Bagian 18

2754 Kata
Jevarra duduk diam di kasur nya, sebenarnya ini bukan nya kasurnya. Lebih tepat nya ini kasur Madhava. Cewek itu bosan dan tidak tahu harus apa. Tadi setelah makan malam bersama, masing masing kembali ke kamar. Ingin mengobrol dengan Kala tapi anak itu sedang membaca buku yang telah Jevarra bawa tadi sore atau mungkin anak itu sudah tidur karena ini sudah larut malam. "Ngerjain tugas aja kali? Ah, tapi masih seminggu lagi sih ngumpulinnya." ucap Jevarra. Kebiasaan anak sekolah biasanya selalu menunda nunda pekerjaan rumah. Alasan nya masih banyak waktu, padahal di kerjain nya juga satu hari sebelum mengumpulkan. "Gue ke balkon aja deh, cari udara malem. Sambil dengerin lagu." ujarnya lalu berdiri dan mengambil handphone milik nya. Ia berjalan keluar kamarnya, menuju balkon yang letaknya tidak terlalu jauh dari kamar. Jevarra mengedarkan pandangan nya, sepi sekali. Madhava kemana ya? Kalau Kala sudah jelas mengunci diri di kamar. Lalu cewek berambut sebahu itu duduk di sofa yang memang di sediakan untuk bersantai. Ia menscroll handphonenya, mencari lagu yang pas. "Yang enak lagu apa ya, mau yang beda tapi gue bingung. Lagu barat yang enak apa sih?" racau nya pada diri sendiri. "The 1975, it’s not living.” Jevarra tersentak kaget saat ada seseorang yang menjawabnya. Ia menoleh dan melihat Madhava yang memakai jaket. "Kaget. Kirain lo udah tidur? Mau kemana?" tanya Jevarra saat melihat pakaian Madhava yang begitu rapih. "Enggak." kata cowok itu bersandar di tembok sambil meminum minuman di tangan nya. "Enggak apa?" "Enggak mau pergi." ucap Madhava. "Tapi rapih gitu." "Habis dari rumah teman." Jevarra menganggukkan kepalanya. "Eh, tadi apa lagunya? Gue mau dengerin deh, kayaknya belum pernah denger." "The 1975, it’s not living.” ulang Madhava. "Lagu favorite lo?" tanya Jevarra kembali menscroll handphone nya. Madhava menganggukkan kepalanya. Cowok itu ikut duduk di samping Jevarra menikmati angin malam dan alunan lagu yang keluar dari handphone cewek itu. Tanpa Madhava sadari, ada Jevarra yang sudah panas dingin di samping Madhava. Jantungnya kembali bereaksi tidak santai. Jevarra menoleh ke arah Madhava, "Dhav, minimarket depan komplek sampai tengah malem enggak?" tanya Jevarra. "24 Jam." "Gue mau beli jajanan, lo mau ikut? Tapi kalau enggak sih gapapa, gue biasa jalan sendiri tengah malem buat beli jajanan di minimarket depan komple gue." ujar Jevarra sedikit gugup. "Ikut." "Serius?" "Pake jaket lo." "Enggak usah, kita jalan aja ya, jangan naik motor." kata Jevarra tersenyum senang. "Sebentar gue ambil duit dulu di kamar." kata nya dan bangkit dari duduknya. Tak lama Jevarra turun kebawah, ia melihat Madhava yang menunggu nya di luar. Jevarra hanya memakai piyama panjang, tidak memakai jaket karena menurutnya hanya jalan ke depan. "Yuk!" ajak Jevarra. Mereka jalan berdua, tengah malam gini pasti sepi. Apalagi di perumahan. Jam 9 pun juga sudah sepi. "Ada yang mau lo beli?" tanya Jevarra. Madhava yang berjalan di samping Jevarra pun menoleh, "Enggak." Jevarra mengernyitkan dahinya. "Loh? terus kenapa ikut? Gue kira lo mau beli sesuatu juga." "Terus gue ngebiarin lo jalan sendirian?" ucap Madhava tanpa melirik Jevarra. Pipi Jevarra merona, untung jalanan tidak terlalu terang. Jadi Pipi merahnya tidak akan kelihatan. Bisa bisanya Madhava menjawab seperti itu. Ingin membuat Jevarra jantungan? Jevarra tertawa. "Gue kan udah bilang, biasa kalau di rumah gue jam segini keluar cuman buat beli jajanan." "Enggak takut?" "Takut apa? Kan di perumahan aman. Ada satpam yang jaga 24 jam. Kalau masalah takut hantu sih ya.. kadang sih. Tapi belum pernah di tunjukin sih kalo keluar, Jangan sampe Ya Allah, amit amit! Jauh jauh deh!" ucap Jevarra menggelengkan kepalanya membayangkan sesuatu. Madhava tertawa kecil melihat tingkah gadis itu. "Ih! Demi apa Madhava tadi ketawa?" tanya Jevarra terlihat kaget. "Biasa aja Jeva, gue juga manusia." "Tapi gue baru pertama kali liat lo ketawa gitu! Di sekolah jarang. Enggak. Enggak pernah malah gue liat lo ketawa." kata Jevarra polos. Madhava menggelengkan kepalanya, lalu menepuk pelan rambut Jevarra membuat cewek itu terdiam. Sedangkan Madhava berjalan mendahului Jevarra. "Madhava? Kesambet ya?" ucap Jevarra pelan tetapi masih bisa di dengar Madhava. "Enggak!" ucap Madhava tanpa menengok kembali ke belakang. "Dia beneran mau lihat gue pingsan mendadak ya?" kata Jevarra menatap punggung Madhava yang semakin menjauh. Lalu Jevarra tersadar, ia kembali berjalan untuk menyusul Madhava. "Madhava! Tungguin gue!" *** Pagi ini Jevarra bangun dengan sedikit terlambat. Ia langsung mencuci muka. Hari ini Hari Minggu, itu sebab nya ia bangun sedikit telat. Setelah selesai cuci muka, Jevarra keluar kamar dan menuruni tangga. Belum terlalu siang, masih jam 7 pagi. Biasanya Jevarra sehabis sholat subuh tidak tidur lagi. Saat sampai diruang tamu, ia melihat Kala yang duduk sambil fokus membaca buku. "Kamu sendirian? Bunda mana?" tanya Jevarra saat melihat rumah yang sepi. "Bunda biasa senam sama ibu ibu komplek." jawab Kala. "Kak Jeva enggak mau ikut Bang Dhava jogging? Kan sekalian pendekatan gitu." kata Kala terlihat tersenyum meledek. Ah, Jevarra jadi ingat perihal semalam. Cowok itu terlihat berbeda semalam, sedikit hangat di dingin nya angin malam. "Apa sih kamu?" ujar Jevarra terlihat malu. Jevarra keluar rumah, ia melihat Madhava yang bersiap ingin jogging. Cowok itu sedang mengikat tali sepatu nya. "Lho, kirain udah berangkat jogging." kata Jevarra membuat Madhava menoleh. "Mau ikut jogging boleh enggak?" tanya Jevarra tiba tiba. Entah, padahal Jevarra tidak bisa capek capek, tapi ia malah menawarkan diri untuk jogging bersama Madhava. Kapan lagi gitu. "Boleh." ucap Madhava. "OKE! Tunggu ya! Ganti baju dulu, sebentar aja!" kata Jevarra terlihat sangat bersemangat. Tak lama Jevarra datang dengan setelan yang berbeda. Celana legging panjang serta tanktop yang di lapisi jaket. "Yuk!" Cowok itu lebih dulu mengambil langkah. Mendahului Jevarra di belakangnya. Belum ada setengah jam berlari, Jevarra sudah berhenti di belakang Madhava. Cowok itu terlalu cepat berlari atau memang Jevarra yang sangat lambat. "Madhava! Duluan aja lari nya, gue ga kuat. Gue tunggu di taman ya." kata Jevarra sambil mengatur nafasnya. Entah Madhava dengar atau tidak yang penting ia ingin duduk. Jevarra duduk di kursi taman yang di sediakan banyak yang berlalu lalang karena sama sama jogging. Ia jadi ingat waktu di hukum di lapangan dan Madhava menolongnya. "Mama kenapa engga bilang ya kalau sahabatan sama bunda nya Madhava. Kalau aja bilang dari dulu, gue berjuang kali buat dapetin Madhava!" ujar Jevarra pada dirinya sendiri. Keringat mengucur bebas di lehernya. Cewek berambut pendek itu mengipasi wajahnya dengan telapak tangan. "Panas banget." katanya sambil melirik langit. Matahari bersinar sangat terang seolah sinarnya menembus kulit. Padahal hari belum terlalu siang tapi panasnya sudah sangat terasa. Jevarra tersentak saat ada sebotol air mineral di hadapan nya. "Ih! Makasih Madhava, kok cepet banget sih? Udahan jogging nya?" tanya Jevarra mengambil botol yang cowok itu berikan. Jevarra terlihat santai, padahal dalam hati nya ASXNDJNDJENDIDKDK. "Udah selesai." "Nggak mau muter lagi?" tanya Jevarra lagi, ia masih sedikit kesulitan membuka botol minuman tersebut. Madhava yang melihat itu pun mengambil. Lalu membuka kan untuk Jevarra dan di berikan lagi kepada cewek itu. "Makasih lagi, Madhava." "Mau sarapan dulu?" tanya Madhava ikut duduk di samping Jevarra. Belum Jevarra menjawab, tiba tiba dua orang gadis menghampiri mereka. Ralat, menghampiri Madhava. "Hai kakak ganteng! Boleh minta nomor handphone nya enggak?" tanya cewek berambut panjang itu. Lalu menoleh kearah teman nya sambil terkekeh kecil. Madhava mengernyitkan dahinya menatap dua cewek di hadapan nya. "Nggak lihat ada cewek gue di samping?" ucapan itu sontak membuat Jevarra yang berada di samping nya terkejut. "Ayo sayang, cari sarapan." kata Madhava menggenggam tangan Jevarra yang masih terdiam. Bisa Jevarra lihat bahwa kedua cewek itu melirik Jevarra sinis. "Sorry girls, he's my boyfriend." ucap Jevarra sengaja meledek kedua cewek tersebut. Ia tersenyum bangga. Padahal aslinya ingin segera pingsan. Apalagi tadi Madhava memanggil nya sayang. "AAMIIN YA ALLAH GUSTI!" teriak Jevarra dalam batin nya. Setelah berjalan menjauh dari tempat tadi. Madhava melepaskan genggaman tangan nya. "Sorry, gue risih tadi." ucap Madhava meminta maaf tentang persoalan tadi. "Sorry juga gue tadi nyebut lo boyfriend." ujar Jevarra merasa tak enak PADAHAL SENANG. "Santai aja. Thanks." "Gitu emang ya resiko jadi orang ganteng. Lo jalan sama gue aja masih ada yang gangguin." ujar Jevarra tertawa kecil. Oke. Catat. Hari ini adalah hari bersejarah Jevarra yang kedua. Di gandeng dan di panggil sayang oleh seorang Madhava Shankara Mahanta. *** "HAH?" "DEMI APAA???" "YAAMPUN!" Jevarra menutup telinga nya saat mendengar teriakan dari ketiga sahabatnya. Saat ini keempat gadis itu sedang berkumpul di rumah Adrea. Mereka langsung menanyakan perihal hubungan Jevarra dan Madhava yang akhir akhir ini terlihat dekat. "Serius gue." ucap Jevarra. Ia habis menceritakan semuanya kepada ke empat sahabatnya itu. Rehuel menatap takjub. "KEREN! Ini bukan sebuah kebetulan, Jev! Ini takdir! Takdir!" kata cewek itu sambil menatap Jevarra. "Bener yang di bilang El! Nggak ada yang namanya kebetulan. Berarti lo sama Madhava emang udah di kasih restu." ucap Gaveska menoleh ke arah Rehuel. Adrea ikut menganggukkan kepalanya. "JEVAA YAAMPUN! AKHIRNYA! Tiga tahun lo enggak sia sia." "Ye! Gue kan gatau Madhava gimana." "YA JUSTRU ITU! cari tahu! Mumpung ada kesempatan." kata Adrea merasa geram. Jevarra tampak berpikir. "Kalau gagal?" "BELUM DI COBA UDAH BILANG GAGAL!" kesal Gaveska. "Setidaknya ya, Jev, lo udah ngasih tau perasaan lo ke Madhava, udah berusaha. Urusan hasil nya ya itu bonus. Kalau Madhava ikutan suka sama lo ya syukur, kalau enggak berarti itu belum jodoh." Jevarra, Gaveska dan Adrea menatap El secara bersamaan. "Rea, kamar lo enggak angker kan?" "Rea, gue mendadak merinding?" "Gue gatau apa apa sumpah.." Rehuel menghela nafasnya. Susah banget dia untuk bersikap normal. PADAHAL DIA EMANG NORMAL. "Nggak normal lo semua." ucap Rehuel dengan kesal. Jevarra menggelengkan kepalanya. "GAVE! REA! INI REHUEL KITA UDAH NORMAL!" teriak Jevarra dengan senang. "Alhamdulilah ya Allah, akhirnya." "Kita harus syukuran tujuh hari tujuh malem!" "Capek banget jadi orang cantik." ucap Rehuel mengibaskan rambutnya. "NGGAK ADA HUBUNGAN NYA REHUEL!" "Iya gada hubungan nya kaya lo dan Madhava." jawab Rehuel membuat Gaveska dan Adrea tertawa. Jevarra kesal namun itu ada benarnya juga. Cewek itu melempar bantal milik Adrea ke arah Rehuel. Tetapi yang kena malah Gaveska. Gaveska yang tidak terima pun mengambil boneka panjang berbentuk ular. Ini kelemahan Jevarra. "GAVE PLIS BANGET JANGAN MAIN ITU! GAVE LEPASIN GAK LO!" teriak Jevarra saat melihat Gaveska mulai mendekatinya. Jevarra ini sangat geli dengan boneka panjang yang di miliki Adrea. Ia paling anti dengan boneka itu. "GAVESKA GUE GAK TEMENIN LO YA!" kata Jevarra sambil berlari. "Bodoamat! Gue ada Adrea sama Rehuel." "GAVESKA ENYAH GAK LO!" Jevarra berlari keluar kamar Adrea tetapi Gaveska tetap mengejarnya. Untung saja rumah Adrea sedang sepi. "Jevarra! Cemen banget lo ini kan cuman boneka, cepet ini pegang doang." "NAJIS! AMIT AMIT GUE GAMAU PEGANG! GAVESKA BERHENTI GAK!" Mereka berlarian mengelilingi rumah Adrea, sedangkan Adrea dan Rehuel hanya menonton dari lantai atas. "Ada apa sih dek?" tanya Arga yang baru saja keluar kamar. "Biasa deh bocah nggak jelas main kejar kejaran." "AAAA GAVESKA GUE BENCI BANGET SAMA LO SUMPAH!" teriak Jevarra yang masih berlari. Cewek itu mulai mendekati pintu utama. Berniat ingin cepat cepat kabur dari Gaveska. "JEVARRA CEMEN! JEVARRA CEMEN!" Gaveska ikut berteriak dan tidak menyerah mengejar Jevarra. Saat Jevarra membuka pintu. Ia malah di kagetkan dengan yang ada di hadapan nya. Madhava, Kaivan dan Darren. Membuat Jevarra menghentikan larian nya. "Jevarra?" panggil Kaivan. "JEVARRA ULARNYA DATENG!" teriak Gaveska yang tidak menyadari situasi. Jevarra menoleh kearah belakang dan melototkan matanya. "ISTIGFAR GAVESKA b*****t!" teriaknya. Lalu dengan buru buru ingin berlari lagi, namun karena dengan keadaan panik, Jevarra tersandung kakinya sendiri membuatnya hampir terjatuh. Madhava yang berada di hadapannya dengan sigap menahan cewek itu. "TOLONG GUE PLIS TOLONG GUE! GAVESKA ANAK SETAN!" teriak Jevarra merasa kesal. Ia kira Jevarra akan jatuh. Jevarra membuka matanya yang sempat ia pejamkan tadi. Nafasnya tersenggal karena lelah di kejar Gaveska. Darren yang melihat itu tersenyum sendiri. "Ada apa sih? rame banget Jevarra." ledek Darren membuat Jevarra malu setengah mampus. Apalagi di hadapan Madhava. "Eh? ada tamu ternyata?" ucap Gaveska yang terhenti. "Jevarra betah amat di pelukan Madhava." ledek Kaivan. Membuat Jevarra tersadar akan posisinya. Lalu bangkit sambil menatap Madhava. "SORRY! PLIS GAVESKA BERHENTI!" kata Jevarra lalu ia berlari di belakang Madhava. "Madhava sorry, plis tolongin gue dari anak setan itu." bisik Jevarra pada Madhava. Cowok itu masih dengan santai tanpa mengeluarkan ekspresi. "Kenapa?" tanya nya menatap Gaveska. "Ini si Jevarra takut sama boneka ular yang di tangan gue. Payah kan?" ujar Gaveska membuat Jevarra melototkan matanya. Hancur sudah harga dirinya di depan Madhava. Darren dan Kaivan yang mendengar itu tertawa. "HAHAHAHA Jevarra lo takut sama boneka?" "Ih! Enggak takut! cuman geli aja." rengek nya dengan kesal. Ia mengibarkan pandangan kemusuhan dengan Gaveska. Cewek itu masih berlindung dibelakang Madhava. Adrea, Rehuel serta Arga menghampiri mereka yang asik di depan pintu. "Udah Gave, lo nggak liat mukanya Jevarra sampe pucet gitu." kata Adrea lalu mengambil boneka yang di pegang Gaveska. Gaveska hanya menyengir kuda. "Hehehe. Maafin ya, Jevarra." "NGGAK MINAT DAN NGGAK SUDI!" teriak Jevarra dari belakang Madhava. Cewek itu masih mengatur nafasnya. Matanya sedikit berair dan penuh keringat. Madhava menggandeng tangan Jevarra untuk masuk kedalam rumah Adrea. "Minum." ucap Madhava menoleh ke arah Arga. "Hah? di dapur, ambil sendiri aja kaya biasa." ujar Arga sedikit tidak percaya melihat Madhava yang langsung bertindak. Jevarra berjalan mendahului Madhava yang masih menggandeng tangan nya saat ia melewati Gaveska. Sedangkan Rehuel menahan senyum nya, begitu juga Gaveska dan Adrea. "Tuh kan lihat temen lo, udah berani gandeng nih bro." ucap Kaivan. "Kece juga, Madhava." "Jadi dah ini mah rencana gue." kata Kaivan membuat Adrea menoleh. "Rencana apa?" "Hah?" "Udah udah, ayo masuk ke dalem. Betah amat di luar." kata Arga mengajak teman teman nya masuk. Sedangkan Adrea menatap Kaivan dengan tatapan menyelidik. *** Madhava menyerahkan segelas air putih ke Jevarra. Saat ini mereka berdua tengah duduk di pantry. "Makasih Madhava, kok lo bisa ada disini sih?" tanya Jevarra. "Arga." Jevarra menepuk dahinya pelan. "Oh iya gue lupa, Arga kan temen lo ya." "Emang Gaveska b******k, gue—" "Jevarra." Panggilan Madhava membuat Jevarra menoleh, "Hah?" "Omongan nya." Jevarra hanya menyengir malu. "Iya maaf. Habisnya gue kesel banget sama dia. Lo bayangin nih ya gue di kejar dari kamar atas. Terus lari larian di tangga, ngelilingin rumah si Adrea untung aja lo—" Ucapan Jevarra terhenti saat Madhava maju untuk membenarkan rambut Jevarra yang sedikit lepek karena keringat. "Gerah lihat nya." ucap cowok itu. Membuat Jevarra terdiam. INI KOK MADHAVA JADI MANIS GINI SIH? "Iya gerah banget." kata Jevarra tak melanjutkan ceritanya. "Ko enggak bilang mau kerumah Arga?" tanya Madhava. "Gue enggak tahu kalau lo mau kesini juga." "Gue mau pulang duluan aja, mau ngambek sama Gaveska." kesal Jevarra. Membuat Madhava sedikit gemas melihat wajah kesal gadis itu. "Gue anter." Jevarra langsung menggelengkan kepalanya. "No! Lo kan baru sampe. Gue udah dari tadi siang." "Nanti balik lagi." "Enggak mau! Jadi bolak balik. Demen banget sih bolak balik?" ucap Jevarra merasa geram. "Jeva.." "APA? Nggak mau di anter!" Madhava tersentak saat melihat gadis itu menatap nya marah. Biasanya Jevarra akan terlihat kalem dan malu malu. "Nanti di marah bunda kalau nggak jagain lo." "Ih! Enggak, gue bilang enggak ya enggak Madhava!" ucap Jevarra lalu berlalu meninggalkan Madhava. Cowok itu menyusul Jevarra yang berada di depan nya. "Gue mau pulang duluan." kata Jevarra pada teman teman nya yang sedang duduk di ruang tamu bersama Kaivan, Darren dan Arga. Madhava berhenti di belakang Jevarra. "Gue anter." Jevarra membalikkan badan nya. "Madhava kok lo jadi ngeselin sih?!" "Anter." "Madhava! Gue bilang enggak mau ya enggak mau! Ngerti dong." "Gue bilang anter ya anter." kata Madhava dengan santai menatap Jevarra. "Gue. Enggak. Mau. Di anter. Lo!" jawab Jevarra penuh penekanan. Sedangkan keenam teman teman nya hanya diam menatap pertengkaran kedua nya. "Kita kayak lagi nonton orang pacaran lagi berantem enggak sih?" celetuk Kaivan. "Iya, tadi aja sweet banget gandeng gandeng. Kok sekarang berantem?" jawab Rehuel. Jevarra yang tersadar pun menoleh bahwa ia sedang di tontoni oleh teman teman nya. "Lo pulang, gue ikut." Jevarra kembali menoleh ke Madhava. Ia berdecak kesal. "Oke fine! Gue enggak jadi pulang." "Gue enggak mau duduk di situ kalo masih ada boneka ular s****n itu." kata Jevarra sambil menunjuk boneka ular yang di pangku Arga. "Buset. Mahal nih bos, beli nya harus naik pesawat." jawab Arga mengelus boneka ular itu. "Gue enggak perduli." kata Jevarra masih terlihat kesal. "Jevarra lo lagi PMS ya? marah marah mulu." kata Darren menatap Jevarra. "Diem lo. Gue makan nanti lo." "Madhava, cewek lo serem banget dih." ledek Adrea. "SIAPA CEWEKNYA MADHAVA?!" teriak Jevarra menyipitkan matanya ke arah Adrea. Sebenarnya Jevarra terlihat salting. "Jevarra Abighail Shazad." "AAMIIN REHUEL AAMIIN!" teriak batin Jevarra. "Gausah di dengerin teman teman gue ya, Madhava. Emang enggak waras semua." kata Jevarra menatap Madhava sambil senyum terpaksa. "Lo juga!" teriak Gaveska. "Diam Gaveska, kamu bukan teman ku lagi." Sedangkan Madhava hanya menggelengkan kepalanya menatap gadis yang mood nya terlihat berubah ubah.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN