Chapter 1

750 Kata
Bian menaiki motor trail hitamnya, dasi di lehernya sekadar di ikat asal-asalan. Ia melajukan motornya dengan kencang menuju SMA angkasa.  Walaupun Bian anak seorang pengusaha sukses tetapi tampilan dia tidak mencerminkan anak dari seorang yang berwibawa. Tampilannya begitu urakan. Rambutnya ia cat menjadi warna gold, tetapi malah menambahkan ketampanannya. Laki-laki jangkung itu terkenal ketus tetapi entah mengapa para gadis selalu mengejarnya. Orang menganggap Bian playboy padahal Bian hanya tidak mau menyia-nyiakan para gadis yang menembaknya. Kalau di tanya, mengapa ia menjadi playboy. Pasti jawabannya, ia hanya mencari seseorang yang bisa membuatnya berhenti mencari lagi.  Kenapa sih orang kayak Bian gak di keluarin aja dari sekolah. Kakeknya pemilik sekolah itu. Tidak ada yang berani menegur Bian. Tetapi orang tuanya memberitahu para guru jika harus bersikap adil tanpa memandang darimana keluarga nya berasal.  Sekarang motor Bian sudah terparkir cantik, di parkiran khusus geng Corvus. Bian melangkahkan kaki nya menuju rooftoop. Rooftop yang sudah ia rubah menjadi tempat kumpul yang nyaman. Ada ruangan yang tersedia kasur besar, kulkas, lemari, sofa, televisi, kamar mandi dan segala macamnya.  Bian duduk di kursi, ia mengambil rokok di saku celananya. Ia mulai menyelipkan sebatang rokok di bibir nya lalu menyalakan pemantik api dan mulai menyebat.  Di situ sudah ada Alta, Leo, dan Oka. Sedangkan Neptunus berada di kelas, memang yang rajin hanya Neptunus, ia juga mantan ketua OSIS.  "Entar malem si Arthur ngajak duel," ucap Alta, sambil mengepulkan asap rokok nya ke udara.  Bian hanya mengangguk.  "Perlu ajak anak-anak?" tanya Leo.  Anak-anak yang di maksud adalah anggota Corvus, mereka memiliki markas. Sebuah rumah di daerah sepi yang di ubah menjadi sebuah markas.  "Gak usah, kita aja." Jawab Bian.  "Gue heran, kerjaan si Oka selain tidur tuh apa?" rutuk Alta. Pasalnya Oka memang rajin berangkat sekolah tetapi sesampainya di sekolah ia hanya tidur, buktinya sekarang Oka sudah memejamkan matanya di kasur yang berada di ruangan.  Leo terkekeh geli, "Ketempelan setan pelor!" ucapnya.  Bian masih fokus dengan rokoknya, tetapi ponselnya terus berdering.  Ia mengecek nya sebentar lalu memasukan kembali ke saku celananya tanpa niat mengangkat telpon itu.  "Jadi pakai rooftop?" tanya Leo.  "Jadi," balas Bian.  Setelah jam pelajaran ke satu selesai, mereka ber-empat menuju kelas. Iya ber-empat, dengan Oka yang sudah di bangunkan.  ••• Jam istirahat tiba, Bian sekarang berada di rooftop kembali.  "Gue pacar Bian!" "Gue yang pacar Bian!" "Kalian selingkuhan Bian, gue pacar aslinya." "Sok cantik lo!" "Gue pacar nya Bian!" "STOP!" teriak Bian, di hadapan ke lima pacarnya.  Ya, Bian sedang mengumpulkan pacarnya di rooftop.  "SEKARANG KITA PUTUS!" Kata Bian yang membuat kelima gadis itu kembali berdebat.  "Kenapa?" tanya Sela tidak terima.  "Lo pasti cuma mau sama gue kan?" tanya Indah dengan pede.  "Lo urus!" ucap Bian pada Leo.  Bian malah meninggalkan mereka yang sedang berdebat.  Leo sudah sibuk mengurus para mantan pacar Bian.  "Kalian denger kan! Bian mutusin kalian, jadi sekarang bubar. Jangan ganggu si ketua kita lagi." Kata Leo setengah berteriak.  Para gadis itu nampak murung, malah masih ada yang berdebat dengan gadis lainnya.  Di lain tempat Bian sudah berada di parkiran. Ia memakai helm dan menjalankan motornya keluar dari pekarangan sekolah. Pak Satpam membuka gerbangnya daripada gerbangnya harus rusak lagi. Iya, Bian pernah menabraknya dengan mobil Leo. Pak Satpam hanya waspada saja padahal Bian memakai motor, tidak mungkin ia bisa menghancurkan gerbang.  Bian mendatangi kafe yang terkenal bernama Ruang Daisy.  Di belakangnya ada Alta, Leo dan Oka yang menyusul menggunakan mobil.  "Traktir ya," ucap Oka dengan cengirannya.  Bian hanya mengangguk. Ketiga temannya menjadi bersemangat memesan makanan sepuasnya.  Mata Bian tak henti menatap seorang wanita yang sedang menggendong anak kecil.  Bian mengambil rokoknya di saku celana. Saat ingin merokok ia di tegur oleh pelayan cowok. Pelayan cowok itu menjelaskan jika dilarang merokok, tetapi kalau ingin merokok bisa pindah ke tempat yang di izinkan.  "Suka-suka gue!" bentak Bian.  Pelayan cowok itu merasa jengah, ia melapor pada bossnya.  Kafe memang sedang sepi di jam itu, tetapi peraturan tetap peraturan. Di dalam kafe memang di larang merokok tetapi pihak kafe menyediakan ruangan untuk merokok.  Ivy menghampiri pemuda tengil itu.  "Maaf ya dek di larang merokok, jika adek nya ingin merokok. Bisa pindah tempat ke sana," ucap Ivy sambil menunjukan tempat khusus merokok.  Bian mendengus kasar, "Gue bukan adek lo!" Lantas Leo terkekeh, "Pengen di jadiin suami mba."  Bian menatap Leo tajam, hingga Leo membungkam mulutnya dengan kentang goreng.  Ivy memasang senyum manisnya, lalu ia merampas rokok di tangan Bian, "Adek manis, jangan ngerokok sembarangan lagi ya." Katanya, lalu pergi meninggalkan meja Bian dan teman-temannya.  Bibir Bian menunjukan seringai, ia memandang punggung Ivy yang kian menjauh. 
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN