1. Permulaan
Suara jeritan yang mekakkan telinga terdengar bagai lantunan melodi yang begitu indah, memecah keheningan sunyi yang melingkupi ruangan tanpa jendela. Aroma pengap dalam ruangan seolah tak mengganggu kegiatan yang tengah berlangsung. Menambah jerit luka yang makin pilu.
Ruangan tersebut memiliki dinding yang kusam. Bahkan beberapa dindingnya telah mengelupas atau pun ditumbuhi tanaman liar dan lumut. Lantainya pun telah retak dibeberapa bagian.
Ruangan tersebut cukup luas untuk ukuran ruangan tanpa jendela. Bau pengap dan busuk tak jarang tercium, menambah kesan jorok dan kumuh yang membuat mual. Ditambah suara jeritan yang menambah suram ruangan tersebut, dengan pencahayaan minim yang berasal dari obor.
Cahaya luar tak mampu masuk ke dalam ruangan itu, seolah ruangan itu memang sengaja terisolasi dari dunia luar. Ketika berada di dalam ruangan tersebut, kau takkan mengetahui sekarang siang atau pun malam. Dan jika seseorang disekap dalam ruangan tersebut dalam kurun waktu 24 jam. Maka dapat dipastikan, kau akan menemukannya dalam keadaan tak bernyawa keesokan harinya.
"Teruslah menjerit sayang." Ia terus menancapkannya keluar masuk secara terus-menerus, gerakannya melaju sesuai ritme irama jeritan yang semakin menggila. Bukan jeritan merdu yang terdengar, melainkan jeritan pilu yang menyayat hati. Suara jeritan yang menandakan sebuah keputus asaan akan takdir yang begitu kejam mempermainkan hidupnya. Hingga beberapa saat kemudian, kini suara jeritan itu semakin mereda, dan tak lama kemudian menghilang.
"Sampai segini saja eh? Tidak menarik." Ujar seorang pria dengan beranjak dari sisi seorang wanita yang telah terkulai lemas tak bernyawa. Ia membuang pisau yang penuh darah itu ke sembarang tempat. Menimbulkan suara gema yang memecahkan kesunyian ruang tanpa jendela dengan cahaya remang yang minim.
Pria itu menyeret tubuh wanita yang terkulai lemah tak bernyawa dengan berbagai luka sayatan maupun tusukan yang mengaga. Ia membuka sebuah kotak persegi berukuran 50 × 50 cm yang di dalamnya banyak terdapat debu.
Lalu dimasukkannya wanita itu ke dalam kotak persegi dalam keadaan telungkup, agar muat dimasukkannya ke dalam kotak. Setelahnya ia menutup kembali pintu itu dan terlihat menekan suatu tombol on, lalu ia terlihat sedang mengatur suhu kotak persegi tersebut dengan suhu maksimum. Tak lama kemudian muncul asap secara perlahan, dan aroma seperti daging yang dipanggang seketika meenuhi seisi ruangan. Membuat sang pria tersenyum puas.
Setelah dirasa cukup, sang pria membuka kembali kotak persegi yang diasumsikan sebagai oven tersebut. Dan tubuh yang semula utuh sewaktu dimasukkan ke dalam oven, kini telah berubah menjadi butiran debu yang tak terdeteksi. Lagi-lagi pria tersebut berdecak senang dengan apa yang dilihatnya.
"Kurasa sudah cukup." Pria tersebut kini melangkahkan kakinya keluar melewati satu-satunya pintu yang dimiliki ruangan tanpa jendela tersebut. Langkah kakinya ringan seolah tanpa beban, tak lupa senyum manis tersungging dibibirnya.