Keegoisan

1250 Kata
Melihat Lettasya menghabiskan makanannya dengan lahap entah bagaimana turut membuat Antares ikut merasa kenyang. Berulang kali Antares berperang di dalam batinnya untuk membawa Lettasya pada Orion, berulang kali pula hatinya menolak. Jika pun harus diberikan, maka setidaknya Antares ingin menghabiskan dua hari lagi bersama wanita ini. “Lettasya….” “Ya?” “Boleh aku tahu dari mana kau memiliki tanda di bahumu?” “Ah.” Lettasya menoleh pada bahu kirinya. “Aku tidak terlalu ingat tepatnya kapan, tapi itu ada sejak aku terpangkap antara hidup dan mati.” Jawaban yang tidak terlalu jelas itu ditanggapi Antares sebagai sebuah kecelakaan dan luka itu di dapat karena berusaha menyelamatkan diri. Namun, mata Antares tidak lah buta untuk menyadari jika tanda tersebut bukan lah sebuah luka. “Aku tidak melihatnya sebagai sebuah luka.”  “Bukan luka,” jawab Lettasya. Ia tidak mungkin mengatakan pada Antares bahwa tanda ini diberi oleh Dewi Gaia. “Lalu?” Lettasya menatap Antares dengan penuh keraguan. “Kau sepertinya tertarik dengan tanda ini?” “Aku hanya penasaran.”  “Lupakan saja. Hal ini tidak terlalu penting.” Hening cukup lama, cukup untuk membuat Antares menduga-duga, jika seandainya Lettasya tahu dirinya merupakan wanita yang dicari oleh Raja Orion selama ini untuk dijadikan ratunya, apakah Lettasya akan mengambil kesempatan tersebut? Antares teringat dengan banyaknya pendapat yang saling bersinggungnya. Sebagian besar memang menolak karena tahu Cleosana, tapi juga tidak sedikit yang berharap ia bisa menjadi ratu di negara ini. Raja Orion adalah raja dari segala raja. Begitu besar wilayah kekuasaanya dan hampir semua  wilayah memiliki pimpinan yang berada dalam genggamannya. Orang-orang  dari negara Romawi menyebutnya sebagai Kaisar. Namun Orion tidka menyukai istilah tersebut. Di lebih suka disebut Raja dari segala raja.  “Bagai mana menurutmu tentang Raja Orion?” tanya Antares mendadak. Wanita itu tampak berpikir sambil menatap ke langit-langit. Sementara Antares merasa tidak tenang dan khawatir akan jawaban Lettasya. Akan tetapi benak Antares kembali menjeritkan fakta. Sejak awal Lettasya adalah milik Antares, tidak sepatutnya Antares merasa tidak rela. Akan tetapi hatinya berteriak jika Antares adalah lelaki pertama Lettasya bukan kah itu artinya Lettasya miliknya?   “Aku tidak bisa menilainya karena aku tidak mengenal rajamu seperti apa, tetapi dari banyak yang aku dengar. Beliau adalah raja yang haus akan kekuasaan, congkak dan kejam. Namun, meliaht dari sisimu yang diselamatkan olehnya membuatku kembali berpikir, mungkin Raja Orion tidak sekejam itu. Karena jika beliau tidak memiliki hati, sudah pasti ia tidak akan menyelamatkanmu beberapa waktu silam.” Tampaknya jawaban Lettasya tidak membuat Antares tenang, juga tidak membuatnya ingin melepas Lettasya. “Bagaimana jika Raja Orion berniat membawamu menjadi salah satu selirnya?” “Yang aku dengar Raja Orion belum menikah. Bagaimana dia bisa memiliki selir?” Antares tersenyum kecut dalam hati. Terkadang ia mengutuk kepintaran Lettasya. “Kita hanya sedang berandai-andai Lettasya.” “Kalau begitu aku akan memikirnya bila itu menjadi kenyataan.” Tanpa Lettasya sadari, jawabanya semakin memperparah pikiran Antares. ***** Lettasya menyandarkan kepalanya di bahu Antares, kedunya duduk di bawah cahaya bulan yang bersinar penuh, bintang-bintang yang menyebar di langit malam menambah keindahannya. Meski Lettasya tidak menyadari jika Antares masih menyembunyikan kebimbangannya tentang kapan ia harus mengirim Lettasya pada Yang Mulia Raja. “Aku berharap waktu terhenti saat ini.” Lettasya menoleh pada Antares. “Kenapa? Aku menyukai waktu yang berlalu bersamamu.” Antares kemudian mengeluarkan sebuah hias rambut dari pedangan tua yang dulu ia terima saat membelikan baju untuk Lettasya. “Aku tidak yakin untuk memberikan ini sebelumnya.” Wanita itu terkesiap pelan. Antares tidak yakin Lettasya memahami budaya di sini, tapi Antares merasa tidak ada yang cocok untuk memiliki hias rambut ini selain dirinya. Lagi pula Antares tidak akan punya waktu untuk memberikannya ketika nanti Lettsya menjadi miliki Orion. “Ini untukku?” “Aku menemukan hiasan rambut itu saat aku berada di perbatasan. Kurasa kini dia menemukan pemiliknya.” “Kenapa ada yang buang barang bagus seperti ini?” “Aku tidak tahu. Jadi kau mau atau tidak?” “Memangnya kenapa?” “Kalau kau tidak mau kau bisa memberikannya padaku lagi.” “Bukan kah kau sudah memberikannya padaku. Kenapa kau malah mengambilnya kembali?” “Di tempatmu, apa tidak ada orang yang memberikan benda-benda seperti ini?” Antares kembali bertanya. Memancing pengetahuan Lettasya tentang makna tersirat dari memberikan hiasan rambut. “Di tempatku, semua orang bisa memberikan apa pun pada siapa pun.” Tanpa ragu, Lettasya mengenakan hias rambut itu di kepalanya, lalu tersenyum manis pada Antares. “Apakah bagus?” “Cantik,” sahut Antares dengan mata tak berkedip. Dalam hati merasa semakin berat untuk menyerahkan Lettasya pada Orion. Sedangkan Lettasya menunduk malu oleh karena tatapan Antares yang tajam. Jemari Antares lalu meraih dagu Lettasya, dibimbingnya wajah itu untuk mendekat. “Ah.” Kepala Lettasya menegak teringat sesuatu. Tangan Lettasya menahan dadda Antares dan lelaki itu hanya bisa membuang napas dengan sabar. “Aku teringat sesuatu.” “Apa itu?” “Aku ingin mengatakam padamu tentang Miguel.” “Ada apa dengan anak itu?” “Seperti yang kau tahu. Anak itu mengalami banyak memar saat kita menemukannya. Aku sudah curiga dia menjadi korban pemukulan orang tua. Terlebih anak itu selalu mengatakan jika ia tidak mengingat orang tuanya.” Antares mengangguk pelan mencoba mendengarkan dengan seksama meski perhatiannya masih terarah pada bibir Lettasya yang beberapa waktu lalu gagal untuk ia cicipi. “Saat ada orang yang menyerang ke rumah ini. Miguel dengan cepat merunduk dan bersembunyi di bawah meja dengan gemetar sambil menutup matanya.” “Dan….” Antares tidak mengerti ke arah mana Lettasya akan mengakhiri topic Miguel ini? “Aku rasa kita tidak bisa mengembalikan dia kepada orang tuanya.” Lettasya mendesah pasrah. “Aku takut anak itu akan kembali dipukuli. Mungkin saja dia kabur dari orang tuanya.” “Menurutku tidak,” sambar Antares. “Jika memang dia dilukai oleh orang tuanya. Tidak mungkin ia menangis memelukmu sambil memanggilmu ibu bukan?” “Mungkin ayahnya yang berperilaku kasar.” “Itu mungkin.” “Tapi yang membuatku resah adalah bagaimana Miguel bisa bertahan hidup ke depannya.” Kemudian hening. Lettasya tampak berpikir keras dengan alis yang bertaut. Kepalanya terkadang miring, beberapa saat kemudian ia menggeleng. “Antares, menurutmu bagaiaman?” Lettasya menoleh hanya untuk melihat Antares memandanginya tanpa berkedip. “Antares … Ares.” Barulah kemudian lelaki itu berkedip. “Kurasa kita bisa menampungnya.” “Benarkah?” “Aku akan mengajarinya banyak hal saat ia bangun nanti.” Itu tidak akan terjadi, ujar Antares dalam hati karena sudha pasti ia harus mengirim Lettasya kepada Orion. “Atau kau bisa mengajarinya memanah.” Antares tidak berbohong saat melihat binar di mata Lettasya. hingga akhirnya lelaki itu menopang dagu dan membiarkan Lettasya untuk berangan-angan sepuasnya, seperti ia yang harus memandangi wanita ini sbelum memberikannya pada orang lain. “Melihatmu seperti ini bagaimana mungkin orang tidak mengiramu orang tua Miguel,” celetuknya tiba-tiba. Barulah Lettasya menunduk malu. “Entah lah … aku hanya senang dengan anak kecil. Apa lagi jika bisa mengajari mereka banyak hal. Tatapan mereka yang haus akan keingin tahuan, juga tawa gembira saat membaim mengingatkanku pada masa kecilku dan juga adikku.” “Adikmu laki-laki?” Lettasya menggeleng. “Adikku perempuan, tapi aku sebenarnya ingin punya adik laki-laki juga.” “Kenapa?” Lettasya tidak mungkin mengatakan jika ia ingin ayah dan ibunya memiliki penerus. “Terkadang, adik perempuan akan berebut pakaian, hiasan rambut atau lain-lainnya.” Tangan Antares terulur untuk mengelus kepala Lettasya. sebelum kemudian menarik wajah itu kembali memberinya ciuman yang tidak akan bisa ditolak oleh Lettasya lagi. **** To Be Continue….
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN