Happy Reading
.
.
'Alecia POV'
Pagi ini, aku mendengar suara alarm berbunyi sangat kears di samping telinga ku. Tangan ku meraba-raba mencari keberadaan alarm tersebut. Aku mematikannya dengan mata ku yang masih tertutup.
Aku mengerjapkan mata ku beberapa kali untuk menerima cahaya yang masuk ke dalam bola mata ku. Mata ku langsung tertuju pada gorden kamar ku yang sedikit terbuka dan mengeluarkan sinar matahari.
Aku beranjak untuk pergi kesana, melihat suasana pagi di komple rumah ku dari atas. Angin sejuk khas pagi hari menerpa rambut serta kulit ku. Rasanya dingin dan sejuk. Aku tersenyum saat mengingat kembali malam dimana Raefal sangat khawatir padaku.
"Mumpung hari sabtu libur, kasih kejutan buat Raefal lah."
Entah, tiba-tiba saja terbesit dipikiran ku untuk memberikan kejutan kecil untuk Raefal.
Aku segera kembali kedalam kamar ku dan bergegas menuju kamar mandi untuk membersihkan diriku terlebih dahulu. Setelah hampir 30 menit aku di dalam kamar mandi, dan melakukan sholat, aku pun segera turun ke bawah menuju dapur.
Aku ingin membawakan masakan ku untuk Raefal nanti di saat jam istirahatnya. Aku ingin menghabiskan waktu weekend ku yang terpotong bersama Raefal akibat kerjaan Raefal.
Aku melihat mama ku, Raina sedang memasak di dapur. Aku melihat jam dinding dapur ku. Masih jam 05:30.
"Pagi ma." sapa ku dengan mencium pipinya.
Sudah lama aku tidak mencium pipi kedua orang tua ku semenjak memasuki perguruan tinggi. Mama ku berbalik dan tersenyum kearah ku.
"Princessnya mama udah bangun."
Aku mengerucutkan bibirku saat mama ku kembali mengucapkan hal yang menurutku membuat ku masih terlihat seperti anak kecil.
"Ara udah gede tahu ma."
Mama ku tersenyum dan kembali melanjutkan aktivitas masaknya. Aku pun segera membantu seperti apa yang diperintahkan mama ku.
"Kamu itu cuma gede badannya. Kelakuan masih kayak anak kecil menurut papa, mama, sama kakak kamu."
"Kata siapa. Ara udah gede kok." bantah ku saat mama ku terus berkata bahwa aku seperti anak kecil.
"Kalo udah gede, kenapa masih suka ngambek coba? Terus pake lupa sama makan kalo ngga di ingetin sama mama." ucap mama ku dengan menaikkan sebelah alisnya untuk menggoda ku.
"Mama juga masih suka ngambek sama papa tuh. Berarti mama masih kecil dong." sahut ku dengan sedikit tertawa.
Tiba-tiba saja aku merasakan sakit dibagian kepala ku. "Tuh kan kayak anak kecil. Lagi bilang apa, malah mama juga yang kena." ucap mama ku dengan memukulkan spatula besi kearah kepala ku.
Aku meringis dan mengusap-usap kepala ku sambil menatap sinis mama ku. "Sakit tahu ma."
Mama ku tidak menggubris ucapanku. Ia malah asik melanjutkan masaknya, dan menghiraukan ku. Mama ku memang begitu, sukanya membahas orang lain tapi kalau dirinya yang dibahas ngga pernah mau.
Aku terus melihat gerak-gerik mama ku saat memasak. Aku tersenyum samar dan membayangkan bagaimana nanti aku jika sudah menikah dan menjadi ibu rumah tangga. Aku akan selalu bangun pagi untuk menyiapkan sarapan, dan juga keperluan suami dan anak nantinya.
"Tuh, abis dipukul pelan sama spatula jadi ngigo." ucap mama ku dengan menatapku.
Aku hanya memamerkan deretan gigi putih ku. "Ajarin masak dong ma." ucap ku dengan berdiri disamping mama ku.
"Tumben?"
Aku memutarkan bola mata jengah ku. Selalu seperti ini. "Dulu anaknya musuhan sama dapur katanya bukan cewek. Sekarang anaknya mau temenan sema dapur dibilang tumben."
Mama ku tertawa dan melihat kearah ku. "Iya deh. Maafin mama ya sayang."
°°°°
Setelah masakan ku jadi tepat jam 11 siang tadi. Aku segera bergegas untuk pergi ke kantor Raefal. Aku sengaja tidak mengabarinya karena ingin memberikan kejutan kecil kepadanya.
Aku tahu, Raefal sangat capek. Jadi aku memberinya kejutan kecil supaya rasa capeknya bisa hilang. Aku menaiki taksi untuk pergi ke kantornya. Dan hari ini aku memakai setelan baju kemeja panjang selutut dengan motif bergaris berwarna biru pastel, dan memakai sepatu kets berwarna putih. Rambut ku sengaja ku gerai, dan aku sedikit memoles lipstik berwarna pink soft dibibir ku.
Setelah sampai di depan gedung kantor Raefal. Dengan nama perusahaan Early Win Corp. Aku berjalan memasuki gedung tersebut dengan membawa tas tangan yang berisikan kotak bekal yang ku bawa.
Aku berjalan menuju resepsionis. Dan bertanya dimana letak ruangan Raefal.
"Permisi mbak, saya mau tanya dimana ruangan bapak Raefal."
"Sebelumnya, apa anda sudah membuat janji dengan pak Raefal?" tanya resepsionis padaku.
Jika aku bilang tidak, aku pasti tidak bisa bertemu dengan Raefal.
"Belum. Tapi saya kerabatnya." ucap ku supaya diperbolehkan untuk menemui Raefal.
"Maaf mbak. Tapi anda tidak diperbolehkan bertemu bapak Raefal sebelum membuat janji, karena beliau sedang sibuk." ucapnya dengan menolak ku secara halus.
Sial. Sudah ku duga. Bagaimana caranya supaya aku bisa bertemu dengan Raefal. Sia-sia saja jika aku sudah datang dan memasak untuknya tetapi tidak bisa bertemu dengannya.
"Ayolah mbak. Saya dateng jauh-jauh loh. Masa iya saya ngga bisa ketemu sama pak Raefal." ucap ku sedikit memaksa.
"Baiklah, saya akan coba telfone pak Raefal dulu." ucap resepsionis tersebut dengan mengambil ganggang telfone.
Aku segera mencegahnya. "Jangan mbak. Cukup perbolehkan saya menemui bapak Raefal saja."
"Maaf mbak tidak bisa. Nanti saya dimarahi bapak Raefal." ucap resepsionis tersebut.
"Saya jamin deh mbak. Kalo mbak ngga akan dimarahi ataupun di pecat sama pak Raefal. Kalo pun nanti mbak akan di pecat dan dimarahi. Mbak boleh kerja dikantor papa saya." ucap ku memberi bantuan jika terjadi sesuatu pada pekerjaannya.
Akhirnya resepsionis tersebut mengizinkan ku untuk menemui Raefal dilantai 10. Tempat dimana Raefal bekerja di dalam ruangannya.
Di dalam lift, aku membuka kamera ponsel ku untuk kembali mengecek penampilan ku. Aku tersenyum puas saat melihat penampilan ku yang tetap bagus. Aku sudah tidak sabar bertemu dengan Raefal.
Aku nelangkah keluar dari lift dan mendapati ruangan CEO. Aku membuka pintu dan masuk begitu saja tanpa permisi dan memberi salam. Karena tujuan awal ku adalah menberi kejutan.
Aku menghentikan langkah ku saat melihat ada seorang perempuan berambut panjang di dalam ruangan Raefal. Perempuan itu sedang berdiri disamping Raefal dan tersenyum kearah Raefal. Tapi kenapa senyumnya sangat manis.
"Khmm.. Maaf aku ngga tahu kalau kamu lagi sibuk." ucap ku masih berdiri depan pintu.
Raefal menatap ku dengan ekspresi terkejutnya. Raefal segera berdiri dan berjalan kearah ku.
"Ah. Sayang ini ngga seperti yang kamu lihat. Aku bisa jelasin okay, jangan salah paham dulu. Jangan marah." ucap Raefal dengan wajah khawatir jika aku marah.
Raefal menggengan tangan ku dan menatapku menggunakan mata sedihnya. Mata yang ingin memiliki kesempatan untuk menjelaskan sesuatu.
Aku tersenyum dan menatap kearah Raefal. Aku menggelengkan kepalaku. "Aku ngga marah kok. Aku tahu, kamu masih baru jadi CEO."
Aku bisa melihat wajah lega Raefal saat mengetahui bahwa aku tidak marah terhadapnya. Aku memang tidak marah karena aku tidak melihat hal yang melebihi batas didepan mata ku.
"Ah, makasih sayang. Aku lega." ucapnya dengan menciun telapak tangan ku.
Raefal menggandeng tangan ku untuk lebih memasuki ruangan kerjanya.
"Sofia. Kenalkan dia calon istri saya." ucap Raefal pada perempuan yang sedang berdiri melihat ku dari atas sampai bawah.
Aku tersenyum kearahnya. Dan ternyata namanya adalah Sofia.
"Saya Sofia, sekertarisnya pak Raefal." ucapnya sambil menjabat tanganku.
Aku membalas jabatan tangannya sambil tersenyum kearahnya.
"Saya Alecia."
"Bapak pintar ya dalam memilih pasangan. Cantik." ucap Sofia dengan tersenyum kearah ku.
"Wah makasih." balasku.
"Anda tahu. Silahkan kalau sudah boleh keluar." ucap Raefal.
Aku melihat Sofia berjalan keluar dari ruangan Raefal. Aku melihat kearah Raefal yang sedang tersenyum kearah ku.
"Kamu dingin banget sih." ucap ku dengan menaruh tas yang berisikan masakan ku tadi.
"Bodo." jawabnya.
Saat aku sedang membuka kotak bekal di atas meja untuk tamu di dalam ruangan Raefal. Tiba-tiba saja ada tangan yang melingkar di pinggang ku. Aku tersenyum sambil menggelengkan kepala.
"Kamu kok bisa kesini? Mana ngga nagsih kabar lagi." tanyanya dengan masih memeluk ku dari belakang.
"Sengaja sih. Tapi, sekarang kamu udah waktunya istirahat kan?"
Raefal hanya tersenyum dipelukan ku. Aku memutarkan badan ku dengan membawa kotak yang berisikan nasi goreng.
"Makan nih. Walaupun cuna nasi goreng tapi bikinnya dari jam 5 subuh loh." ucap ku dengan wajah yang meyakinkan Raefal.
"Percaya deh. Makasih ya sayang, udah bikinin aku makanan." ucap Raefal dengan mengambil kotak tersebut.
Aku tersenyum saat melihatnya dengan semangat duduk di meja tamu sambil memakan masakan ku.
"Serasa dimasakin sama istri sendiri." ucap Raefal dengan mengedipkan sebelah matanya untuk menggoda ku.
Aku hanya tersenyum dan membuka kotak lain yang berisikan ikan dan buah.
"
Ini beneran kamu yang masak?"
Aku mengangguk dan menatapnya dengan tatapan 'kamu ngga percaya'.
"Pantes enak." lanjutnya dengan melanjutkan melahap makanannya.
Aku menyendokkan ikan lain lalu menyuapkannya pada Raefal.
"Kata mama, calon menantunya harus banyak makan. Biar semangat kerja. Jadi dibantuin masak tadi." ucap ku dengan tersenyum dan terus melihat ekspresinya.
Raefal menatapku dengan tatapan gembira. "Beneran mama kamu bilang kalo aku itu menantunya?" tanyanya dengan antusias.
Aku tersenyum dan memamerkan gigi putihku. "Enggak sih. Heheee."
Raefal kembali mengubah raut wajahnya menjadi kesal. Meskipun begitu, Raefal juga pasti tahu bahwa mama ku sering kali menyebutnya sebagai calon menantu.
Berbeda dengan papa ku yang engga melepaskan ku lebih awal untuk membina keluarga. Ya, karena mungkin aku anak perempuan satu-satunya jadi harus dijaga selalu.
Meskipun begitu, suatu saat nanti. Apa yang ku bayangkan bersama Raefal semoga terwujud.
°°°°
Jangan lupa Vote dan Komentarnya☺