Lelaki yang terluka di hadapan keduanya itu berlari dengan kencang keluar dari Istana megah tersebut. Raas yang akhirnya sadarpun segera mengejar lelaki itu dan berteriak, “Tunggu sebentar, Find!” Dan karena teriakan itu pula lah, Raja Adam menyadari jika lelaki tadi benar-benar Raja Find, temannya yang telah meninggal dunia tahun lalu.
Beribu pertanyaan hinggap di dalam kepala Raas ketika ia berlari mengejar langkah kaki cepat dari lelaki itu yang berlari ke arah pemukiman warga dan masuk ke dalam hutan Elder setelah langkah dari Raas dan Raja Adam terhenti karena terhalang oleh seekor kuda yang tiba-tiba bergerak dan menghalangi keduanya.
Para Prajurit yang berlari di belakang Raas itu akhirnya sampai ke tempat dimana Raas dan Raja Adam berhenti karena kuda itu. Raas yang melihat kecepatan berlari dari para Prajurit yang ternyata kalah dengan kecepatan larinya dan Raja Adam pun menoleh ke arah mereka dan bertanya, “Mengapa tidak ada satu pun dari kalian yang menangkapnya saat ia melewati kalian?!” Itulah sebuah pertanyaan dari Raas pada mereka semua yang kini terdiam dan tidak bisa memberikan jawaban apapun pada Raas, sehingga emosi Raas semakin besar, “Pengecut!” Teriaknya pada seluruh Prajurit Kerajaan Elder itu di depan penduduk desa yang berkumpul melihatnya. “Kejar dan tangkap dia dalam keadaan hidup, dan jangan sakiti dia!” Itulah yang di ucapkan oleh Raas pada seluruh Prajurit yang ada di sana yang segera melaksanakan perintah tersebut.
Banyaknya pertanyaan dari penduduk desa mengenai siapa orang yang berlari tadi?, apakah itu adalah Raja mereka yang telah meninggal dunia?, mengapa orang itu mirip dengan mendiang raja mereka?, dan pertanyaan-pertanyaan lainnya yang terdengar sekaligus di telinga Raas itu akhirnya membuat Raas memutuskan untuk segera pergi kembali ke istana Elder dan tidak menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut. Namun tidak dengan Raja Adam yang mencoba menenangkan rakyatnya dengan mengatakan jika mereka sedang mencaritahu apa yang sebenarnya terjadi.
Raja Adam mengejar langkah Raas yang kembali ke Istana Elder dan berucap, “Ayo kita kembali ke Istana Monitum dan membicarakan ini semua dengan Raja-Raja lain! Mereka semua harus mengetahui mengenai masalah ini sehingga tidak menimbulkan permasalahan lainnya!” Itulah ucapan yang Raas ucapkan pada Raja Adam tanpa di mintai penjelasan sebelumnya. Adam yang berjalan di belakangnya itu menganggukkan kepala dan segera memberikan sebuah perintah pada salah satu kepercayaannya yang di utus untuk membantunya di saat dirinya tidak berada di Kerajaan Elder.
“Jaga Salvia, dan laporkan segala hal yang mendesak padaku nanti! Aku berada di Istana Monitum untuk beberapa hari ke depan!” Ucap Adam pada lelaki di hadapannya itu yang menganggukkan kepalanya dengan patuh. Setelah memberikan perintah itu, Adam ikut masuk ke dalam kereta kuda milik Kerajaan Elder yang telah di siapkan untuk mereka kembali ke Kerajaan Monitum.
Selama perjalanan mereka, Adam hanya terdiam di hadapan Raas yang memikirkan masalah yang kini sedang terjadi. Pertama, rakyat Kerajaan Monitum melihat ada seorang yang menyerupai sang paman yang seharusnya telah meninggal dunia. Dan saat ini, ia telah berhadapan langsung dengan Find yang juga seharusnya sudah meninggal dunia. Bahkan Raas pun sudah meyakini jika sosok tadi bukanlah Poltergeist seperti apa yang ia kira sedari tadi.
Ketika Raas dan Adam telah sampai di Istana Kerajaan Monitum, Raas yang baru saja turun dari kereta kuda itu segera memberikan perintah pada hampir seluruh pengawalnya dengan berucap, “Beritahu seluruh Kerajaan Bawahan! Aku akan mengadakan perundingan saat ini juga!” Teriaknya. Membuat seluruh Prajurit berlari dari tempat mereka dan segera menaiki kuda untuk mengundang dan memberitahu para Raja serta Ratu Kerajaan Bawahan jika Raas ingin mengadakan perundingan saat ini juga.
Adam hanya terdiam dan tetap mengikuti langkah dari Raas yang terbilang cepat itu saat memasuki aula depan Istana. Saat ini Raas terlihat seperti seseorang yang sedang marah, padahal dirinya hanya tergesa-gesa dan merasa tertekan saat menghadapi situasi yang sangat genting itu.
“Kakak! Apa yang terjadi?” Langkah kaki dari Raas itu terhenti saat ia mendengar suara dari sang adik yang memanggilnya dan bertanya padanya. Begitu pun dengan langkah kaki Adam yang berjalan di belakangnya, mereka berdua kini menoleh menatap pada Ea yang berjalan menghampiri keduanya. Tetapi ketika Ea sampai di hadapannya, Raas pun kembali melanjutkan langkah kakinya menuju ruang perundingan, seraya tetap menjawab pertanyaan dari sang adik.
“Aku akan menjelaskan semuanya di ruang perundingan nanti, Ea! Hadirlah di perundingan ini!” Itulah jawaban yang di ucapkan oleh Raas yang tetap berjalan kedalam, sedangkan Ea dan Adam yang terdiam di tempat itu hanya melihati punggung Raas yang semakin menjauh.
“Hadirlah Pangeran, saya rasa anda harus mengetahui mengenai permasalahan yang saat ini terjadi!” Itulah saran yang di berikan oleh Adam pada sang Pangeran, Ea yang kini menganggukkan kepalanya dan akan mengikuti saran tersebut.
Persis seperti apa yang di katakan oleh Raas, dirinya meminta agar para Raja dan Ratu bawahan Monitum segera berkumpul di Istana Monitum saat itu juga. Dan di sinilah mereka semua berada, di dalam ruang perundingan. Setelah satu per satu dari para Raja serta Ratu itu datang ke ruangan itu dan memberi hormat pada Raas selaku Raja tertinggi. Ada pemandangan berbeda dari perundingan di tahun lalu ketika ruangan itu masih berisikan lima belas Pemimpin Kerajaan dari Lima belas Kerajaan Bawahan yang Raas pimpin. Saat ini ada enam Raja muda baru yang terlihat menduduki kursi-kursi kosong di hadapan Raas yang membentuk jajaran panjang di kanan dan kirinya. Namun jumlah mereka tidak menjadi dua puluh satu orang meskipun Kerajaan Bawahan Raas bertambah sebanyak Enam Kerajaan. Itu semua terjadi arena ada empat pengkhianat yang berhasil membunuh tiga Raja serta kabur dari jeratan hukum yang akan Raas berikan pada mereka. Sehingga Kerajaan-Kerajaan kosong itu di berikan kepada beberapa Raja yang ada di bawah pimpinan Raas. Seperti Adam yang kini memegang tiga Kerajaan sekaligus dan Raja Guam memegang dua kerajaan, begitu pun dengan Raja Steven dan Raja Sagiso yang juga memegang dua Kerajaan. Ketiga Raja yang berumur cukup tua itu memutuskan untuk menyatukan dua Kerajaan milik mereka menjadi satu, sementara Adam tetap memisahkan Kerajaan itu karena memiliki jarak yang jauh, dan tidak berniat untuk memperluas Kerajaan Acanthus, Kerajaan miliknya sendiri.
Saat ini hampir seluruh Raja dan Ratu sudah berada di dalam ruang perundingan itu, Raas hanya tinggal menunggu kedatangan dari Ratu Clara dan juga Raja Jiwoo, orang yang ia percayai untuk memegang Kerajaan Kesatuan Valerian yang berisi dua belas Kerajaan yang kini berada di bawah pimpinannya. Raas mempercayai Jiwoo untuk memegang seluruh wilayah Tanah Valerian karena dirinya yakin jika Jiwoo akan memimpin Kerajaan-Kerajaan itu dengan baik sehingga tidak akan ada lagi pengkhianatan yang timbul dari tanah tersebut.
Ketika merasa jika kedatangan Jiwoo dan Clara sangat terlambat, Raas pun akhirnya bersuara dan memberikan perintah pada salah seorang Prajurit. “Prajurit! Cepat jemput…” Namun ucapan itu berhenti saat Raas menatap pada seorang Ratu dengan gaun dan mahkota yang ada di atas kepalanya, yang berlari dari ujung lorong itu menuju tempat perundingan tersebut berada.
To be continued