Curahan Hati

346 Kata
Curahan Hati "Makanlah yang banyak. Tak perlu risaukan kejadian kemarin!" Ika mengingatkan Ben sambil menyodorkan sepiring ikan kering sambal tomat pada saudara jauhnya itu. Ben makan dengan lahap. Sesekali ia menghela napas, tanda ada yang sedang dipikirkananya. Ika memperhatikan adiknya itu sambil sesekali melirik sang suami yang makan deengnaa lahap di samping Ben. Kedua lelaki yang siang malam selalu berada bersamanya. Ika dan suaminya sudah menikah sejak dua tahun lalu, namun tak kunjung dikaruniai buah hati. Kerinduan yang selama ini selalu dipendamnya rapat -rapat dalam lubuk hatinya. Ika termasuk wanita tangguh yang introvert jika menyoal tentang kehidupan pribadi. Lain ceritanya jika ia bicara hal umum, mulutnya seakan tak bisa diam. Ben sudah selesai makan dan minum sambil berkumur. Kebiasaan yang selalu membuat mata Ika terbelalak karena jengkel, namun kali ini ditahannya mulutnya untuk berkomentar. "Bagaimana kakak berdua bisa memutuskan untuk menikah ?" Pertanyaan Ben yang tiba-tiba membuat suami Ika langsung tersedak air putih yang diminumnya. Lelaki itu tak menyangka, ada pikiran seperti itu di kepala adik lelaki istrinya itu. "Kami sudah sama-sama dari kecil, kakak lelakimu yang banyak pacarnya, hanya tidak ada yang mu menikah dengannya, hanya saya saja yang mau. Begitulah, kenapa kami bisa menikah." Jawaban tandas yang diberikan Ika membuat Ben mengangguk-angguk. "Terus, kenapa sampai sekarang kalian belum punya anak juga?" Kali ini Ika langsung naik pitam. "Eh, anak kecil, kenapa tanya-tanya yang aneh-aneh begitu? Kau kerasukan apa?" Kali ini sang suami yang sabar. "Kami belum dikasih rejeki anak oleh Tuhan." Ika melihat sang suami yang berusaha tenang. Ben kembali mengangguk-angguk tanpa beban. Rokok yang dihisapnya mengeluarkan asap yang menutupi pandangnnya sehingga ia tidak melihat kegalauan kedua kakaknya yang memang menikah di usia yang sudah tidak muda lagi. Anak muda itu memang tidak tanggap sama sekali. "Kenapa tiba-tiba bicara begini?"selidik Ika sambik menahan emosi. Ia sudah duduk merapat ke arah suaminya yang terus menenangkannya. "Tidak apa-apa. Hanya saja, dari dulu tidak ada perempuan yang suka dengan saya. Bagaimana saya bisa berkeluarga?" Ia tertu duk lesu. Pertanyaaan yang terdengar lebih ditujukan pada dirinya sendiri itu membuat Ika dan suaminya malah tertawa keras sambil memegang perut.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN