Masih di hari yang sama. Elina yang berada di salah satu rumah sakit Singapore, saat ini sudah mulai berjuang. Sedangkan di lain tempat, suasana sekolah Aksa saat ini, semuanya masih merasa tak percaya dengan kabar yang telah mereka dengar tentang Elina. Bel istirahatpun berbunyi. Aksa pergi ke toilet untuk membasuh wajahnya. Saat tengah berjalan, Nana melihat Aksa yang membelakanginya. Nana berlari memeluk Aksa dari belakang. “Sayang.” Ucap Nana manja. Aksa pun terkejut. “Ahh.. Nana.” Aksa berbalik menatap Nana. “Yaa… kau menangis?” Mengusap airmata Aksa. “Ah, tidak.” Tersenyum. “Ada apa sayang? Ceritalah.” “Ini bukan apa-apa sayang.” “Kau tak ingin memberitahuku?” “Bukk…bukan begitu. Ahhh.. Baiklah. Elinaaa.” Aksa tak kuasa menahan tangisnya lagi. “Kak Elina? Kau menangis kare

