love 365 days part 4

1534 Kata
#HARI-HARI YANG SULIT Roda mobil kami berhenti di pekarangan rumah, asri masih asri. "mba vloi, pripun kabare?" ibu-ibu paruh baya yang masih memegang sapu menghampiriku . kami sempat bermalam di daerah Tasikmalaya karena mas Riko mengeluh ngantuk. dan melanjutkan perjalanan pukul 10 pagi. jam 4 sore kami sampai di rumah ibu. "baik bude, bude pripun kabarnya?" tanyaku mengulurkan tangan kepada bude asnah tetangga ibuku, dia juga ibu dari sabat ku Astari . mas Riko membawa masuk koper ku di bantu oleh Siti, tak lama aku mengobrol dengan bude asna tampak Siti datang menghampiri ku, "mba vloi, kamar nya sudah siap, Monggo istirahat dulu capek to habis perjalanan jauh" sambut Siti hangat . "Monggo bude, saya masuk dulu nggeh" . mas Riko terlihat sudah duduk di samping ibuku, tampak ada yang di bicarakan tapi aku tidak bisa mendengarnya dari kejauhan. "sayang, sini....ibu sudah nunggu kamu loh dari tadi" mas Riko melambaikan tangannya kepadaku. aku menaruh tasku di atas nakas di sebelah pintu kamar ibu, dan menghampiri wanita yang dulu begitu kuat sekarang sedang lemas terbaring di atas ranjang, hatiku sedih telah meninggalkan nya dan memilih tinggal di Jakarta bersama suamiku. "ibu...gimana kabarnya. tadi vloi ngobrol sebentar dengan bude asnah di depan. ibu sudah makan" aku berusaha menahan air mata agar tidak jatuh didepan ibuku. "udah ndug. tadi Siti masak sayur asem dan goreng ikan kembung, makanan kesukaanmu to? ayo kamu ajak mas Riko makan dulu" ibu ku menepuk tanganku yang belum ku lepas sejak bersalaman tadi. ibuku memang sering sakit sejak bapak gak ada . tapi kali ini sakit nya cukup lama, biasanya teh jahe sudah cukup menyembuhkan pusing atau sakit kepalanya . aku dan mas Riko berusaha menutupi masalah kami agar tidak tampak di hadapan ibu, aku gak mau ibu semakin khawatir dan tambah sakit karena memikirkan masalahku. "sayang, aku tau kamu belum bisa percaya kalau ini anak kamu, tapi aku berani bersumpah aku gak pernah sampai melewati batas itu dengan trian" ku beranikan diri memulai percakapan. "kamu disini aja dulu, sampai ibu sembuh. paling tidak kamu juga bisa jauh dari trian" Riko menutup buku yang tadi dia baca. aku memutuskan untuk tinggal lama di Jogja sampai kandungan ku kuat untuk di bawa pulang lagi ke Jakarta. mungkin bisa juga sampai anak ku lahir, setelah itu kami akan melakukan tes DNA . " sepertinya ibu terasa dengan apa yang kita alami, tadi ibu menanyakan tentang kita pas aku baru sampai " kata Riko. mungkin ini yang dinamakan ikatan batin. aku tidak berhebti menangis sepanjang hari setelah Riko tau yang terjadi antara aku dengan trian. aku tidak tersakiti sama sekali, justru aku yang menyakitinya. tapi sakit yang Riko rasakan sampai sakitnya di dalam hatiku hingga teraba bagian mana yang paling sakit . "aku gak pernah cerita apa-apa ke ibu mas" tatap ku cemas pada Riko. Riko menarikku dalam dekapannya, tempat tidurku yang paling nyaman, dia mengecup keningku berulang kali. "aku memang ragu dengan anak yang kamu kandung, tapi aku masih mencintai mu sampai detik ini vloi. dan aku sedang berusaha menenangkan diriku sendiri agar bisa menerima masalah yang sudah terjadi" Riko meyakinkanku . dia adalah laki-laki yang bertanggung jawab, sosok yang sempurna, aku bahkan tidak habis Fikir dengan kesalahan ku sendiri, bagai mana bisa aku menjaga perasaan orang lain dan menyakiti hati laki-laki yang selama ini begitu tulus mencintaiku . tak sadar air mataku menetes dan menggenang di dada riko, dia mengelus-elus kecil kepalaku hingga aku tertidur . aku berjanji dalam hatiku. aku tidak akan pernah menyakitinya lagi. dan tidak akan pernah menyia-nyiakannya . aku akan mencintai Riko sepenuh hatiku . paling sebentar adalah sepanjang hidupnya dan paling lama adalah sepanjang hidupku. (tok-tok-tok) terdengar pintu kamar ku diketuk. ternyata Siti memanggil kami untuk sarapan. pagi ini seperti ada hembusan nyawa baru, kekuatan yang baru. aku seperti hidup kembali walaupun masih lama hingga tes DNA anakku membuktikan pada Riko dan membuatnya percaya . aku membawakan satu piring penuh nasi lengkap dengan sayur dan lauk nya ke kamar ibu, "makan dulu ya Bu. biar cepat sembuh" ku suapi perlahan wanita yang dulu pernah menyuapiku. hingga suapan yang terakhir, tampak ibuku tersenyum. wajah nya tidak sepucat saat aku baru datang . "mas mu jadi balek ke Jakarta hari ini ta ndug?" tanya nya. "iya Bu, insya Alloh jadi . itu mas Riko masih sarapan" aku menunjuk ke arah Riko yang tubuhnya tersorot mentari pagi dari jendela ruang makan. tampak gagah, tampan bulu halus di tangannya tampak bersinar karena pantulan cahaya matahari. entah mengapa setelah sekian lama gairah ini muncul lagi, hasrat yang seharusnya menjadi pahalaku setiap saat, tapi ku hancurkan karena tak kuat dengan keadaan yang saat itu memberi peluang trian untuk masuk dalam kesepianku. "sebentar ya Bu. vloi mau bantu mas Riko berbenah dulu" aku membereskan bekas makan ibu, dan membawanya menuju ke arah dapur. ku pandangi laki-laki yang pandai membuatku klimaks berkali-kali itu. aku melewati meja makan nya sebelum sampai ke dapur. ku bisiki lembut di telinga nya. "sayang, jangan pulang dulu sebelum kamu menunaikan kewajiban mu kepada ku" ku usap ujung jari dan lengannya yang di tumbuhi bulu tipis hingga sampai ke bahu. mata Riko membulat, pipinya memerah menatap ke arah ku sembari menelan ludah. dia menghampiri ku yang sedang mencuci bekas makan ibu dan piring nya menunggu ku hingga selesai. aku yakin, ada yang sudah mengeras sedari tadi di balik celana nya. belum sempat aku menutup pintu kamar, Riko sudah mendaratkan bibirnya di bibirku, mengerahkan satu tangannya untuk meremas payudaraku sembari tangan yang satunya mengunci pintu . ku buka perlahan kancing bajunya, dan ku buka resleting celananya, hingga sampai di setengah paha. benda yang mengeras tadi sekarang sudah ada di hadapanku, tak ku sia-siakan, kulahap hingga hampir sampai ke pangkal, sesekali kulihat wajah Riko, gigi atas nya menggigit bibir bawahnya menahan kenikmatan. di angkatnya tubuhku, dan di sandarkannya di pintu. dilepasnya satu persatu atribut busanaku, hingga dua buah dadaku tampak jelas dengan puncak yang menegang, di lumatnya pelan-pelan hingga aku tak bisa menahan rintihan dan desah kenikmatan. di angkatnya pahaku dengan tangan kanannya, hingga menempel di atas tulang panggulnya, perlahan ia masukan benda yang sedari tadi siap untuk memuaskanku. "aagghhh sayang" tak ada kata-kata yang sanggup keluar dari mulutku selain desahan di setiap gerakan Riko. Riko memang pandai di ranjang, hanya saja karena kesibukannya bekerja membuat kami jarang melakukan hubungan intim. ini juga salah satu alasanku tidak pernah mau jika trian ajak berbuat lebih, karna aku yakin tidak akan ku temui yang senikmat Riko dimana pun. "ya ampun jam berapa ini" Riko terduduk di sebelah ku. kami ketiduran setelah pertempuran tadi. Riko tampak bergegas menuju kamar mandi, jam dinding menunjukkan pukul satu tiga puluh. "jam setengah dua sayang" aku yang ikut terkaget karena gerakan Riko yang gelagapan, takut ke malaman perjalanan dari Jogja ke Jakarta. aku yakin, jika dia nyetir sendiri dia ga akan berhenti bermalam. aku menyiapkan beberapa barang yang belum masuk ke mobil, hingga Riko selesai mandi. "mas Riko. Niki Lo, ada nasi, sama ayam bakar Kalasan . tadi ibu suruh saya beli buat bekal mas Riko di perjalanan" Siti membawa tas berisi bekal makanan. "o iya sit, terimakasih ya, taro di jok depan aja biar aku gak kelupaan makan nanti" jawab Riko. "nak Riko....terimakasih ya, sudah bersedia ngantar vloi sampai sini. dan mengizinkan nya untuk nemani ibu dulu disini, semoga kamu sehat terus disana, jaga diri baik-baik jangan makan sembarangan " pesan ibuku. "oh...iya Bu, sama-sama terimakasih juga sudah bawakan bekal untuk saya" wajahnya girang karena memang salah satu makanan yang dicari mas Riko saat pulang kejogja adalah ayam bakar Kalasan. "vloi antar mas Riko kedepan dulu ya Bu" aku mengikuti mas Riko yang sudah jalan keluar. belum sampai pintu, Riko menghentikan langkahnya dan kembali duduk di sebelah ibu. "Bu. . .,saya titip vloi ya Bu, sit ( Riko melirik ke arah Siti) vloi suka lupa minum vitamin dan susu hamil kalo ga di ingetin" kali ini matanya menatap ku sambil tersenyum. aku terharu saat itu, aku tidak menyangka Riko masih perhatian padaku, pada kehamilan ku. walaupun aku tau dia belum sepenuhnya percaya kalau ini anaknya. "siap mas, pasti nanti aku bantu ingatkan" sahut Siti mengacungkan jempol. terasa berat sekali perpisahan kami sore itu. saat fikiran ku kacau seperti ini sepertinya hanya Riko yang aku butuhkan. aku pernah menyangka bahwa aku jatuh cinta pada Trian, tapi detik ini aku yakin sekali aku tidak pernah mencintai nya. semua yang terjadi antara aku dan dia hanya satu kesalahan, aku melambaikan tanganku hingga mobil mas Riko tidak terlihat lagi, ku usap air mataku yang bercucuran dipipi. "wes to mbakk...gausah sedih nanti kalo ada apa-apa panggil Siti. siap aku mbak!" Siti tersenyum kepadaku berusaha menghibur. ini memang bukan yang pertama aku ditinggal Riko pulang duluan, tapi ini yang pertama aku harus ditinggal disini karena alasan yang mengharuskan aku lebih baik tinggal disini dulu. aku hanya berusaha kuat, menjaga fikiran ku agar tidak stres, dan menjaga kesehatanku demi anak ku. meskipun begitu berat yang aku rasakan, rasa sepi dan sediri diantara keramaian, rasa takut ada hal yang lebih buruk yang akan terjadi. rasa khawatir tentang hubungan mas Riko dengan trian dan banyak rasa yang terus berputar-putar di otakku. aku harus tetap bertahan, menjaga anakku agar tetap tumbuh dan hidup. karena dia satu-satunya yang akan membuktikan dan membuat Riko percaya bahwa aku gak pernah melakukannya dengan trian.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN