BAB 2

1385 Kata
Evan bukan pria cengeng. Dia didik untuk menjadi pria yang kuat. Ketika kakaknya meninggal, Evan tidak menangis. Pantang baginya seorang pria menangis meskipun rasa kehilangannya begitu dalam terhadap Angga. Bagi Evan, Angga bukan hanya sebagai seorang kakak tapi juga seorang sahabat yang selalu paham akan adiknya. Angga sangat menyayangi Evan pun sebaliknya Evan sangat menyayangi Angga. Sayangnya, dibalik semua yang Evan lihat dari sosok Angga yang begitu penyayang, Angga adalah sosok yang rapuh soal cinta. Yang paling mengerikan adalah Evanlah yang pertama kali melihat sosok Angga tergeletak dengan wajah pucat pasi di dalam kamarnya. Di sudut-sudut bibirnya mengeluarkan busa.             Dan sejak saat itu, Evan bersumpah akan membuat Shopia dan keluarganya menderita. Evan menikahi Karenina karena motif dendamnya pada Shopia. Dia ingin Karenina melakukan hal yang seperti dilakukan Angga dengan menyiksanya secara perlahan hingga mati, mungkin. Tapi sejauh ini, sejauh pernikahannya dengan Karenina, Evan belum pernah melakukan tindak kekerasan apa pun. Bahkan untuk menyentuhnya pun tidak. Dia hanya memperlakukan Karenina layaknya pelayan dan tawanan.             Dia ingin sekali menyiksa Karenina hingga wanita itu mati. Tapi, seperti ada sesuatu yang mencegahnya semacam ketidakmampuannya sebagai seorang pria yang menyakiti seorang wanita. Ditambah Karenina selalu berusaha menuruti perintahnya. Semakin membuatnya lemah dihadapan Karenina. Tapi dendam akan terus hidup di hatinya. Sebagai pembalasan untuk Shopia demi Angga.             Minggu depan Evan akan menghadiri sebuah acara peluncuran produk baru dengan mengundang Abigail sebagai brand ambasador. Dia akan bertemu wanita itu. Wanita yang pernah ditolaknya. Bukan, bukan maksud Evan menolak Abigail tapi dia tidak bisa berhubungan dengan seorang aktris. Dia tidak ingin hubungannya dipublish. Dan Abigail jelas wanita yang haus akan perhatian dunia. Dia selalu berusaha memposting semua aktivitasnya termasuk fotonya yang vulgar.             Abigail adalah wanita yang dengan keukeuh mendekati Evan. Evan tidak akan tertarik pada wanita yang selalu menonjolkan diri dalam. Evan 29 tahun dan Abigail baru menginjak 28 tahun. Gosip konyol pernah beredar di ranah selebritas bahwa Abigail dan Evan pernah liburan bersama di Belanda.             “Omong kosong!” komentar Evan waktu itu saat televisi menayangkan gambar dirinya dan Abigail secara bergantian.             “Itu pasti gosip yang dibuat Abigail sendiri.” komentar Roger tangan kanan Evan.             Tidak heran jika Abigail tergila-gila pada Evan. Bukan hanya tampan dan kaya, Evan memiliki semacam sihir yang aneh dengan kedinginan dan keangkuhannya. Dia bahkan tak memiliki media sosial. Sama sekali tidak tertarik membuat akun media sosial. Evan adalah pria pendiam yang penuh dengan pesona.             “Saya heran kenapa Abigail begitu terobsesi pada saya.” gumamnya pada Roger yang sedang menyesap teh hijau.             “Karena di dunia ini tidak terlalu banyak pria yang seperti Anda, Tuan.” puji pria 33 tahun itu.             “Saya sama saja seperti yang lain. Tapi saya tidak pernah tertarik mempermainkan wanita.”             Perbincangan itu terjadi sebelum Evan berniat menikahi Karenina. Sekarang, setelah menikah dengan Karenina, Evan tidak hanya mempermainkan wanita tapi juga mempermainkan ikatan pernikahan yang sakral.             Sebuah pesan datang dari Abigail. Meskipun Evan sudah menikah dengan Karenina, tapi wanita itu masih terus menghubungi Evan dan masih selalu mengharapkan cintanya diterima sang pangeran kegelapan.             Aku akan pergi ke London minggu ini. Kuharap kamu akan menyusulku ke sana.             Aku selalu mencintaimu.             Evan mengabaikan pesan gila dari Abigail. Aneh, nyaris semua aktor memuja Abigail tapi Abigail malah memuja pria yang selalu mengabaikannya. Selalu.             Tak pernah ada yang tahu kedalaman isi hati Evan. Dia pria yang tidak mudah ditebak. Tidak ada yang tahu kemana hatinya mengarah dan siapa saja yang pernah mengisi hatinya. Tak pernah ada yang tahu. Bahkan dengan kejamnya beberapa akun anonim mengbarkan kalau Evan seorang gay. Tanpa pikir panjang, Evan langsung memenjarakan para pemilik akun anonim yang dengan sengaja mencemarkan nama baiknya dengan berita hoaks k*****t!             Dia hanya heran saja pada pria-pria yang tak bisa mencintai satu orang wanita. Ayahnya adalah seorang pengusaha sukses yang setia pada istrinya. Seorang istri yang melahirkan dua orang putra yang tampan dan menawan. Kesetiaan sang ayah begitu luar biasa pada ibu Evan. Saat ibunya sakit ayahnya selalu berada di samping ibunya. Dia selalu di rumah sakit bahkan memilih tinggal di sana.             “Ayah tidak bisa tidur tanpa ibu di samping ayah, Nak.” Dia berkata dengan mata yang merebak basah.             Evan mengangguk.             Dan ibu Evan meninggal.             Wajah ayahnya berubah melankolis. Dia bahkan selalu mendatangi pusara ibu Evan tiga hari sekali.             “Ayah merindukan ibumu, Nak.” katanya selepas berkunjung ke pusara ibu.             Setahun setelah kematian ibunya, ayah Evan meninggal. Disusul sang kakak yang memilih mati bunuh diri demi seorang wanita.             Kisah cinta yang teramat kontras.             Sebagai seorang pria kesetiaan adalah hal yang wajib dijaga sampai menua bersama seperti ayah dan ibunya. Dan untuk mereka yang belum bisa setia pada pasangannya—Evan meyakini bahwa pria itu tidak mencintai pasangannya sebesar rasa cinta ayah pada ibunya. ***             Abigail menyambar tas Louis Vuitton asli miliknya di atas sofa. “Aku tidak mau syuting hari ini kalau sutradara sialan itu selalu bilang aktingku kacau!” katanya dengan nada penuh amarah.             “Abigail, ayolah, serial komedi ini akan tayang sebentar lagi dan kita harus menyelesaikan episode 10 agar nanti tidak keteteran.” ujar sang manajer artis yang—sebenarnya teramat kesal pada tingkah pongah Abigail. Dia selalu jadi omelan sutradara kalau Abigail bertingkah.             “Aku tidak peduli!” dia melotot angker pada sang manajer.             Abigail 28 tahun dan dia masih belum bisa dianggap dewasa. Ini bukan kali pertama dia adu mulut dengan sutradara karena aktingnya kacau. Abigail memang punya bakat akting yang baik tapi dia tidak bisa berakting baik saat moodnya kacau.             “Biarkan saja aktris itu pergi, Ra. Toh, dia cuma bisa nyusahin kamu saja. Aktris yang punya attitude dengan akting mumpuni banyak di luar sana!” kata sang sutradara yang teramat jengkel saat melewati mereka berdua.             “k*****t!” umpat Abigail.             Rara 35 tahun. Dan dia selalu berada dalam posisi tertekan dan stres karena ulah Abigail yang semaunya. Dia membiarkan Abigail pergi. Aktrisnya memang pongah. Cukuplah dia tertekan dengan semua tingkah Abigail. Rara berniat mundur dari pekerjaannya sebagai manajer artis semacam Abigail.             Evan hanya membaca pesannya tanpa membalasnya. Seketika perasaan Abigail menjadi kacau. Dia tahu kalau pria bermata dingin dan gelap itu akan mengabaikannya tapi Abigail tak pernah tahan untuk berlama-lama tidak menjalin komunikasi dengan Evan. Meskipun pesannya tak pernah dibalas pria itu.             Abigail sangat terobsesi pada Evan. Baginya Evan adalah makhluk paling sempurna yang diciptakan Tuhan dan dia tidak pernah menyerah untuk mendapatkan Evan. Tidak peduli kalau pria itu sudah memiliki istri.             Karenina bagi Abigail tak penting. Dia bisa melihat Evan tak mencintai Karenina. Abigail bisa melihat tak ada cinta di mata gelap Evan bagi Karenina. Dan lagi, tidak ada yang menarik dari Karenina selain, ya, selain wajahnya yang menurut Abigail membosankan. Karenina juga tidak melek fashion sehingga apa yang dikenakannya selalu terlihat kuno. Abigail tidak tahu apa yang membuat Evan tertarik pada Karenina sehingga menikahi wanita itu. Pasti ada sesuatu, pikirnya. Apalagi Karenina hanya seorang penjaga toko bunga Choco D’Florist.             Abigail mengikat rambut panjangnya yang bergelombang sebelum menyalakan mesin mobil dan pergi sesuka hati. Dan dia memilih menemui Evan. ***             Abigail menatap Evan penuh hasrat. Dia ingin memeluk Evan dari belakang dan merasakan hangatnya tubuh Evan yang selalu menjadi dambaannya. Abigail selalu memuja pria itu. Pria yang seharusnya menjadi miliknya dengan atau tanpa cinta.             “Aku tidak menerima tamu yang tidak ada dalam daftar tamuku.” kata Evan sedingin es.             “Ya, Roger memberitahuku. Aku tidak peduli. Aku hanya merasa lebih baik kalau bertemu denganmu, Evan.”             “Pulanglah, tidak baik kita berduaan dengan statusku sebagai suami Karenina.” Evan mengatakannya seperti menasehati remaja yang nakal.             Wajah Abigail berubah muram ketika mendengar nama Karenina. “Apa yang spesial dari Karenina dibandingkan aku? Aku jauh lebih cantik dari Karenina. Aku jauh lebih segalanya dari Karenina.” Abigail memberi penekanan pada setiap patah kata yang diluncurkannya.             “Tentu. Itu sudah pasti.” Evan mengatakannya dengan nada datar.             Sudut-sudut bibir Abigail tertarik ke atas membentuk senyuman yang tipis. Ya, Evan mengakui bahwa Abigail lebih segalanya dari Karenina.             “Lalu,” Abigail bangkit dari kursi, menghampiri Evan. “Kenapa kamu selalu mengabaikanku, Evan? Apa kurangnya aku?” tangannya menyentuh bahu Evan dengan lembut.             Evan tahu apa yang diinginkan Abigail. Tapi Evan tidak mau memiliki skandal apa pun. Abigail bukan wanita yang akan berdiam diri ketika semua terjadi, dia akan melakukan ancaman-ancaman yang jelas membuat Evan tak bisa lepas dari genggamannya.             “Kamu mau berkencan denganku malam ini?” bisiknya di telinga Evan. ***
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN