Sidang Pertama

1826 Kata

Seminggu menjelang sidang perdananya, kehidupan Nayla seakan berubah menjadi medan tempur yang sesungguhnya. Bukan hanya soal dokumen, bukti-bukti, atau strategi hukum bersama kuasa hukumnya. Tapi juga serangan langsung yang datang dari Arman—mantan suaminya—yang tiba-tiba seolah bertransformasi jadi bayang-bayang yang mengikuti ke mana pun Nayla pergi. Bukan karena rindu. Bukan karena penyesalan. Tapi karena gengsi dan ego yang tak sudi dikalahkan. Sudah beberapa kali dalam sepekan itu, Arman datang ke butik Nayla tanpa pemberitahuan. Biasanya di jam-jam ganjil, saat toko mulai sepi atau bahkan menjelang tutup. Karyawan Nayla, yang sudah diberi pengarahan sejak jauh-jauh hari, tahu betul harus berbuat apa. Mereka berdiri di depan pintu butik dengan tubuh tegak dan sikap waspada. Mereka b

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN