Setelah seperkian detik gue menyadari kalau reaksi gue telat. Akhirnya dengan kepala yang mengepulkan asap banyak, gue menempelkan kartu ke daun pintu hotel. Pintu terbuka dan gue letakin kartu itu ke tempatnya. Dan lampu di kamar hotel pun menyala.
Gue segera merebahkan badan seraya memandang langit-langit hotel. Lalu tangan dan kaki gue bergerak di atas kasur ketika otak ini memutarkan kembali adegan si cowok mata almond yang sayangnya kurang ajar itu.
"Aishhh, bibir gue gak perawan lagi," rutuk gue kesal sambil memegang bibir yang beberapa menit lalu masih suci dan sekarang malah ternodai.
Gue sih bakalan anggap ini sebuah keberuntungan andaikan cowok nyebelin itu enggak mengeluarkan statement yang bilang bibir gue flat. Flat apaan coba, jelas-jelas bibir gue seksi hampir menyamai bibirnya Kelly Jenner. Buta dan katarak kayaknya tuh cowok.
Lamunan gila gue buyar ketika mendengar suara dering panggilan masuk. Dengan malas tangan ini menggapai ponsel dan seketika mata ini mendadak menjadi lebar ketika mengetahui siapa yang menelpon.
Mbakyou is calling...
Mata gue menatap horor, gue kelupaan bilang sama mbakyou kalau lagi berlibur ke Singapura. Gue bingung antara mau jawab atau enggak telponnya. Secara gue kan lagi di luar negeri jatuhnya biaya panggilan telponnya bakalan nguras pulsa mbakyou dengan sadis.
Ponsel gue terus menjerit dan pada saat dering ketiga akhirnya gue angkat panggilan telponnya.
"Lula, lo dimana. Astaga gue hubungi lo susah amat," cerocosnya ketika panggilan telponnya telah terhubung.
"Mbak segera deh lo tutup panggilan telepon Lo soalnya gue lagi di Singapura," ucap gue tanpa dosa.
"Apa lo bilang, lo jangan beca-"
Panggilan telpon mendadak mati dan gue menggigit bibir gue. Gue yakin pulsa mbakyou yang enggak seberapa di tanggal keramat ini pasti langsung ludes. Lalu dia bakalan spam w******p gue dengan rentetan kalimat ajaib yang bikin mata gue sepet.
Ding
Ding
Ding
Ding
Ding
Ding
Ding
Ding
Ding
Ding
Ding
Gue enggak tahu ada berapa banyak pesan masuk di w******p gue. Satu hal yang gue tahu kalau yang spam gue ya siapa lagi kalau bukan mbakyou yang pulsanya langsung ludes. Gue cekikikan tanpa rasa bersalah, niat gue ya emang mau refreshing dari setumpuk tugas negara.
"Demi kenyamanan hati hayati, gue matiin dulu deh paket datanya," kata gue sambil menonaktifkan paket data gue.
Gue melihat jam di ponsel gue yang masih menunjukkan pukul sembilan lewat tiga puluh delapan menit waktu Singapura. Gue berpikir sejenak, sepertinya menikmati suasana malam di Singapura oke juga nih. Gue pun bergegas mandi lalu, Lula si petualang bakalan beraksi.
***
Ritual mandi gue enggak lama-lama banget kok malah tergolong singkat banget. Pasti kalian enggak percaya kan? Elahh gue yakin banget kalau kalian enggak percaya, secara cewek cantik kayak gue mandi kilat kayak mandi bebek? Tapi guys, itu fakta loh. Waktu paling singkat kalau gue mandi itu hanya lima menit doang, rekor ini mah.
Oke gue bongkar isi koper minimalis gue. Pilihan kali ini jatuh ke celana jeans dan sweater pink. Tak perlu berdandan menor karena wajah ini cukup menggunakan moisturizer, memoles bibir seksi ini dengan lipstik berwarna peach, eyeliner dan eyeshadow secukupnya. Tak lupa sebagai pemanis gue pakai kacamata dengan bingkai bulat untuk menunjang penampilan malam ini.
"Oke Lula, lo emang kece." Gue ketawa ngakak saat bilang kayak gitu di depan kaca. Gue narsis? Of course banget.
Syukur gue sendiri di kamar ini kalau sempat gue berdua berpetualang yang ada gue udah dilempar bantal karena terlalu narsis, melewati over malah sebenarnya.
Gue pun memakai sepatu kets kebangsaan gue, rambut yang panjangnya hanya sebatas bahu hanya gue geraikan doang. Pengen tampil minimalis malam ini.
Setelah memastikan semua barang-barang penting gue udah masuk ke dalam tas selempang gue kayak paspor, kartu imigrasi dan juga uang. Gue pun mencabut kartu kamar hotel dan segera meninggal hotel demi menjalankan misi mulia malam ini.
Ketika gue baru keluar dari kamar hotel, cowok nyebelin itu juga keluar dari kamarnya. Kita sama-sama saling menatap. Sial gue malah terpesona dengan mata almond nya itu.
Dia yang lebih dulu melongos dan berjalan meninggalkan gue. Sumpah, itu cowok benar-benar menyebalkan. Gue memberi jeda sekitar tiga menit, gue ogah satu lift dengan cowok itu. Bisa gatal-gatal badan gue nantinya.
Mungkin tiga menit udah gue lewati, gue mengecek sekali lagi barang bawaan gue. Oke, sip aman. Semua udah di bawa dan ada satu benda lagi yang wajib gue bawa malam ini adalah tongsis. Gue mau live di i********: biar kayak ala-ala vloger gitu loh.
Gue berjalan menuju lift dan menekan angka satu menuju ruangan resepsionis. Pintu lift terbuka dan gue segera keluar dari kamar hotel.
Serius mata gue dimanjakan dengan pemandangan malam di negara Singapura ini. Mata gue langsung menatap middle street yang bisa di bilang tak terlalu ramai dengan kendaraan. Hanya beberapa saja mobil yang melintas.
Gue berjalan ke arah menuju Bugis street. Cuaca malam ini cukup bersahabat buat gue jalan kaki, kalau di Pekanbaru mah gue ogah banget jalan kaki. Tahu sendirilah yang cuaca di Pekanbaru teriknya kayak apa. Kalau di suruh emak ke warung simpang rumah aja, gue tetap pakai sepeda motor saking malasnya gerak dan jalan kaki. Orang Indonesia mah gitu, dekat jauh ya tetap naik sepeda motor, gue termasuk salah satunya juga sih hehe.
Malam ini gue kepengen naik MRT, pengen mencoba mode transportasi yang lagu hits. Kebayang enggak sih ada stasiun kereta bawah tanah yang kecepatannya sangat amazing. Berhubung di Pekanbaru itu enggak ada jalur kereta api ya gue excited banget pengen coba naik. Astaga gue udah kayak bocah aja kalau kayak gini.
Gue pun berhenti di persimpangan jalan dan menunggu lampu pejalan kaki berwarna hijau. Uniknya di Singapura ini yah pejalan kakinya tuh dimanjakan gengs. Kalau ada mobil yang mau belok kiri terus posisi kita lagi nyebrang nih ya, pengendara mobil bakalan memelankan laju kecepatannya loh. Enggak ada tuh yang namanya serobot seenaknya. Biasanya kalau pengendara di Indonesia kan, pejalan kaki enggak nyaman karena kecepatan pengendara yang terkadang ugal-ugalan.
Lampu pejalan kaki udah hijau dan gue pun menyebrang. Seriusan deh gue jalan kaki sendiri kayak gini rasanya enjoy banget loh. Kalau di Pekanbaru, gue jalan sendiri kayak gini malah di cie-cie enggak jelas atau paling mentok malah di bilang manusia ngenes karena enggak punya teman.
Gue enggak begitu memperhatikan nama jalannya apa karena mata gue sibuk mengagumi keindahan malam di Singapura. Gue melihat toko yang menjual makanan ala Korea, terus ada juga toko yang jual teh tarik.
"Widih kalau gue enggak hati-hati gue bisa kebeli makanan non halal nih," celetuk gue ketika gue melihat enggak ada logo halal di salah satu restoran Korea. Padahal makanan yang ada di sana kelihatan enak.
Gue sedari tadi celingak-celinguk mencari spanduk yang sering berkibar di toko-toko Indonesia, bahkan ada juga tuh yang di tempel di pohon malahan. Tapi sayang gue enggak menemukan spanduk dan teman sejenisnya di Singapura. Wew, kalau gue buka jasa percetakan spanduk alamat gulung tikar langsung alias gak laku sama sekali.
"Ini stasiun MRT terdekat dimana ya?" Gue malah kebingungan karena sedari tadi gue cuma jalan menyusuri pertokoan.
Dengan sangat terpaksa gue membuka Google maps. Gue berharap kali ini gue berhasil mencoba google map. Please jangan ketawa, terakhir kali gue pakai Google maps seriusan gue malah nyasar.
Baru aja gue aktifkan paket data gue, langsung datang chat dari mbakyou secara beruntun. Beneran deh mbakyou gue neror gue.
Gue awalnya pengen balas chat dari mbakyou mendadak mata gue manangkap sesosok cowok yang menyebalkan. Gue mengerjabkan kedua mata gue takut jika gue salah lihat. Tapi astaga dragon, dia beneran si cowok mata almond pencuri ciuman pertama gue.
Eitss tapi mata gue lagi enggak bermasalahkan? Itu kok dia rangkulan erat gitu dengan seseorang yang sayangnya juga enggak kalah cakep dengan si mata almond.
Seketika otak suci gue memunculkan satu kata menyebalkan.
"Lo berpikir terlalu jauh deh, Lul," sanggah gue dalam hati. Tapi sanggahan gue sepertinya tak berlaku karena mereka berdua saling menatap satu sama lain.
Ahaa, gue punya ide cemerlang. Gue set kamera ponsel gue dan membuka i********: dan memulai aksi live di sana. Seperti ala konten kreator pemula, gue berjalan sembari menatap ke arah kamera. Yaps bener sekali gue tengah berjalan ke arah dua cowok yang tampak asik dengan dunianya sendiri. Gue sengaja, catat itu baik-baik.
Siapa suruh mesra-mesraan depan umum, rutuk gue dalam hati.