Niana sudah bangun saat Bara masih terlelap di kamarnya, Niana mengambil selimut dan bantal untuk bara, agar laki-laki itu nyaman dalam istirahatnya.
"Apakah bara selalu mimpi buruk, kenapa dia terlihat nggak nyaman tiap tidur malem." ucap Niana.
"Dia baru bisa tidur pas masuk kamar aku, the real butuh teman tidur kali ya." tambahnya.
Niana keluar tanpa berniat membangunkan Bara. Setelah mandi dan memasak, dia lantas duduk-duduk di ruang tamu, ingin sekali rasanya dia pergi keluar, bosan terlalu lama dirumah.
Tapi dia tidak bisa melanggar peraturan dari Bara yang memintanya untuk tidak kemana-mana.
Entah berapa lama dia duduk di sana, yang jelas matahari sudah naik sepenggal saat Bara bangun dan mencarinya.
"Udah bangun?" tanya Niana.
"Iya... Udah makan juga." jawab Bara.
"Kamu ngapain disini?" tanya Bara.
"Hmmm as you see.." ucap Niana sambil menggedikan bahu.
"Bosen ya dirumah terus?" tanya Bara.
Niana langsung mengangkat wajahnya. Dia mendekat ke tempat Bara dengan antusias.
"Boleh keluar?" tanya Niana.
"Nggak!" jawab Bara.
Seketika wajah Niana kembali keruh.
"Gimana kalau sekedar di halaman rumah, atau belakang rumah." Niana mencoba untuk bernegosiasi.
"Enggak..." Bara tetap memberikan jawaban yang sama.
"Hahhhh bosen juga sih, harusnya kamu berterimakasih, karena aku nggak kabur kan..." ucap Niana.
"Berterimakasih untuk apa..." ulang Bara.
"Untuk... Untuk aku yang gak kabur." jawab Niana.
"Dasar... Mau cari mati." ucap bara sambil menggetok kepala Niana dengan kunci mobilnya.
"Kamu... Bawa kunci itu mau kemana? Keluar lagi?" tanya Niana.
"Ehmm...nggak Sampek malem kok." jawab Bara.
"Siapa Klien kamu kali ini?" tanya Niana.
"Aku masih mendalami kasus Ellea kemarin. Aku menyelidiki kakaknya, Jefferson, Ave dan Tomy." jawab Bara.
"Mereka bangsa mana sih, kenapa namanya susah susah?" tanya Niana dengan polosnya.
"Dijelasin juga kamu nggak bakalan tau." jawab Bara.
"Yaudah aku berangkat dulu ya." pamit Bara.
"Hmmm..." balas Niana.
Setelah kepergian Bara, Niana kembali ke kamarnya sendiri dengan lunglai, aktivitasnya hanya melihat jam yang terus berdetak, yang menjadi satu-satunya suara yang ia dengar sepanjang hari ini.
Dia meraih ponselnya. Lalu membuka galeri yang hanya berisi foto makanan yang pernah ia masak semenjak Bara memberikannya beberapa waktu yang lalu.
"Jefferson, Ave dan Tomy... Nama-nama orang asing, Ellea... Sebenarnya siapa mereka ya." ucap Niana.
"Bara bilang mereka adalah anak-anak tuan Shanon, yang udah baik hati banget kasih kepercayaan pada Bara, melihat bagaimana Ellea mencium Bara kemarin, sudah pasti, dia baper sama Bara." tambah Niana sambil meletakkan kembali kepalanya diatas bantal.
"Apakah mereka selalu berciuman untuk mengakhiri pertemuan. Kenapa Bara nggak nolak, dan diem aja? Udah pasti kesenengan tuh anak, dasar buaya." kesal Niana.
Untuk membunuh waktu, akhirnya dengan iseng dia memasukkan keyword pencarian di google map nya.
"Okke... Coba kita cari tau tentang... Jefferson, Ave." ucap Niana sambil menulisnya di panel pencarian di google map.
Setelah menekan tombol panah, mulailah google menampilakan sebuah peta dengan icon kecil di sudut layar. Niana menekan icon itu lalu menunggu sampai gambar live street disana muncul.
"Ohhh... Yang muncul malah sebuah kota kecil di Toronto." ucap Niana tertawa geli.
Namun sudut matanya yang jeli menangkap sebuah tulisan kecil di sebuah bangunan, lalu dia zoom gambar itu kemudian mulai senyum-senyum.
Niana, mulai iseng mengirim titik itu untuk Bara. Sementara itu bara yang baru saja mendapat informasi mengenai bubuk kacang itu, kembali masuk ke mobilnya.
"Ohh jadi mereka bertiga memang bekerja sama buat nyingkirin Ellea, harusnya aku lebih peka dari awal." ucap Bara.
Dia membuka masker dan juga Hoodie nya. Meletakkannya diatas dashboard lalu meraih ponselnya.
Dia melihat sekilas ada pop up pesan masuk, tidak jadi ia abaikan begitu tau pesan itu dari Niana.
"Tumben..." ucap Bara, jemarinya menyentuh layar untuk membuka pesan itu, sementara tangan satunya mulai memutar kemudi mobilnya untuk berputar arah kembali kerumah.
"Sebuah map..." ucap Bara.
"Koordinat apa sih ini." lanjut Bara sambil terus mengemudi.
Tangannya kembali menekan titik yg ada di map untuk melihat lebih jelas.
"Jefferson , Ave..." ucap Bara membaca tulisan yang tertera di sana.
"Kenapa Niana ngirimin ini?" Bara meminggirkan mobilnya lalu mulai menelpon Niana.
"Hallo... Kamu ngirimin apa Na?" tanya Bara.
"Ohh kamu udah liat?" Niana balik bertanya.
"Iya... Itu apaan Jefferson Ave?" tanya Bara.
"Oh itu... Kamu lihat nggak di street view nya?" tanya Niana.
"Ehmm... Street View ya, bentar aku buka dulu." ucap bara kembali membuka map nya.
"Udah..." jawab Bara beberapa saat kemudian.
"Kamu liat apa?" tanya Niana.
"Liat rumah-rumah di pinggiran jalan raya." jawab Bara.
"Dasar bodoh... Maksud aku lebih spesifik ada tulisan apa?" tanya Niana.
"Tulisan... Tulisan apa..." ulang Bara, matanya meneliti ke setiap objek yang ada di map itu.
"Itu... Di dinding sebuah bangunan ada tulisan coba di zoom!" ucap Niana.
"Oh ini..." ucap Bara pada akhirnya.
"Apa bacanya?" tanya Niana.
"I have Crush on You." jawab Bara.
Seketika terbit senyuman di wajah bara, yang buru-buru dia sembunyikan lagi.
"Nggak tau bahasa Inggris, artinya apaan?" tanya Bara berpura-pura bodoh.
"Tanya google bosen ngejelasin Mulu dari tadi." ucap Niana dengan kesal mematikan panggilan dari Bara.
Sementara Bara hanya tertawa, dia melanjutkan acara mengemudi nya.
"I have Crush on you..." ucap bara kemudian.
"Seandainya itu bisa..." lanjutnya.
"Namun pada nyatanya hal seperti itu hanya akan membahayakan dirimu Na... Aku sayang sama kamu, tapi cara ku untuk mencintai kamu adalah, tidak boleh menunjukkannya padamu. Aku takut melukaimu." kata Bara.
Sementara itu dirumah Niana sedang memanggang daging, sambil uring-uringan dia terus ngedumel.
"Apa artinya aku nggak tau bahasa Inggris..." ucap Niana sambil menirukan gaya bahasa Bara.
"Mana mungkin dia nggak tau, dia pendidikan lama di Rusia, emang pakai bahasa apa kalau nggak bahasa Inggris, dia kursus bahasa Rusia dulu emangnya?" kesal Niana.
Tinggal beberapa iris saja daging yang harus dia panggang, kemudian mulai memindahkannya kedalam tempat saji yang terbuat dari keramik berwarna hitam.
Setelah semua daging sudah masak, dia mulai mencicipi daging panggang dengan bumbu rahasia dari neneknya dulu.
"Hmmmm enak banget, Bara mau nggak ya?" ucap Niana dengan mulutnya penuh makanan.
Terdengar suara seseorang masuk dari pintu depan. Niana menghentikan makannya, dia melangkah meninggalkan meja makan untuk melihat siapa yang datang perlahan-lahan.
Niana mengintip ke balik dinding. Dilihatnya dua orang berpakaian serba hitam dengan penutup wajah berjalan mengendap-endap.
Seketika Niana terasa kelu, kakinya lemas seperti tak bertulang, dia tidak mampu bergerak sedikitpun.
Salah satu dari mereka menyadari keberadaan Niana dan langsung meringkusnya.
"Lepasinnn.... Lepasinnn." berontak Niana.
Namun tenaga dua pria itu lebih kuat, hingga dengan mudah menyeret dan memasukkan Niana kedalam mobil.
Setelah mengunci Niana di dalam mobil mereka, salah dari dua ornag pria itu kembali kerumah bara untuk mengunci pintu.
Niana yang ketakutan berusaha melawan dan membuka penutup wajah mereka.
Namun pukulan keras di leher Niana berhasil melumpuhkan pertahanan gadis itu.
Sementara itu Bara baru saja sampai dirumah. Dia membuka pintu lalu masuk.
"Na..." panggil Bara, dia mencomot seiris daging panggang yang masih hangat itu.
"Na... Kamu dimana? Jalan-jalan yuk, kamu bosen kan dirumah, tapi kamu harus pakai baju yang aku pilihkan." ucap bara sambil meletakkan beberapa tas belanja, sebelumnya dia menyempatkan diri untuk membelikan beberapa pakaian untuk Niana.
"Na... Jangan bercanda, kamu dimana?" ulang Bara.
Perasaanya tidak enak, dia tau bukan kebiasaan Niana meninggalkan makanan begitu saja. Bara memeriksa ke kamar Niana, dapur, kamar mandi juga tempat persembunyian. Tak ada Niana disana.
Bara langsung menuju pemantau cctv yang ia pasang dirumahnya.
Dia tidak bisa melihat apa-apa sepertinya seseorang sengaja mengacaukan sistem nya.
"Siaaall...." umpat Bara.
Bara mencari kunci motornya lalu mulai mencari keberadaan Niana. Bara nggak tau kemana mereka membawa Niana pergi.
"Selama perjalanan aku tidak melihat mobil mencurigakan, lagian daging itu masih panas, itu artinya Niana baru saja meninggalkannya... belum lama." kata Bara.
Dia langsung memacu motornya dengan kencang, menuju arah yang tadi tidak dilewati Bara selama perjalanan pulang.
Sepintas Bara melihat mobil dengan plat nomor yang pernah dia hafal sebelumnya.
Rahangnya mengeras secepat kilat dia menyalip mobil itu untuk menghentikannya, namun mobil itu dengan lincah zig zag menghindari kejaran Bara, dia menghilang di keramaian kota.
Tak menyerah Bara terus mencari, dia nyaris terkecoh saat mobil yang tadi dia kejar melaju perlahan setelah melintasi terowongan.
"Tidak ada siapa-siapa di mobil itu, mereka sudah memindahkan Niana ke mobil lain. Tapi mobil yang mana..... sialllll." ucap Bara. Dia menepi lalu meluapkan segala emosinya.
"Mereka pasti memindahkan Niana di dalam terowongan tadi, siapa mereka... Siapaaaa.... Aku takut orang-orang itu adalah pesuruh dari keluarga Niana yang curiga tentang kematian Niana. Aku sudah membereskannya dengan bersih tidak mungkin mereka curiga, lalu siapa..." ucap Bara.
Beberapa saat kemudian, ponselnya berdering, nomor tak dikenal lagi.
"Menuju ketimur, persimpangan Greenland menuju Villa Sang Fajar." ucap seseorang di seberang sana.
"Siapa... Katakan kamu siapa, dan apa maksud kamu?" ucap Bara geram.
"Tidak penting siapa aku, kamu sedang mencari gadis yang disekap tadi kan, mobil putih itu bernomor X XXXX XX, dan sekarang baru saja melintasi jembatan penyebrangan menuju Greenland, susul dia sekarang atau kamu bakalan nyesel."ucap pria diseberang laku mematikan teleponnya.
"Siall..." ucap Bara, antara percaya dan tidak, dia mempercayai omongan pria itu.
"Tunggu... Villa Sang Fajar..." ucap Bara menahan rem dengan kuat sampai dia nyaris terpelanting jatuh dari motor.
"Adalah markas si b******k itu kan, kenapa dia ngambil Niana, apa maksud dia ngambil Niana." kata Bara.
Ponselnya berdering lagi, dari nomor yang menelponnya beberapa saat yang lalu.
"Kamu siapa?" tegas Bara.
"Aku adalah salah seorang pesuruh yang mengkhianati ayah kamu, aku bisa membantumu, mereka akan membuat kesepakatan dengan mu, aku bisa membantumu untuk dengan mudah melewatinya, percayalah padaku, aku akan mengatakan siapa diriku saat kita bertemu lagi nanti, sekarang teruskan perjalananmu, sebelum mereka memasuki Villa ambil wanitamu dari sana." kata pria itu dan kembali mematikan telponnya .
"Aku nggak sedang dijebak permainan mereka kan." batin Bara.
Dia mengisi senjata api legalnya kemudian menyembunyikannya di balik jaket. Lalu kembali memacu motornya dengan kencang.
Sesekali dia menengok kebelakang barangkali ada seseorang yang mengikutinya, barangkali pria penelpon itu ada disekitarnya.
Namun nihil, kecepatannya semakin meningkat tatkala melihat mobil itu hendak masuk kedalam Villa. Bara menghentikan motornya lalu turun dari sana dan memukulkan helmnya pada salah satu dari mereka.
Perkelahian terjadi, Niana yang siap di bawa masuk tiba-tiba tersadar, dia melawan dan berhasil melepaskan dirinya.
Bara seketika menembak kaki pria yang hendak mengejar Niana.
Namun suara tembakan Bara justru mengundang puluhan pasukan lainnya.
"Naik Na..." ucap Bara yang berlari kemotornya lalu menyalakan motornya dan menghampiri Niana yang tengah berlari.
Niana langsung naik dan berpegangan erat pada Bara.
"Buruan Bara..." ucap Niana gemetaran.
Bara segera memacu motornya dengan kencang. Ayahnya keluar dari villa dan menahan anak buahnya untuk mengejar Bara.
"Apa mereka masih mengejar kita?" tanya Bara.
"Enggak." jawab Niana.
Bara melingkarkan tangan Niana keperutnya dan memintanya berpegangan dengan erat.
"Kita nggak pake helm, bisa kena polisi, aku aka cari jalan pintas." kata Bara.
"Yaudah kita beli aja helm baru." ucap Niana.
"Kamu pingin kita beli helm?" tanya Bara kemudian.
"Ya... Ya nggak papa kan? Biar lebih safety." usul Niana.
"Okke..." jawab Bara.
"Yang biasa aja ya, nggak usah mahal-mahal." kata Bara.
"Diihhh pelit banget jadi orang." kata Niana.
"Hahahahahaha..." Bara tertawa geli. Sebenarnya dia tidka bermaksud membatasi, namun dia hanya tidak ingin Niana terlalu lama berada diluar rumah walau sekedar memili. Helm.
"Kamu kenapa nggak lari waktu liat mereka masuk?" tanya Bara.
"Aku sangat syok, sampai nggak bisa gerak." kata Niana.
"Aku janji lain kali nggak akan terulang lagi." ucap Niana.
"Kenapa kamu nggak makan di meja pantau cctv, kalau tau ada kondisi up normal kan kamu bisa langsung sembunyi." kata Bara.
"Aku baru aja memanggang daging, dan gerah banget, masak iya aku bawa masuk ke kamar kamu, yang benar aja, ntar kamar kamu bau daging.0tt" kata Niana.
"Kamu lebih sayang kamar aku bau daging atau nyawa kamu sih?" kesal Bara.
"Lagian juga gak enak, udah jangan masak dikamar aja, biar aku yang cari in makanan diluar." kata Bara.
"Apa kamuu bilanggg...nggak enakk, awas yaaaa setelah ini aku bakalan buktiin kalau masakanku enak. Lagian daging nya enak kok, aku udah memakannya sebiji." kata Niana.
"Apa... Sebiji?" tanya Bara.
"Iyaaaa kenapa jangan bilang kamu udah memakannya." kata Niana sambil mencubit perut Bara.
"Apaaa... Eng... Nggak, aku sama sekali nggak menyentuhnya, dari penampakannya aja keliatan kalau nggak enak." elak Bara.
"Hmmmmm.... Awas kamu ya, aku udah menghitung daging ku, 25 iris aku baru memakannya satu harusnya sisa 24, kalau sampai kamu memakannya maka kamu harus menggantinya." ancam Niana dengan kesal.
"Mana bisa begitu, siapa tau pas aku keluar ada kucing masuk dan memakannya." kata Bara.
"Haaahaaaa lucu banget kamu, bahkan semut pun nggak bisa masuk rumah kamu, gimana kucing mau masuk." kata Niana.
"Karena kamu kaya raya sekarang aku menginginkan ganti rugi satu juta rupiah per iris daging yang kamu makan." kata Niana.
"Apaaaa... Ini pemerasan." kata Bara.
"Ini bukan pemerasan tapi kompensasi ganti rugi dan penghinaan. Kamu bilang daging ku nggak enak kan?" kata Niana.
"Siall... " Ucap bara yang mengingat tadi sempat mengambil 3 iris daging pertama kemudian nambah 3 iris lagi.