bc

(Isn't) Fake

book_age16+
5
IKUTI
1K
BACA
possessive
family
friends to lovers
arrogant
badboy
goodgirl
drama
bxg
highschool
school
like
intro-logo
Uraian

Setidaknya yang terluka diperkenankan bahagia, walau kata duka dan kecewa berperan luar biasa. Karena jika tidak dengan luka, mungkin kita tak bisa sama-sama. Sama-sama terluka, sama-sama berduka, sama-sama kecewa, namun menyatu membentuk kesempurnaan cinta.

chap-preview
Pratinjau gratis
Wulandary Adhyastha
KEPALSUAN BERBICARA "Kata baik-baik saja tidak menjamin bahwa hati yang sudah remuk itu tidak apa-apa. Yang patah tetap akan patah. Yang hancur akan tetap lebur. Dan yang menang akan tetap hilang." —Wulandary Adhyastha— *** Sendirian di rumah bertingkat dua dengan fasilitas lengkap tanpa ditemani orangtua, gadis berwajah lembut itu sudah terbiasa. Berapa lama? Bisa berminggu-minggu dia tinggal sendirian di rumah besar itu, bahkan nyaris berbulan-bulan. Namun sekarang, dia tidak sendirian, mulai malam ini, Wulan ditemani oleh seorang pembantu bernama Mbok Nung. Wanita paruh baya yang tidak memiliki anak, baru tiga hari dipekerjakan oleh ibu Wulan di rumahnya. Saat ini, Wulan sedang memeriksa lemari pakaiannya. Berdiri menatap sehelai seragam putih yang terkena noda darah, yang ajaibnya belum dicuci selama dua minggu oleh Wulan dengan sengaja. "Gue mungkin akan membutuhkan kesepakatan kita nanti, Bens," gumam Wulan dalam tatapan sendu. "Sekarang percuma menyembunyikan segala kepahitan yang gue terima. Gue memilih menyerah sama keadaaan yang selalu menyulitkan kehidupan gue." Membayangkan bagaimana kesepiannya, Wulan sampai tak habis pikir mengapa kedua orangtuanya sibuk dengan urusan masing-masing. Terutama ayahnya, Wirajaya Adhyaksa. Hingga detik ini, Wira selalu ke luar kota dan hanya pulang ke rumah sekali sampai dua kali dalam sebulan. Dengan alasan pekerjaan, ibu Wulan—Nidya Aryani—melepas suaminya ke luar kota. Namun ketika Wulan bergerak untuk menyentuh seragamnya yang berdarah, pikiran Wulan dipenuhi oleh seorang siswa yang menarik perhatiannya di sekolah. Senyuman hangat mengembang tanpa beban. Dan kejadian dimana mereka bertegur sapa untuk pertama kalinya kembali terulang dalam bayangan Wulan. Setelah Meta meneriakkan dengan histeris dua nama pentolan anggota geng paling berbahaya di SMA Gemilang, seketika, ruangan OSIS menjadi heboh. Sebagian penghuni ruangan yang tersisa berlarian menuju kelas di mana Dewa dan Bens berkelahi. Seakan tak mau ketinggalan tontonan menarik itu, tiap siswa rela saling dorong agar segera sampai di kelas X-4. Disusul oleh Renata, Meta dan Wulan. Tidak membiarkan masalah tersebut sampai ke meja kepala sekolah. Sesampainya ketiga gadis itu di kelas X-4 yang sudah heboh dan ramai, hal yang tidak pernah terlintas di otak mereka sebelumnya benar-benar terjadi di depan mata. Destroyer ada, berdiri di sana menyaksikan perkelahian antara ketua dan sekretaris mereka—anggota inti Destroyer—yang pengaruhnya sangat besar dalam sejarah pembentukan geng. UNIT 1 sudah mencoba melerai, namun mereka kewalahan dan mendapat tekanan dari Dewa. Sedang tim UNIT 1 Destoyer saja tidak mampu melerai, apalagi UNIT 2, 3, 4 dan 5. Yang kemampuannya jauh di bawah Bens dan Dewa. Tubuh Wulan mendadak gemetar melihat Bens tanpa perlawanan dibantai habis-habisan oleh Dewa. Yang tak lain merupakan sahabat Dewa sedari MOS. Seperti yang diketahui orang banyak, di SMA Gemilang, terdapat sebuah geng paling disegani oleh penduduk sekolah yaitu; Destroyer. Geng paling mematikan jika sempat berurusan dengan salah satu dari mereka. Dan pemimpinnya adalah Dewa Pramudya Ataric. Si Raja Kriminal yang saat ini memukul, menendang, menyeruduk, bahkan melemparkan Bens ke dinding kelas. "Wulan! Lo bawa Bens ke UKS buruan, panggil ambulance juga kalau memang dibutuhin. Gue khawatir dia kenapa-napa," ujar Renata panik dan cemas. Gadis manis yang saat ini berstatus sebagai mantan kekasih Dewa. Renata mengangkat kepala Bens yang sudah terkulai lemah saat Renata berhasil menghentikan Dewa. Seakan hilang kesadaran, Wulan terkejut melihat Bens sudah ada dalam pangkuan Renata. Namun tak berlangsung lama, kesadaran Wulan kembali. Gadis itu buru-buru mendekat pada Bens dan memapah Bens pergi dari lokasi. Begitu juga dengan Aksel yang mengekor di belakang, menyerahkan Dewa pada Renata *** Di ruangan kesehatan sekolah, dengan keberanian yang telah dikumpulkan dengan susah payah, Wulan mendekati Bens yang sedang terbaring di salah satu ranjang UKS. Wulan bahkan tidak tahu apakah laki-laki itu tertidur, atau hanya memejamkan mata saja saat ini. Untuk memastikannya, Wulan dengan tampang polos melambaikan tangan di depan wajah Bens, memunculkan pergerakan kecil dari objek yang sedang memejamkan mata. Dengan jelas membuat Wulan terkejut dengan keadaan tangan Bens yang mencekal pergelangan tangannya. Jangan lupakan tatapan tajam itu, Wulan sampai kesulitan bernapas dibuatnya. "Maaf, Bens." "Hm ...." Meski hanya memberi respons singkat, Bens tetap melepaskan cekalannya di tangan Wulan. Sepasang mata elangnya berpindah pada langit-langit. Memikirkan sesuatu yang sudah dia ketahui akibatnya sejak awal. "Kenapa lo nggak mau dibawa ke rumah sakit? Padahal luka lo cukup parah, Dewa mukulin lo kayak orang kesetanan," ujar Wulan membuka topik obrolan. Bens tersenyum tipis menanggapi perkataan Wulan. "Gue udah biasa kayak gini, makasih atas rasa iba lo terhadap gue," kata Bens sinis, lalu menyorot seragam putih Wulan yang terkena noda darah. "Harusnya lo nggak melibatkan diri dalam permasalahan gue, sekarang lo ikut kena getahnya." Wulan ikut melirik seragamnya, kemudian membuka sedikit bibirnya dan mengatakan, "Ah, gue cuma bersimpati, bukan karena kasihan. Manusiawi, ‘kan?" Sebelah sudut bibir Bens tertarik ke atas, berpikir bahwa gadis di hadapannya sangat menarik. "Lo ambil seragam baru di Koperasi OSIS, nanti gue yang bayar. Ingetin diri lo juga untuk nggak ikut campur lagi urusan gue. Ini terakhir kalinya lo melibatkan diri dalam urusan gue." "Gue nggak butuh seragam baru dari lo. Gue butuh kesepakatan. Gue juga nggak tertarik buat ikut campur dalam setiap urusan lo." Awalnya Bens terkejut, namun dia memilih bungkam sekaligus bingung, dalam rangka apa gadis manja dan penakut seperti Wulan membuat kesepakatan dengannya? "Mungkin bukan sekarang, tapi nanti, ketika gue bener-bener membutuhkan bantuan lo. Bens, ingat perkataan gue baik-baik. Lo, berhutang budi sama gue." Mendengar kalimat itu, mata Bens tak bisa berpaling dari Wulan. Cowok itu terlalu terkejut sampai tidak bisa berkata-kata. Dalam pikiran Bens, gadis ini telah membuat kesalahan besar dengan membuat kesepakatan bersama seorang pelaku kriminal. "AKU MAU CERAI DARI KAMU, MAS!" "MEMANGNYA KAMU SIAPA BERANI NGATUR-NGATUR SAYA?!" "CERAIKAN AKU DAN KAMU BOLEH MENIKAH DENGAN PEREMPUAN ITU!" Terkejut mendengar keributan yang berasal dari lantai bawah, refleks, Wulan menutup lemari pakaiannya dengan kencang dan berlari tergesa-gesa ke luar kamar. Berhenti tepat di mana dia bisa menyaksikan pertengkaran antara ibu dan ayahnya di atas sana. Dari lantai dua. Sedari kecil, Wulan hidup dengan segala kemewahan yang membuat orang lain merasa iri. Sejak dahulu, keinginan Wulan tak pernah menjadi beban untuk kedua orangtuanya. Dia dimanjakan dengan harta kekayaan Adhyaksa yang berlimpah, namun beruntungnya dididik dengan baik oleh ibunya yang baru saja mendapat perlakuan kasar dari sang suami. Jika tidak, mungkin Wulan akan seperti ayahnya yang memiliki sikap tempramental tinggi. Tidak peduli perempuan maupun laki-laki, semuanya disamaratakan. Dari atas sana, Wulan membulatkan mata sambil menutup mulutnya kuat-kuat. Menahan takut, tangis dan emosi yang menyatu. Melihat sang ibu jatuh terhempas ke lantai, menangis terisak karena diperlakukan tidak manusiawi oleh suaminya sendiri. Dan untuk pertama kali dalam hidupnya, Wulan menyaksikan kehancuran keluarganya sendiri. Dan untuk pertamakalinya pula, Wulan mengetahui bahwa ada keretakan dalam keluarganya. Yang tidak bisa lagi diperbaiki, apalagi dipertahankan hubungan sakral orangtuanya. Tidak. Wulan tidak melihat adanya tanda damai dari ayah dan ibunya. Untuk segala hal yang akan terjadi, Wulan memasrahkan diri. "KAMU PIKIR AKU NGGAK TAU, APA YANG KAMU PERBUAT DI BELAKANG AKU? KAMU MAIN PEREMPUAN, AKU TAU SEMUANYA!" "JANGAN MEMBUAT ULAH, NIDYA. SAYA SUDAH CUKUP KESAL PURA-PURA BAHAGIA HIDUP SAMA KAMU. KALAU BUKAN DEMI WULAN, SAYA TIDAK AKAN PERNAH MAU MEMPERTAHANKAN PERNIKAHAN KITA!" “DULU, KAMU YANG NGEMIS-NGEMIS SAMA AKU. SEKARANG, SAAT KAMU SUDAH MENDAPATKAN AKU, KAMU MAU MENCAMPAKKAN AKU DAN MENCARI PEREMPUAN LAIN?! DAN PEREMPUAN ITU ADALAH SAHABAT AKU SENDIRI, MAS WIRA!" "MAMA!" "APA YANG UDAH PAPA LAKUIN SAMA MAMA?!" Dari atas sana, Wulan terpekik kencang melihat Wira, seperti kerasukan setan mengambil guci keramik yang ada di sudut ruangan dan melemparkannya ke kepala Nidya. Tanpa banyak menunngu, darah segar mengalir dari kepala Nidya. Wanita itu sudah kehilangan kesadaran, tergeletak tidak berdaya di lantai. Disaksikan oleh Wulan, serta Mbok Nung yang mengintip dari salah satu tembok. Wulan bergegas turun, meraung meratapi nasib Nidya yang sudah tak berdaya di hadapan Wira. Dalam tangisannya, Wulan meraup kepala Nidya yang berlumuran darah. Tangan gadis itu gemetar dengan tangisan yang tidak mau berhenti, seperti darah Nidya yang terus mengalir dari kepala. "Mama ... jangan tinggalin Wulan, Ma," isak gadis itu tersedu-sedu. "Wulan mohon bertahan demi Wulan, Ma. Wulan nggak bisa apa-apa tanpa Mama." Seolah baru saja sadar dari perbuatan biadabnya terhadap Nidya, Wira menatap kedua tangannya yang sudah menghantam kepala Nidya dengan guci keramik. Kedua tangannya ikut gemetar, tubuhnya lunglai dan semua penyesalan menerjang dadanya bertubi-tubi. Matanya menatap putri tunggal dan istrinya saat ini, kemudian mendekat. "W-ulan, Papa—" "Jangan deketin Wulan, Pa! Papa jahat sama Mama, Wulan benci sama Papa!" Tangan Wira yang sempat terulur untuk menenangkan anaknya kembali urung, Wira menyesal telah menghantam kepala Nidya dengan guci keramik yang kini sudah hancur berkeping-keping. Seperti perasaan Wulan saat ini.

editor-pick
Dreame-Pilihan editor

bc

B̶u̶k̶a̶n̶ Pacar Pura-Pura

read
155.8K
bc

Perfect Revenge (Indonesia)

read
5.1K
bc

GARKA 2

read
6.2K
bc

Sentuhan Semalam Sang Mafia

read
188.7K
bc

Super Psycho Love (Bahasa Indonesia)

read
88.6K
bc

DIHAMILI PAKSA Duda Mafia Anak 1

read
40.9K
bc

TERNODA

read
198.7K

Pindai untuk mengunduh app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook