambil membalas senyum ku.
"Udah sekarang kamu tidur. Istirahat ya sayang." ucap Raefal.
Aku mengangguk dan membaringkan tubuh ku diatas ranjang. Raefal membenarkan selimut ku dan mencium keningku sebelum akhirnya aku terlelap.
"Good night baby. Love you." bisik Raefal ditelinga ku dan aku masih bisa mendengarnya.
Aku tersenyum dalam diam. Dia yang bisa membuat ku seperti layaknya seorang wanita.
°°°°
Jangan lupa vote dan komentarnya ☺