cinta 365 hari part 3

2187 Kata
cobaan terberat "kak, ada kemejaku ketinggalan di kamar Kak vloi " bisik trian yang mendatangiku di dapur. "haaah.....? ada kak Riko di kamar" aku khawatir . ya, semalam trian bersamaku, dan subuh tadi Riko pulang dari dinas luar kota. pagi itu aku gugup bukan kepalang, tidak lama aku melihat Riko keluar dari kamar, sudah rapih menggunakan baju kerja nya. "Hay, selamat pagi..lagi pada ngapain kok pada bengong gitu kelihatannya?" tanya Riko pada kami. di ambilnya satu buah tempe goreng, sembari memasukannya ke mulut, tampak seperti tidak terjadi apa-apa. Dan pergi kerja seperti biasanya . aku gelisah, kepala ku penuh dengan pertanyaan. Aku tidak yakin Riko tidak melihatnya, karena kemeja trian di gantung di tempat biasa Riko menggantung jasnya. (message from Riko:) " vloi, kenapa kemeja trian ada di kamar kita?" benar saja, aku yakin Riko pasti akan menanyakan ini, aku harus jawab apa. tidak mungkin sekedar nonton tv karena di ruang tengah pun ada tv. (vloi:) "oiya, aku lupa taro itu di kamar trian, ikut kebawa pas aku lagi beres-beres, dan belum aku kembalikan" jawaban ini yang kurasa paling tepat, walaupun aku bukan type orang yang lalai, dan tidak teliti dalam pekerjaan. (Riko:) "oh, okay... lain kali kamu yg teliti lagi, krna hal seperti itu bisa menimbulkan pertanyaan buat aku" balasan Riko ini membuat aku sedikit khawatir dengan perasaan nya. Riko memang sibuk kerja di luar. itu kadang membuatku merasa kesepian, tapi aku tau betul Riko begitu mencincntaiku, dan tidak pernah membuat aku kecewa. rasa bersalah itu timbul hampir setiap hari, tapi aku juga tidak bisa menolak Trian dalam hidupku. Entah karena perasaan atau sekedar pelangi yg memberi warna pada kekosongan langit yang kemudian akan menghilang. pagi ini seperti biasa Riko berangkat kerja, tidak ada lagi yang dia bahas tentang apa yang kemarin dia pertanyakan. Dia juga tetap bersikap biasa kepada trian. tapi aku yakin sekali, jawabanku kemarin bukan akhir dari pertanyaan nya. "gimana kak, kak Riko tanya ga kenapa kemejaku bisa ketinggalan di kamar Kaka? trian mendekatiku sembari penasaran dengan ceritaku setelah Riko keluar rumah. " emm, trian .." aku ragu mengatakan ini. seperti ada yang menahan rongga mulutku mengeluarkan kata-kata. "....yaaa?" trian melongo depan wajahku menunggu jawaban ku. "engga, aku bilang kalo aku yang salah taro kemeja kamu disitu" jawaban ku yang lagi-lagi berusaha membuat trian tenang. tadinya aku mau bilang sama dia kalau lebih baik kita menyudahi hal gila ini. memintanya berhenti datang ke kamarku, dan mengubur apapun yang dia rasakan kepadaku. tapi aku yang ga bisa, aku ga mampu atau ga mau ini semua berakhir aku juga ga tau . "ada siapa ya diluar ?" tanya trian yang tiba2 melepaskan pelukannya dari tubuhku. aku mengecilkan volume tv, dan mengintip lewat jendela kamar. "ga ada siapa-siapa kok" aku kembali ke atas ranjang. "malam ini beneran kak Riko pulang mlm kak? " trian menanyakannya karena mungkin dia khawatir tiba-tiba riko pulang. "tadi sih, kak Riko bilang begitu" kataku. terus terang, rasa berdosaku pada Riko setiap kali aku bersama trian selalu datang. aku ingin sekali menyudahi ini, tapi aku tidak tau bagaimana caranya. sesuatu yang terlanjur dimulai, akan sulit di akhiri. itu yang terjadi kepada ku . trian kembali kekamarnya pukul 23.15 saat itu pula ada yang mengetuk pintu rumahku. "iya..sebentar sayang" aku segera mengeringkan wajahku dengan handuk. "kok lama, lagi ngapain?" tanya Riko. "aku mau skincare-an tadi aku lagi cuci muka di kamar mandi sayang" aku mengambil tas Riko dan berjalan bersama menuju kamar. "gimana tadi kerjanya, capek ga? mau aku buatin makan atau kopi?" tanyaku pada Riko . "oh. gausah...aku tadi udah makan sebelum pulang, pak tadi bawa nasi kotak buat dimakan orang-orang yang ikut lembur". malam itu seperti tidak terjadi apa-apa lagi. "sayang, besok pagi..jadualnya aku kontrol ke dokter kandungan, untuk melanjutkan program hamilku, kemarin dokter Andre nawarin aku untuk ikut program bayi tabung, kamu setuju ga?" karena memang Riko tidak bisa menemani ku saat kontrol terakhir . "apa kemungkinan berhasilnya besar, klo melakukan program bayi tabung? tanya Riko. "ya semua kan usaha sayang, lagian kata dokter aku sama kamu sama-sama produktif sel telur aku dan sperma kamu baik semua, ga ada masalah, selama ini kan dokter bilang kemungkinan nya karena kamu atau aku terlalu capek" memang, Riko penuh dengan target dan ambisi dalam planing hidupnya. bahkan waktu ya habis untuk mengurusi pekerjaan nya. hingga hanya punya beberapa jam saja dirumah. bahkan untuk melakukan hubungan intim phn terkadan Riko sudah terlanjur lelah karna seharian kerja. "besok kamu pergi sendiri atau aku antar?" Riko belum menjawab pertanyaanku tentang bayi tabung, tapi dia menanyakan dengan siapa aku pergi. " kalau mas Riko sibuk, aku gapapa kok pergi sendiri" aku mencoba menenangkan dia . hfff....aku menghela nafas seperi menahan air mata yang entah mengapa seperti ingin meluncur bebas dari pelupuk mataku. aku iri pada wanita-wanita hamil yang di temani suaminya saat kontrol, aku sering menyalahkan diri sendiri, mengapa aku belum juga bisa memberikan anak untuk suamiku. walaupun aku tau Riko selalu pulang larut dan lelah karena pekerjaannya, tapi tetap saja aku wanita, aku yang selalu di tanya orang tentang kondisi ku yang "kok belum isi". mungkin ini juga yang memperlambat progam hamilku. aku stress, di tambah lagi soal trian. "rahim nya bagus, dari hasil tes sebelumnya juga sel telur ibu vloi bagus, dan sperma bapak Riko bagus. sebenarnya tidak ada masalah. hanya memang belum saja" kata dokter Andre yang sedang menulis resep vitamin . pagi itu Riko mengantarku kontrol, dia memutuskan untuk mengantarkan aku dulu dan baru pergi ke kantor. karena malam ini dia akan pulang larut, jadi ga bisa ambil praktek dokter di sore hari. "kak, denger ga si..kaya ada yang jalan di belakang kamar aku" trian ke kamarku dan menarik tanganku menuju ke kamarnya. "apaan sih, ga ada apa-apa ah..." jawabku jengkel karena harus terpotong saat menonton film. "iya bener tadi kaya ada yang jalan di bawah jendela" trian meyakinkan. "udah lah sini aja" jawabku tanpa memalingkan mata dari tv. karena aku tau kadang-kadang dia memang suka aneh kalo lagi pengen sama aku. mencari-cari alasan untuk bisa nonton atau tidur di ranjangku sama aku. dikecupi nya tengkuk leher ku, tangannya mengeratkan pelukannya.. aku hampir tidak bisa bernafas dan menahan desahanku, "trian, " cuma itu aja yang bisa aku ucapkan. trian mengecup leherku inci demi inci, yatuhan...setan macam apa yang membawaku melayang malam ini. "aku balik ke kamar" trian membawa baju nya dan kembali kekamarnya. kejadian ini berulang setiap kali Riko pulang malam atau tidak pulang karena tugas diluar kota. " semalam kamu tidur dimana" tiba-tiba riko bertanya kepadaku. "hah? maksudnya? " "ya kamu tidur dimana semalem?" Riko masih santai menyantap nasi goreng buatanku. "di...rumah lah. dikamar, kan aku tidur sama kamu" jawabku. "sebelum aku pulang?" Riko bertanya lagi. "ada apa kamu sama trian?" sontak aku tersedak karena pertanyaan riko yang satu ini. "aku sama trian? ya ga ada apa-apa lah sayang" aku beranjak dari kursi menuangkan air minum . Riko bukan type laki-laki yang banyak bicara, bahkan percakapan kami berakhir hanya sampai disitu. dan Riko berangkat kerja. Trian memang tidak pernah lagi sarapan bareng kami setelah apa yang terjadi pada kita. dia selalu lebih awal keluar rumah dengan alasan praktek atau terlambat keluar kamar hingga Riko berangkat kerja. jadi dia ga pernah tau apa saja yang aku dan Riko bicarakan. otakku berkelana kemana-mana aku yakin Riko pasti curiga sejak menemukan kemeja trian menggantung di balik pintu kamar ku. "wuekk...wuekk..." kepala ku pusing sekali pagi ini, perutku mual gak karuan. "kenapa kak?" tanya trian yang baru saja keluar kamar. "masuk angin kayanya" jawabku lemas. "mangkanya pake baju. baju pendek semua, udah tau cuaca dingin begini" sahut trian sembari memakai sepatu. wajahku pucat, terasa semua makanan di depanku membuat ku semakin mual. aku memutuskan utk menghubungi riko agar dia mengantarku ke dokter hari ini. "selamat ya pak, istri bapak hamil. usia kandungan nya menginjak 5 Minggu" dokte menjelaskan kepada kami. "hah? " aku masih bengong dan menahan rasa bahagia yang luar biasa tapi tidak tampak rasa bahagia di raut wajah Riko. hingga saat di perjalanan pun Riko diam saja. fokus pada jalanan hingga kami sampai di rumah. "kenapa kamu ga keliatan happy sayang?" tanyaku sembari menggenggam tangan Riko sebelum kami keluar dari mobil. "karena aku ga yakin itu anakku" pernyataan yang memukul keras jantungku. menjatuhkan nya kedasar yang paling dalam setelah rasa bahagia dari kabar yang dokter ceritakan tadi . "kamu kok ngomong gitu sih sayang" dengan bibir bergetar. aku meneteskan air mata . Riko menatapku. pandangannya datar, lalu berubah menjadi seperti kecewa. "sejak aku menemukan kemeja trian di kamar, aku tidak pernah berhenti berfikir dan bertanya. sejak itu pula aku memutuskan untuk pulang lebih awal dan parkir di ujung jalan. aku mengendap pelan-pelan mencoba melihat apa yang kamu lakukan saat aku tidak ada dirumah " Riko menundukkan kepalanya. aku tidak bisa menjawab apa pun mulutku beku antara takut dan merasa bersalah. " tapi, aku ga bisa lihat apa-apa, semua gorden menutupi seluruh cela jendela" huff...aku lega dengan ucapan Riko ini, dan baru saja ingin mengatakan semua hanya fikiran buruk Riko saja. tapi... "yang ku dengar hanya suara desahan kamu di antara suara tv" aku termenung, terasa sampai ujung kaki betapa sakit nya yang Riko rasakan. belum ada sepatah kata pun yang berani aku ucapkan. Riko kembali melanjutkan kata-katanya "kamu jujur sama aku, apa aja yang udah terjadi dan kamu lakukan sama trian selama aku ga dirumah?" Riko kembali menatap mataku yang sedari tadi penuh dengan kucuran air mata. "a..a..ku sama trian ga ada apa-apa sayang" terbata-bata aku berusaha meyakinkan riko. " cerita dari awal atau aku tau dari mata ku sendiri" Riko sedikit mengancam. "iya sayang...iya...aku dan trian lebih dari yang kamu liat. aku melakukan semuanya yang pernah aku lakukan sama kamu. tapi aku berani sumpah, aku ga pernah sampe melakukan hubungan suami isteri sama trian. ini anak kamu!" akhirnya aku berani mengatakan ini. "aku perlu waktu untuk meyakinkan diriku" riko keluar dari mobil. hari-hariku mulai berat, pagi itu mataku sembab dan basah, Trian mengamatiku dari meja makan, tanpa berbicara sepatah katapun aku kembali kekamar. (message from trian:) "kenapa, kok nangis ? ka Riko kenapa tadi kok ga pamitan kaya biasanya?" (vloi:) "gapapa" aku berusaha untuk membuat situasi seperti tidak terjadi apa-apa. tiba-tiba pintu kamarku terbuka, trian masuk membawa selembar kertas, "bantu aku lah kak, bahasa Inggris nya susah banget ga ngerti aku" sembari menyodorkan pulpen ke arahku. aku menghela nafas, bisa-bisa nya dalam situasi aku yang begini dia masih merepotkan aku. pagi itu selepas Riko kerja aku dan trian bercanda dikamarku. mengapa tawa ini begitu mudah keluar saat aku bersama trian, dan terasa begitu kaku jika bersama Riko. "mas, mau aku buatin kopi?" aku menghampiri Riko yang duduk didepan tv. "oh, gak gak usah, malam ini aku mau cepat tidur " jawabnya hari-hariku terasa makin berat, Riko yang makin bersikap dingin membuatku mulai merasa asing di rumahku sendiri. fikiranku penuh dengan masalah yang awalnya ku mulai sendiri. (kring-kring-kring) handphone ku bergetar pagi buta. "hallo, ya sit ada apa? kok tlp jam segini?" aku mengucek mataku dan melihat jam yang menunjukan pukul 02.00 pagi. "mmhh...anu mbak, ibune sakit " suara Siti dari telpon. "oh. iya sit, nanti aku minta izin pulang kapung sama mas Riko, bilang ke ibu jangan mikir yang macem-macem. makan teratur dan istirahat ya sit" jawabku sebelum menutup telpon. seperti biasa, pagi ini aku menyiapkan keperluan mas Riko. kopi dan sarapannya ku taruh di atas meja makan. "mas, semalem Siti telpon, ngasih tau kalau ibu sakit, kalo boleh aku mau minta izin pulang kampung" tanya ku sembari menggenggam tangan kiri Riko. Riko menaruh pandangan nya ke arah mataku, detik ini aku benar-benar merindukan tatapan nya . masih penuh cinta seperti dulu diawal kita menikah. "kamu mau ke Jogja sama siapa?" tanya nya menaruh iba. aku tau dia khawatir kepadaku, tapi karena rasa curiga nya ia seolah tidak begitu perduli terhadap janin yang ku kandung. tanpa sadar air mataku menetes, perasaan menyesal dan berharap semua kembali seperti dulu lagi menjadi satu. "aku bisa naik kereta mas " jawabku lirih. Riko mengusap air mata dipipiku, mengira aku menangis karna khawatir terhadap kesehatan ibuku. "nanti aku antar, kamu siap-siap apa yang perlu di bawa, aku pulang sebelum tengah hari" Riko mencoba menenangkan aku dan mengecup keningku sebelum beranjak dari kursi makan. dosa besar yang telah ku buat membuatku merasa tidak pantas lagi diperlakukan baik seperti ini oleh Riko. dia bertahan meskipun masih banyak pertanyaan yang ia simpan. aku bergegas mengemasi barang-barang ku, karna kebetulan aku tinggal tanpa asisten rumah tangga, aku juga perlu mengecek keadaan rumah sebelum aku tinggal. mas Riko pulang dari kantor pukul 11.00 ia langsung membawa barang apa saja yang mau aku bawa kedalam mobil. (vloi :) " trian, aku harus ke Jogja siang ini, ada stok makanan di dapur yang bisa kamu makan, sampai kak Riko pulang dari Jogja" (send a message) aku berpamitan dengan trian karena ia masih tinggal satu rumah denganku. "udah siap?" tanya Riko sembari masuk kedalam mobil. aku sedari tadi menunggunya di bangku sebelah kemudi sambil merenung dengan kejadian dan kejadian yang terjadi belakangan ini. "sayang...maafkan aku " ku ambil tangan Riko yang baru saja sampai di tingkat persneling. "ssst....sudah ga perlu di bahas dulu, fokus pada kesehatan ibumu" di tempelkan ya telunjuk riko pada bibirku. aku hanya mengangguk. dan roda mobil pun melaju memulai perjalanan kami.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN