Become Cinderella

2052 Kata
"Gue selalu punya sejuta cara, supaya miliki lo seutuh nya. Dengan ini, gue peringatkan bahwa jangan pernah memutuskan pergi. Karena itu sia-sia,"-Ken. • Play Now: a thousand years? ••• "Cut! Cut!" Teriak Dinda untuk yang kesekian kali nya, dengan ekspresi kesal ke arah Vera yang masih mencebikkan bibir nya. Dinda selaku ketua kelas tampak begitu elegan memakai topi hitam dengan gaya ala sutradara. Buku LKS Bahasa Indonesia ditangan Dinda tergulung rapih, sebagai pengganti alat pengeras suara. Rea, yang sedari tadi belum masuk kedalam adegan hanya menghela napas panjang sesekali memutar bola mata nya malas. Cewek itu membenarkan rambut nya yang sudah dihiasi. Siapa sangka, Rea yang kalem dan cerewet itu malah menjadi kakak tiri dari seorang Cinderella. "Heh, Vera.. Ini udah yang ke enam belas kali nya lo ngelakuin kesalahan di adegan. Ya allah, gue jadi pusing sendiri." Omel Dinda seraya memijat pelipis nya, pusing. Vera semakin kesal, dia melepaskan gaun lusuh yang ia kenakan dari Bu Kantin dengan cepat lalu memperbaiki seragam nya. "Kata nya gue puteri nya, tapi kenapa harus pake baju tambalan gini?! Mana panas lagi!" Rea yang melihat nya hanya menyengir, menatap kearah Dinda yang terlihat stres. Dan satu lagi sifat Vera, dia selalu ingin menang sendiri. Sifat tomboy nya mungkin membuat dia bertingkah lebih cenderung ke hal yang jauh dari sifat positif dari perempuan umum nya. Dari kecil, dia selalu mendapatkan apa yang ia mau tanpa pernah merasa kekurangan. Maklumi saja, orang tua Vera adalah pengusaha batu bara yang cabang nya ada dimana-mana. Belum lagi, Vera merupakan anak perempuan satu-satu nya di keluarga nya. Vera memiliki dua orang kakak laki-laki, Adit dan Dimas. Adit, kakak Vera yang pertama itu terkesan seperti Ayah Vera yang cenderung cuek dan tidak mau tahu. Adit saat ini sedang mengejar S2 nya di singapura, dan hanya pulang ketika liburan semester. Sedangkan Dimas lebih cenderung seperti Ibu Vera yang cerewet dan ramah. Saat ini Kabar nya Dimas sedang fokus membantu usaha orang tua nya yang ada di Bogor. Vera sendiri memiliki wajah cantik seperti Ibu nya, namun mewarisi seratus persen sifat sang Ayah. "Heh, Norak! Lo nggak pernah baca cerita nya Cinderella ya?" Sungut Jaka geram. "Mulut lo ya, udah mau gue bekep sama sepatu gue!" "Lo kok nyolot, sih?! Ya udah gue gak mau jadi Cinderella aja! Rea sama Cindy yang cuman jadi kakak tiri aja gaun nya bagus banget, udah gitu dialog nya gampang lagi. Tinggal Nyuruh-nyuruh gue terus marah-marah!" Protes Vera keras kepala. "Vera, cerita nya emang gitu. Tapi nanti pas kamu ketemu sama Joko nya, kamu bakal ganti gaun yang lebih bagus kok." Tutur Rea menenangkan. "Gue gak mau jadi Cinderella pokok nya." Ujar Vera kekeh, berkacak pinggang lalu meraih segelas teh manis yang disediakan oleh pihak kelas. Dan begini lah situasi setiap mereka memulai latihan untuk acara drama agustusan. Tinggal 6 hari lagi, tetapi seperti nya mereka tidak bisa mengukuhkan kekompakan. Semua menjadi terasa sulit, belum lagi Vera yang menuntut ini-itu. Vera mengunyah es batu di gelas nya, "Gue mau nya jadi kakak tiri Cinderella." Dinda menghela napas panjang, "Kok gitu? Kita harus sportif dong! Lo nggak bisa kayak gini." "Kayak gimana?" tanya Vera menantang. "Gue pengen jadi kakak tiri Cinderella juga buat drama kelas kita kali. Lo pikir kita bisa tampil keren kalo gini terus? Ya bagusan gue jadi tokoh yang se-karakter sama gue lah. Come on, upgrade dong cara pemikiran kalian semua. Kita kompakan dikit, kalo kalian mikir nya negatif thinking ke gue gitu mana bisa maju. Gue punya usul, kita pake peran yang nggak jauh dari karakter kita masing-masing. Dengan begitu, kita lebih luwes kan?" Dinda menatap ke teman yang lain nya, lalu saling menganggukkan kepala. "Kalo kali ini lo ngerusak latihan nya, gue bakal jadiin lo cinderella lagi. Deal?" Dinda berusaha tersenyum, menyodorkan telapak tangan nya kearah Vera. Cewek dewasa berpakaian ala sutradara itu nyata nya memang bisa disebut dengan ketua kelas. desas-desus mengatakan kalau Selalu ada keputusan terbaik dari ucapan nya, dan kali ini Vera membenarkan desas-desus itu. "Oke, deal!" Vera membalas jabatan tangan Dinda yakin. "Ya udah, nanti gue aja bilangin ke Bu Gina." Dinda menghembuskan napas panjang, mata nya mengarah ke arah Cindy dan Rea. Salah satu diantara nya memang mau tak mau harus mengalah peran nya digantikan dan menggantikan peran Vera. Sebenar nya kalau saja Jaka yang tidak menjadi pangeran Cinderella, mungkin banyak yang ingin berebut menjadi Peran itu. Walau nyata nya kalau dilihat-lihat, Jaka cukup lumayan dengan peran yang ia dapatkan. Tetapi karena dia terkenal preman, petakilan dan jorok, mungkin itu yang membuat banyak orang il-feel dengan nya. Tatapan Dinda berhenti lama kearah Rea. Dan saat itu lah semua tatapan ikut mengarah ke arah Rea. Detik itu juga, Rea merasa suhu didalam kelas mulai tidak nyaman. "Re, lo jadi Cinderella nya." ••• "Apa yang harus aku lakukan, aku ingin datang ke pesta itu. Tapi bagaimana mungkin aku pergi meninggalkan pekerjaan rumah sebanyak ini, belum lagi aku tidak memiliki satu gaun pun yang cocok untuk datang ke pesta itu." "Eh? Bener nggak, sih? Duh, kepala ku pusing banget." keluh Rea pada diri nya sendiri. Dari kejauhan, Kasa mendengar suara Rea. Cowok yang menggunakan kacamata hitam khas nya itu lalu mendekati Rea, menghampiri cewek itu yang masih sibuk dengan kertas skenario drama ditangan nya. "Halo cewek," Sapa Kasa iseng, tersenyum lebar hingga gigi geraham nya terlihat jelas. Rea mendongak, terkejut. Mata Rea sedikit berbinar melihat Cowok didepan nya, lalu menggeser duduk nya agar Kasa bisa duduk disamping nya. Kasa yang tahu pergerakan Rea akhir nya duduk disamping Cewek berjepit dengan bentuk bintang berwarna kuning cerah, lalu memendekkan tongkat nya yang sebelum nya ia gunakan itu. Rea tertawa, lalu menatap ke arah Kasa ceria. "Aku pikir siapa," "Emang lo ngarep nya siapa? Pangeran nya Cinderella?" Rea mengerjapkan mata nya beberapa kali, lalu menahan tawa nya. "Kok kamu tau? Nguping ya?!" "Suara lo tuh yang mirip toa masjid." "Lah, ngeselin." "Becanda, kok. Gue suka suara lo, sih." Blush.. Perut Rea seolah dipenuhi oleh kupu-kupu yang berterbangan, menciptakan se gelenyar sengatan di tubuh nya setelah mendengar suara Kasa. Cewek itu nyata nya sukses tidak bisa fokus lagi latihan Drama setelah Kasa mengatakan hal itu. Kasa terkekeh geli, "Blushing nih, ye?" "Nggak, kok! IH-APAAN?!" "Eh, iya!" Kasa teringat akan sesuatu, lalu merogoh saku celana nya mencari sesuatu. Kemudian, Kasa mengeluarkan kepalan tangan nya yang menggenggam sesuatu itu lalu menyodorkan nya kearah Rea. Rea mendekatkan wajah nya ke tangan Kasa yang masih menggenggam sesuatu. "Apa itu?" Kasa membuka genggaman nya perlahan, sebuah jepit rambut merah muda berbentuk stroberi yang tidak asing lagi bagi Rea. "Eh, jepit rambut itu.." Rea mengambil jepit rambut ditelapak tangan Kasa cepat, memastikan bahwa benda itu adalah milik nya. "Kamu nemuin nya dimana?" tanya nya. "Oh, jadi bener punya lo? Gue nemuin nya di rumah gue. Paling jatoh pas kemaren lo dirumah gue," Rea mengangguk cepat. "Iya, aku udah cari jepit rambut ini kemana-mana. Makasih banget ya!" "Iye, sama-sama. Lo suka banget ya sama jepit rambut? Kayak bocah aja." "Yee, biarin kenapa. Lagian jepit rambut ini dari Papa, udah lama banget ada sama aku. Aku gak mau ini sampe ilang." kata Rea seraya melepaskan jepit rambut bintang dari rambut nya, lalu mengganti nya dengan jepit rambut stroberi favorit nya. Suara 'klik' dari jepit rambut yang Rea kenakan membuat Kasa sedikit menoleh. "Kaya nya, penjepit nya udah mulai longgar. Kalo nggak mau jatuh, kasih jepit rambut lain dibawah nya supaya nahan jepit rambut itu biar nggak jatuh." "Oh, iya." Rea kemudian memakai jepit rambut berbentuk bintang nya sesuai saran Kasa. "Hahaha, nggak nyangka kamu ngerti juga ya sama yang beginian." Kasa tersenyum, membusungkan d**a nya bangga. Membuat Rea menatap cowok disebelah nya miring. "Nyesel aku bilang gitu tadi." Tawa Kasa tidak terelakkan. Namun entah kenapa, mendengar tawa Kasa adalah suatu candu bagi Rea. Apalagi ekspresi Kasa ketika tertawa lebar tanpa beban. Rasa nya, Kasa seperti malaikat. Eh? Apaan, sih! Kok malaikat. Pikir Rea. "Lo lagi latihan drama buat acara agustusan kan?" "Iya. Aku jadi Cinderella nya loh!" Ucap Rea seraya menghembuskan napas pendek, dengan nada bangga. Cewek itu sengaja mengibaskan rambut nya hingga mengenai bahu Kasa, agar cowok disamping nya itu tahu bahwa Rea sedang berbangga diri. Kasa tersenyum tipis. "Lo bangga dong, ya?" "Iya, lah! Nggak semua orang bisa dapet peran nya!" Bohong banget aku nya, padahal di sekolah anak-anak malah ngehindar jadi Cinderella. Tapi gapapa, deh. Demi Kasa supaya dia bisa tau sisi lain dari aku, Hehe. Pikir Rea licik, tersenyum miring. "Halah, apa hebat nya jadi Cinderella kalo pangeran nya bukan gue?" Tanya Kasa seraya tersenyum simpul, membenarkan letak kacamata nya. Mantull! Batin Rea msnambahi. Tetapi, ucapan yang keluar dari bibir Rea malah justru sebalik nya. Rea berusaha mentralkan jantung nya, bersikap biasa saja agar Kasa tidak mengetahui perubahan wajah nya. Walau Kasa buta, Rea tahu Cowok itu tidak seperti orang buta seperti lain nya. Bahkan Kasa mirip orang normal lain nya. "Yee, apaan sih? Asal kamu tau aja, yang jadi pangeran nya ganteng nya kebangetan tau!" Ucap Rea tidak mau kalah. "OH!" Kasa ber-Oh dengan keras, penuh penekanan. Alhasil, Rea sukses badmood karena Cowok setai itu. "Eh, iya. Gue juga lagi diundang sama sekolah SLB gue dulu dalam rangka agustusan." "Hm.." Rea hanya berdehem, cuek. Jujur saja, Rea hanya ingin Kasa sadar bahwa Kasa telah membuat ia bete super tingkat dewa. Bahkan Rea harap setelah Kasa tau ia telah membuat mood Rea down, Kasa akan meminta maaf. Rea sendiri sudah menyiapkan respon yang akan ia perlihatkan ke Kasa saat cowok itu meminta maaf nanti. Rea memilih untuk ngambek saja supaya Kasa terus membujuk nya. Kasa yang mendengar reaksi Rea hanya tersenyum, "Lo tau, nggak? Ada acara drama nya gitu kayak sekolah lo. Beda nya ini pake drama snow white, film disney yang paling keren dari Cinderella itu loh." ucap nya dengan nada menyindir. "Hm.." Rea menopang dagu nya dengan tangan diatas paha, jengah. "Dan gue jadi pangeran nya," "HAH?!" kalimat Kasa sukses membuat Rea menegakkan tubuh nya semula, menatap kearah Kasa yang menatap kearah lurus dengan seringaian di bibir nya. Rea merasa tidak terima, sangat. Rea merasa kaget, penuh. Rea merasa.. Ingin menjadi lawan peran Kasa. Itu keinginan hati Rea, yang belum sampai ia katakan kepada Kasa. Jujur saja, Rea sangat terkejut. Bukan karena Rea merasa jelous karena atau apa, tetapi ia sedang memikirkan adegan sakral di film Snow white yang sejujurnya telah ia tonton ratusan kali. "Heh? Lo masih disini, kan?" Walau Kasa tahu Rea masih ada disamping nya, Kasa tetap bertanya. Sebagai alibi saja untuk menyadarkan lamunan Rea. "I-iya. Aku masih disini," Jawab Rea tergagap, tersenyum dibuat-buat. "Tap-tapi, Kas.. Bukannya Snow white itu ada adegan--gimana ya nyebut nya?" Eureka, masuk lo ke perangkap gue. Hehe, salah sendiri bikin gue jeles. Batin Kasa. "kissing?" tukas Kasa santai. Wajah Rea memerah mendadak, Cewek itu menekan bibirnya kedalam. "I-ya, kamu..?" "Ya emang kenapa kalo ada Kissing nya? Bagus, dong. Gue jadi gak rugi, Hehe.." Plak! "Asem!" Tamparan yang tidak begitu keras, namun didapatkan Kasa tiba-tiba membuat Kasa sedikit menggaduh seraya memegangi pipi kanan nya. Kasa tidak menyangka akan mendapatkan 'hadiah' sespesial ini. Kasa juga baru tahu, Rea sangat mengerikan saat cemburu seperti ini. Lagipula, Kasa juga tidak benar-benar diundang ke SLB. "m***m!" Desis Rea dengan geletukan gigi, geram. "Jangan keras-keras, njir. Lo mau gue di arak?" "Wah, ide bagus." Kasa mendengus, "lagian kalo lo jeles, ngemeng kali." "Y-ya kamu udah tau aku jeles, kenapa sengaja ngomong gitu?" Deg Ini udah berlebihan nggak sih? pikir Kasa. Kasa tidak menyangka kalau Rea akan mengatakan hal ini, berterus terang kalau cewek itu cemburu. Tapi, hati nya sedikit menghangat mendengar ucapan Rea. Apa itu arti nya.. Ya, Kasa juga tahu itu. "Lo juga sendiri tadi bikin gue cembokur, kan?" Tuduh Kasa. Rea menelan saliva nya kesusahan. Ucapan Kasa masuk kedalam otak nya. Dan dari ucapan Kasa, Rea mendapatkan informasi mengejutkan bahwa Kasa juga cemburu. Tetapi, pada awal nya Rea tidak bermaksud untuk membuat Kasa cemburu. Cewek itu hanya ingin pamer saja, tidak lebih. Tetapi seperti nya, Rea tidak menyesal telah mengatakan hal yang membuat ia tahu bahwa Kasa sudah lebih dulu cemburu pada nya. Memikirkan nya membuat Rea ingin menjerit sekuat nya, "Hh? Apa?" "Lo sih, tadi bikin gue cemburu. Kalo lo nggak ngomong kalo yang jadi lawan peran lo ganteng, gue kan nggak akan bikin lo cemburu balik." Ucap Kasa tanpa beban. "Kasa!" Panggil Rea keras, menyentuh bahu Kasa. Kasa tersenyum manis, "Iya?" "Apa kamu suka sama aku?" #tebece
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN