8. Pasangan Takdir

1063 Kata
Arash terdiam, tidak percaya dengan ucapan ayahnya. Bagaimana bisa ayahnya dengan percaya diri mengatakan jika Nayma adalah pasangan yang telah ditakdirkan untuknya. "Itu alasannya kenapa kau tidak bisa masuk ke pikiran gadis itu, karena dia adalah pasangan yang ditakdirkan untukmu. Sebagai pasanganmu, kau tidak akan pernah bisa memanipulasi ingatannya karena kalian ditakdirkan untuk saling percaya," sela Genore tiba-tiba. Arash menoleh ke arah Genore dan menatapnya dengan kesal. Entah apa yang membuatnya kesal, yang pasti Arash merasa apa yang dikatakan Genore terlalu mengada-ada. "Apa yang kau ingkari, Arash? Jika pada kenyataan sudah seperti itu takdirmu," timpal Genore. "Aku tidak percaya omong kosong kalian. Sudahlah, aku mau melihat keadaannya dulu." Arash beranjak meninggalkan ayahnya dan Genore yang hanya bisa terdiam melihat kepergiannya. Pikirannya begitu kacau memikirkan ucapan ayahnya tadi. Pasangan takdirnya? Tidak mungkin, semua ini pasti hanya rekayasa ayahnya yang begitu menginginkannya menjadi pengganti Trias, kepala suku Zath. Ayahnya selalu berkata, suku Zath yang terancam musnah membutuhkan pemimpin baru. Trias, kepala suku mereka saat ini sedang dalam kondisi sakit-sakitan dan tidak memiliki keturunan seorang pun. Dax juga selalu berkata, Arash-lah yang diramalkan akan menggantikan Trias. Arash benci dengan obsesi ayahnya. Menjadi kepala suku Zath sama sekali bukan keinginannya, Arash sama sekali bukan sosok yang begitu mengagungkan sukunya seperti yang sering dilakukan Dax. Bagaimana mungkin orang yang seperti itu bisa menjadi kepala suku. Arash melangkah perlahan memasuki bilik pengobatan. Dia menyibak kain yang menutupi pintu dengan perlahan, takut membangunkan Nayma yang sedang tertidur. Aroma manis dan memabukkan masuk ke indra penciumannya. Dia menahan napas dan mencari sumber aroma itu. Dengan sekali embusan, Arash meniup lilin yang sudah ditaburkan kristal obegium oleh Genore. Wangi manis obegium akan membuat siapa pun merasa mengantuk saat menghirupnya. Mungkin maksud Genore baik, ingin membuat Nayma tertidur agar bisa beristirahat. Arash mengembuskan napasnya saat melihat sosok Nayma yang sedang tertidur pulas dengan sebelah kakinya telah dibalut ramuan obat oleh Genore. Semua yang terjadi begitu cepat, sebenarnya dia tidak ingin Nayma mengenalnya sebagai Arash, keturunan suku Zath. Kemampuan spesial yang dimilikinya kadang tidak dapat diterima oleh akal sehat. Arash yakin, saat ini Nayma pasti merasa takut jika berhadapan dengannya. Takdir seperti apa yang dibicarakan ayahnya dan Genore tadi? Dia mendesah dan mendadak wajah ibunya berkelebat di kepalanya. Ibunya yang tidak pernah diingatnya karena diasingkan ayahnya di pulau terpencil. Arash sering mendengar jika ibunya adalah pasangan yang ditakdirkan untuk ayahnya. Apakah seperti itu Nayma ditakdirkan sebagai pasangannya? Arash tidak pernah percaya saat orang-orang sukunya mengatakan jika berkat ibunya, maka ayahnya bisa hidup sampai saat ini. Dax, ayahnya memang tidak pernah menceritakan kepada Arash tentang ibunya. Tapi telinga Arash cukup baik untuk mendengar dari pembicaraan orang-orang sukunya jika ibunya yang malang itu harus menanggung penderitaan dengan diasingkan oleh ayahnya di sebuah pulau. Pasangan hidup bagi lelaki suku Zath adalah sumber kekuatan mereka. Suku Zath akan terus-menerus menyerap energi dari pasangan mereka. Ada kalanya pasangan suku Zath akan menjadi kelemahan mereka karena menjadi incaran musuh. Begitu yang terjadi pada ibunya. Ketakutan ayahnya membuat dia mengasingkan ibunya, sampai akhirnya ibunya meninggal karena sakit di pengasingannya. Menjadi pasangan lelaki suku Zath adalah sebuah bencana. Arash sering berpikir jika apa yang dilakukan ayahnya sangat tidak masuk akal. Apa karena rasa cintanya yang terlampau besar atau mungkin karena keegoisannya? "Ke...kenapa kau di sini?" Suara yang terdengar lemah itu menyadarkan Arash dari lamunanya. "Bagaimana, apakah kakimu sudah lebih baik?" tanya Arash berusaha setenang mungkin. "Siapa kau sebenarnya?" Bukannya menjawab pertanyaan Arash, Nayma malah balas bertanya dengan suaranya yang terdengar bergetar. "Aku...aku...tidak tahu," sahut Arash pelan. Nayma ingin tertawa mendengar jawaban aneh Arash. Bagaimana mungkin dia tidak tahu siapa dirinya sendiri. "Maksudku kenapa kau...berbeda?" tanya Nayma memberanikan diri. Nayma menahan ucapan yang akan keluar dari mulutnya. Dia ingin bertanya kenapa Arash bisa membawanya melewati hutan hanya dalam waktu singkat, kenapa lelaki itu bisa melakukan aksi setengah terbangnya itu. "Aku tidak mengerti dengan semua ini. Siapa kau, di mana ini, dan...semuanya benar-benar tidak bisa kupikirkan dengan akal sehat," ujar Nayma akhirnya. "Dan...apa maksudmu bekerja di kapal ayahku? Apa kau punya maksud jahat?" Nayma masih terus bertanya sampai Arash kebingungan menjawab pertanyaannya. Akhirnya Arash tertawa pelan, menertawakan kebingungan yang sebenarnya sedang menyerangnya juga. "Aku tidak ada merencanakan apa pun, bahkan pertemuan kita juga bukan rencanaku," sahut Arash. Nayma terdiam sambil mengamati wajah serius Arash. "Lahir dari keturunan suku Zath membuatku memiliki kemampuan istimewa. Tidak ada maksud apa pun aku bekerja di kapal ayahmu, aku hanya sedang melarikan diri dari tempat yang kadang sangat membosankan ini," jelas Arash. Nayma masih diam sambil menunggu kelanjutan cerita Arash. Sejujurnya dia sedang berusaha berdamai dengan kekesalannya terhadap lelaki itu. Nayma sudah terlanjur percaya pada Arash sehingga memberanikan dirinya untuk ikut pergi bersama Arash mencari kedua kakaknya ke kota. "Apa kau takut padaku?" tanyanya kemudian. Nayma menggeleng lemah. "Aku tidak takut, aku hanya kesal padamu. Kenapa kau merahasiakan identitasmu, padahal aku begitu percaya padamu," sahut Nayma. Arash terdiam mendengar ucapan Nayma, dia menarik napas panjang dan membiarkan keheningan meliputi mereka. Nayma mencoba bangkit dari tidurnya dengan menggeser tubuhnya perlahan. Kaki kirinya yang terkena panah terasa kaku, dia menariknya perlahan dan menyadarkan tubuhnya di sandaran tempat tidur. Nayma menatap wajah Arash yang terlihat kelelahan. Dia merasakan desir halus di dadanya saat mata mereka tak sengaja bertemu. Dia membuang napas kesal, ternyata masih sama yang dirasakan saat menatap lelaki itu. "Artinya kali ini kau sudah tahu siapa aku, maukah kau memaafkanku karena sudah membohongimu?" tanya Arash. Arash menunggu jawaban Nayma dengan tegang. Sejujurnya dia tidak ingin gadis itu membencinya. Seperti yang diceritakannya pada Genore, dia tertarik dengan Nayma dan ingin tahu tentangnya lebih jauh. Hanya tertarik, tidak lebih dari itu, ucapnya secara terus-menerus di dalam hatinya. "Aku memaafkanmu, asal kau membawaku kembali ke kapal dengan selamat," ujar Nayma akhirnya. Arash menarik napas lega dan hampir saja dia ingi menggenggam tangan Nayma untuk mengucapkan terima kasih tapi diurungkannya karena mendadak wajah Nayma yang memerah membuatnya salah tingkah. "Istirahatlah dulu sampai aku tidak perlu menggendongmu untuk kembali ke kapal ayahmu," kata Arash sarat akan makna. Nayma mengangguk dan menahan debaran jantungnya yang berpacu cepat. "Tunggulah di sini, aku akan membawakan makan malam buatmu," kata Arash lagi dan bergegas pergi. Arash menekan kepalanya yang tidak sakit, dia bingung dengan tindakan spontannya saat menatap Nayma dan sepertinya rasa salah tingkah itu semakin besar saat Nayma tersenyum padanya sebelum dia melangkah pergi. "Yang Mulia Trias memintamu menemuinya sekarang." Arash tercengang dan menemukan ayahnya sedang berdiri di depannya dengan wajah serius tepat di depan bilik pengobatan. (*)
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN