Jam 02.00 dini hari. Bara baru saja menuntaskan sebuah misi penghapusan jejak. Dia membakar sebuah rumah, membawa mayat pengganti dan menyembunyikan korban sebenarnya dengan identitas baru, atas pemintaan seorang klien penting, karena keluarganya tengah diincar oleh musuh.
Misi menghapus jejak dan mengamankan kepindahan keluarga klien tersebut, memakan waktu kurang lebih 3 hari kerja. Semuanya dia siapkan sendiri termasuk dokumen-dokumen penting keluarga dalam catatan sipil.
Kamuflase kebakaran yang menewaskan seluruh anggota keluarga tersebut, harus memiliki kecocokan identifikasi secara fisik, untuk meyakinkan media, jadi mencari mayat pengganti pun dia tidak main-main.
Setelah berita kebakaran itu tersebar dan di ungkap oleh media dengan segala bumbu konsumtif yang menarik perhatian pemirsa hingga melahirkan teori-teori konspirasi baru, berarti usahanya telah berhasil, dia bisa meninggalkan lokasi dengan tenang.
Dalam perjalanan, sesekali dia meneguk kopi dalam kemasan kaleng yang sudah tidak dingin lagi. Pikirannya sudah lelah dan ingin segera beristirahat. Namun ada yang aneh, sebuah mobil terlihat menjaga jarak dengan mobilnya, mobil itu sama sekali tidak mendekat bahkan tak ada niat untuk mendahului.
Bara menghentikan mobilnya di pom bensin, sebenarnya kalau untuk sampai di rumah masih cukup, dia hanya ngetes si penguntit. Dan benar saja mobil itu turut berhenti di luar area pom bensin.
"Sial..." ucap Bara, dia melempar begitu saja kaleng kosong yang telah tandas isi di dalamnya kedalam sebuah tong sampah.
Bara terus mengemudi seperti biasa, dia tidak mungkin membawa penguntit sampai kerumah, mungkin tidak apa-apa baginya, namun sekarang karena ada sosok yang dia lindungi di rumahnya, dia jadi berpikir dua kali sebelum bertindak.
Bara takut jika suatu ketika dia tengah bekerja dan rumahnya tiba-tiba diserang pemburu Niana, sementara dia tidak tahu apa-apa pasti akan sangat merepotkan.
Dia memarkir mobilnya di luar sebuah club malam. Sambil menggandeng seorang wanita, yang semula sedang asyik mencari pelanggan, untuk memasuki club itu. Tak ada niat untuk bersenang-senang apalagi mabuk dan tidur dengan wanita penjaja seks seperti itu.
"Kenapa Lo? diikuti lagi?" tanya Airin, cewek yang biasa dia repotkan dengan tugas-tugas ringan seperti saat ini.
"Iyaa.. gue pingin pulang, capek banget, ada motor nggak?" tanya Bara.
"Nih..." jawab Airin sambil melempar kunci motor ke pangkuan Bara.
"Okke.. gua bawa, nih buat Lo..." kata Bara sambil memberikan beberapa lembar uang kepada Airin sebagai tanda deal peminjaman motor itu.
"Okke thanks.. Wahh nggak perlu nyari deh malam ini, udah dapat banyak." kata Airin.
"Iya... Lo tidur aja sana, nggak usah keluar, kan mereka pikir Lo lagi sama gua." kata Bara.
"Siaaapp boskuu.." sahut Airin.
"Yaudah gue balik... thanks ya sekali lagi." kata Bara.
Dia meninggalkan mobilnya terparkir di depan club' untuk diambil esok hari, sementara dia keluar dari pintu belakang, kemudian memacu motornya dengan kencang.
Para penguntit sama sekali tidak menyadari jika Bara sudah meninggalkan tempat itu, mereka membagi tugas untuk gantian tidur dan mengawasi mobil itu.
Sementara itu Bara akhirnya sampai juga di rumah, dia membawa masuk motor yang sering membantunya meloloskan diri dalam keadaan terdesak.
Setelah mengunci pintu dan memastikan semua aman. Bara menyempatkan diri untuk melihat Niana. Dia membuka pintu kamar Niana yang tidak terkunci. Namun gadis itu tak ada disana.
Dia memeriksa ke semua ruangan tak ditemukan sosok yang dia cari, namun dia teringat ada satu tempat yang belum dia periksa, yaitu kamarnya. Dan begitu masuk ternyata benar Niana tengah tertidur di depan monitor yang yang menampilkan puluhan cctv di rumah bara.
Bara mengangkat perlahan tubuh Niana kemudian menidurkan diatas tempat tidurnya, sementara dia sendiri tidur di sofabed dekat pintu masuk.
Keesokan harinya, matahari sudah terbit kurang lebih 45° saat Niana terbangun, pantas saja dia bisa tidur dengan nyaman ternyata dia sudah berteleportasi ke ranjang Bara.
Matanya mencari sosok bara yang akhrinya dia temukan di sebuah sofabed tengah terlelap tanpa bantal dan selimut.
Niana yang merasa bersalah karena tidak menyadari kepulangan Bara semalam, juga karena dirinya yang ketiduran di meja pengawas cctv, membuat Bara jadi tidur di sofa, akhirnya memutuskan untuk bangun dan keluar dari kamar itu setelah sebelumnya dia sempat mengambil bantal dan selimut untuk Bara.
Dia keluar kemudian mandi dan membersihkan rumah juga memasak, karena Bara tak kunjung bangun, akhirnya Niana makan seorang diri. Sudah hampir tengah hari, sampai akhirnya Niana memutuskan untuk membangunkan Bara.
Dia kembali ke kamar Bara, dilihatnya Bara masih terlelap, mungkin karena kurang tidur dan kelelahan Bara jadi tidak bisa bangun sepagi mungkin seperti biasanya.
"Bara... bangun, kamu udah pasti laper kan, makan sana aku udah masak banyak hari ini." kata Niana.
"Hmmm apasih..." gumam Bara.
"Ehhh susah banget sih dibangunin, kamu pastj tidur dalam keadaan lapar, behhhh bangun udah tau kerjaan kamu berat, makan nggak nggak dijaga, kalau sakit gimana." lanjut Niana, sambil mengguncang perlahan bahu Bara.
"Iyaa bawel... udah sini tidur lagi aja.." kata Bara, sambil menarik lengan Niana yang membuatnya jatuh dalam pelukan Bara. Namun bukannya terbangun dia justru memeluk Niana dengan erat.
"Aku sayang kamu..." ucap Bara.
Niana tidak tau ucapan itu untuk dirinya atau mungkin bara sedang bermimpi, namun tetap saja membuat kedua pipinya memerah. Dia pandangi wajah rupawan pemilik nama Bara itu.
Akhirnya Niana mengalah, memilih untuk menunggu Bara sampai dia terbangun. Tidak berapa lama, Bara membuka mata. Dia terkejut melihat wajah cantik Niana begitu dekat dengannya.
"Kamu ngapain disini?" tanya Bara.
Niana memutar bola matanya sambil mengisyaratkan Bara untuk melihat tangannya yang tengah memeluk Niana.
"Ehhh sorry-sorry.." ucap Bara, sia melepaskan pelukannya dan membiarkan Niana bangun.
"Aku bangunin kamu dari pagi." kata Niana.
"Masa sih? aku sama sekali nggak denger tuh." kata Bara.
"Iya emang kamu tidurnya ngebo...' sahut Niana.
"Hehehe sorry... semalam aku pulang Sampek rumah jam 3 soalnya." kata Bara.
"Yaudah sana mandi terus makan yang banyak... udah tau kerja kamu berat, makan harus teratur, sempetin makan nasi walau cuma dikit." tutur Niana.
"Siaappp ibu guru..." kata Bara, dia lantas bangun dan menuju kamar mandi.
Usai mandi tak sengaja dia melihat ke monitor pemantau cctv, dia melihat ada beberapa orang mencurigakan gerak geriknya, di sebrang jalan terus mengamati kearah rumahnya.
Tak ambil pusing, dia segera turun menemui Niana dan makan dengan lahap.
"Beberapa hari yang akan datang aku tidak akan pulang kerumah, sepertinya ada yang mengawasi ku. Tapi kamu jangan takut, mereka mengawasi ku bukan kamu, kalau kamu takut bersembunyilah dalam ruangan yang tempo hari aku tunjukkan ke kamu." kata Bara.
"Bagaimana kalau mereka ngawasin kamu karena mencurigai tentang keberadaan ku?"tanya Niana.
"Ini ponsel, sudah aku daftarkan dengan identitas seseorang, jadi kamu nggak perlu daftarin lagi, ini buat kamu, ada nomer aku disana, kalau ada apa-apa, kamu tinggal telpon aku." kata Bara.
"Waaahh serius nih?" tanya Niana.
"Iya serius..." jawab Bara.
"Tapi ingat selama aku tak ada jangan mengakses internet untuk informasi apapun dari sini ya, mereka bisa mencari IP kamu." jelas Bara.
"Okke.. sebelum kamu pergi, belanja dulu buat aku dong... ikan kaleng, mi instan juga nggak papa kok." kata Bara.
"Siapp..." ucap Bara.
Bara mempersiapkan beberapa keperluan selama beberapa hari, setelah semua masuk kedalam ransel kecilnya, lantas dia memandang Niana yang dari tadi memperhatikan kesibukannya. Ada kecemasan yang dirasakan Niana, sebenarnya dia takut tinggal sendirian. Namun apa boleh buat, dia tidak mau mengambil resiko apapun.
"Jangan takut... aku tidak akan membiarkanmu gitu aja, kalau malam tiba jangan nyalain lampu ya, pokoknya kamu cukup tinggal di dalam persembunyian kamu, kalau di dalam sana kamu mau nyalain lampu nggak papa, Kalau ada apa-apa tekan tombol emergency merah di bawah meja pantau cctv ku ya, dan kamu udah pegang remote ruang rahasia, gunakan itu denhan baik, ruangan itu sama sekali tak tertembus kamu tenang saja." kata Bara.
"Sudah aku atur cctv terhubung dengan ponsel kamu, jadi kamu bisa tenang mantau cctv dari persembunyian okke..." lanjutnya.
Tak bisa berkata apa-apa Niana menubruk Bara dan memeluknya dengan erat. Bara menepuk-nepuk punggung Niana untuk menenangkannya.
Niana melepaskan pelukannya dia melihat kearah Bara.
"Makasih udah jagain aku..." ucap Niana.
Bara memegang tengkuk Niana kemudian mulai mendekatkan wajahnya ke wajah Niana. Bibirnya singgah sebentar mengecup bibir Niana, kemudian mengulanginya lagi sampai akhirnya mereka saling melumat satu sama lain.