Satu minggu setelah kejadian itu sekarang mas Rizki lebih sering jarang pulang, kalau dia pulang pun tidak lebih dari sepuluh menit lalu dia pergi lagi, selalu seperti itu.
"Non." Aku pun tersadar dari lamunanku ketika buk Ijah memanggil ku
"Hmm iya buk, kenapa?" Kata ku "hmm itu non ada yg mencari diluar" aku pun mengkerut kan kening ku pertanda bingung.
"aah iya sebentar lagi Aku akan keluar dan buk tolong bikinin minum ya." pinta ku dengan sopan, setelah melihat penampilan ku, Aku pun keluar dan melihat seorang wanita yg berpakaian sangat minim sedang duduk santai disofa, Aku pun menghampiri perempuan itu.
"oooh apa kau istri nya Rizki" kata perempuan itu sambil memadang ku remeh
"hmm iya mbak siapa"kata ku dengan halus dan tak lupa tersenyum manis seolah aku tidak terpengaruh dengan tatapan nya.
"hah!! Ternyata Kau tidak semanarik yg ku bayangkan pantas saja mas Rizki lebih memilih ku ketimbang kau!" Kata nya lagi
"maksud mbak apa ya?" Kata ku lagi solah aku tidak mengerti apa yg ia bicarakan.
"ya Aku hanya ingin mengata kan,lebih baik Kau tau akan posisi mu, mas rizki itu hanya milik ku jadi jangan pernah bermimpi kalau kau akan bisa mendapat hati nya" ucap nya dengan sinis.
"oh ya, apa Kau tau? Mas rizki semalam TIDUR bersama ku" kata nya lagi, ia sengaja menekan kata tidur seolah ia menikamati malam nya besama suami ku dan tak lupa menujukan jejak-jejak mereh dia area leher dan d**a nya, sunggu w************n dan tidak tau malu.
"Seperti nya Aku harus pergi." dengan wajah penuh kemenangan dan kepuasan ia berlalu melawti ku.
Aku yg hanya terdiam. tak lama kepergian nya mbak Ijah pun keluar
"non nggk papa." Aku pun langsung Memeluk buk Ijah dan menupahkan tangis ku dipelukan nya.
"hiks hiks sakit buk hiks sakit, kenapa hidup ku begini, KENAPA!! Mulai dari ibu tiri ku yg menghasut ayah ku untuk menikah kan ku denga manusia iblis itu dan seenak nya ayah mengata kan Aku akan lebih baik bersama lelaki itu,hiks ini yg dikata kan baik, jawab bu apa lelaki seperti itu dikata kan baik." buk Ijah pun ikut menangis sambil mengusap kepalaku dengan sayang
"sabar non, semua pasti akan berubah dan non juga akan dapat kebahagian yg non ana ingin kan."kata buk Ijah menyemangati ku
"tapi kapan bi, apa dengan mati Aku bisa bahagia apa dengat mati mereka juga bahagia?"
Buk Ijah menggeleng kepala nya dengan tegas
"bukan!! Dengan mati itu tidak bisa menyelesaikan masalah sayang, kita harus banyak sabar dan berdoa kepada Allah, agar kita bisa mendapat apa yg kita inginkan terkabul,seperti kita menginginkan kebahagian, kita harus terus berdoa dan terus beefikir positif, jangan pernah terhasut dengan omongan orang"
aku pun mengangguk setuju, medengar buk Ijah berbicara sepeti itu membuat ku teringat akan mendiang ibu ku
'ah bunda betapa anak bungsumu sangat meridukan mu, baik-baik lah disana doa kan anak mu bisa menjalani kehidupan yg kejam ini.'
_______________________________
Malam pun datang setelah kejadian pagi tadi membuat ku bisa lebih tegar menghadapi masalah, dari awal penikahan ini Aku sudah tau kalau ini tidak membuat ku lebih baik, dia menikah kan ku karna ayah ku terlilit hutang dengan nya dan Aku jadi jaminan, aku tidak tau kenapa ayah bisa setega itu terhadap ku, dulu ayah sangat menyayangi ku ,menjagaku dan selalu tersenyum saat melihatku.
tapi semua berubah semejak mama neninggal terlebih lagi kedatangan Ibu tiri ku dan kak Jesi, entah apa yg mereka katakan sihingga Ayah tidak lagi mau peduli pada ku bahkan dengan tega ayah menuruti keinginan mereka untuk menjadikan ku sebagai jaminan atas untung-utang mereka, semenjak itu semenjak Ayah setuju untuk menjual ku dan semenjak itu pula Aku mulai membeci pria yg ku panggil ayah dan membeci ibu tiri ku.
Tok tok tok
"Non makan malam nya udah siap." ucap buk Ijah dari luar pintu kamar ku
"aah iya buk Aku keluar sekarang." Aku pun buru-buru membuka pintu.
"Buk duluan aja, Aku mau cuci muka sebentar." kata ku dengan sura masih serak karna dari pagi tadi Aku menangis
"ya udah cepat ya non." Aku mengangguk kan kepala ku sebagai jawaban nya
Setelah cuci muka dan tak lupa solat magrib Aku pun kuar dan berjalan menuju ruang makan.
Ternyata disana sudah ada mas Rizki sedang meminum kopi buatan buk Ijah dengan pelan aku menghampiri mas Rizki dan menarik kursi disebelah nya.
"Kamu kenapa" Aku pun menatap kearah mas Rizki, heran dengan perkataan nya.
"mata mu sembab, kenapa?" Seolah tau kebingungan ku.
"oo ini Aku tadi kelilipan tadi." jawab ku gugup, dan dengan bodoh nya aku mengata Aku kelilipan, anak orok aja tau kalau mata ku bengkak habis nangis, dia tidak bertanya lagi dan fokus pada handphone nya.
"Beres kan baju mu, besok Kita akan berngkat kebali." setelah mengatakan itu mas Rizki pun beranjak dari duduk nya lalu masuk kekamar.
"Bali? apa mommy sakit?"kataku pelan
"tidak, mommy bawel karena kita tidak pernah menjenguk nya selama sudah menikah."
memang iya, selama menikah Aku tidak pernah menjengung orang tua nya mas Rizki. bukan nya tidak ingin, hanya saja mas Rizki tidak pernah punya kesempatan. lagian Aku tidak berani memaksa mas Rizki untuk pergi kebali.
ada perasaan senang dalam hati ku, "mungkin ini kesempatan ku untuk dekat dengan mas Rizki." kataky dalam hati.
"hey, malah senyum. sana, cepet beres-beres nya" kata mas Rizki dengan raut heran karena melihat Aku ang tersenyum sendiri. mungkin ia menganggap ku gila
dengan cepat Aku memasuki baju ke koper dan tak lupa juga dengan baju nya mas Rizki.
semoga selama disana Aku bisa meluluhkan hati mas Rizki, kalau seandai nya mas Rizki tetap seperti ini,berarti jodoh Kita hanya sampai disini saja, berarti memang pernikahan Kita tidak bisa dilanjut kan lagi.
yah Aku harus bertekat, kalau seandainya pernikahan ku memang tidak bisa diselamatkan lagi,aku bakal pergi. untuk apa menikah tapi tidak dianggap, hanya menjadi sebuah pajangan yang tidak menarik.
.....