
TERJEBAK
Perempuan setengah baya itu bergerak mengintip dari balik dinding bambu dapur rumahnya. Ia merasa agak aneh. Akhir-akhir ini ia sering melihat saudara jauhnya-Ben-mendekati rumah tetangga mereka untuk sekadar silaturahim.
'Ada-ada saja si Ben! Apa yang dia cari di sana? Jelas-jelas rumah itu sudah kosong sejak sebulan yang lalu.' Pikiran perempuan setengah baya itu terus menggeliat seiring tatapan matanya yang kian intens.
"Tidak baik mengintip-intip seperti itu!" Teguran sang suami mengejutkannya. "Ah, aku bukan hanya asal mengintip. Lihat, si Ben kembali mengunjungi rumah kosong itu lagi!" Bisiknya sambil menunjuk ke arah rumah ynaag berjarak lima ratus meter dari kediaman mereka.
Rumah bambu bercat hijau ynaag teleah ditinggalkan oleh pemiliknya sejak sebulan yang lalu tersebut terlihat lengang.
"Coba kau susul dia ke sana!" Suaminya bergeming. Ia malah maauk ke kamar tidur. "Aku ingin istirahat. Capek tadi habis menyiang di kebun."
Perempuan itu menarik napas berat dan mengembuskannya kembali kuat-kuat. "Aku akan ke sana sebentar, coba mengecek anak itu!" Perempuan itu segera menuruni tangga dapur menuju rumah tetangga.
Matanya terbelalak melihat keadaan ruang tamu. Di sana ada Ben dan beberapa pemuda yang tak dikenalnya. "Cepat pulang!Buat apa kumpul di sini? Kalian siapa?" Perempuan itu terus bicara sambil mengusir kumpulan pemuda tersebut. Ben segera menahannya, sedangkan pemuda lainnya segera bubar entah ke mana. Pergerakan mereka sangat cepat. Mata perempuan itu tak sanggup menangkap pergerakan mereka dengan jelas.
"Mereka siapa?" Tuntut perempuan itu pada Ben. " Mereka temanku, kami ada urusan ynag tidak ada kaitannya dengan kakak sama sekali!" Penjelasan itu malah membuat perempuan tersebut naik pitam. Diceramahinya Ben setengah jam lamanya. Isinya kurang lebih tentang jerih lelahnya mengurus Ben selama ini sejak ia ditinggal mati kedua orang tuanya.
Kata-kata perempuan itu menyadarkan Ben. "Nanti malam kami ada urusan. Kami hanya duduk omong tentang rencana itu, " terang Ben perlahan. Berharap bahwa Sang kakak tidak berusaha mencari tahu lebih lanjut.
Perempuan itu menyipitkan matanya sejenak. Kecurigaannya perlahan mendekati kebenaran. Ben adalah mata-mata kelompok penyamun yang datang untuk menculik di desa mereka. Dari cerita yang beredar, kelompok tersebut memiliki ilmu kanuragan. Mereka mampu bergerak dengan cepat dan kebal terhadap s*****a tajam. Dalam setiap aksi, mereka hanya membutuhkan seorang mata-mata yang berasal dari desa tersebut untuk memuluskan rencananya.
"Sebelum pergi, mari ke rumah. Makan malamlah di rumah, yah! Kakak tunggu. Ingat kamu harus datang, kalau tidak, kau tidak perlu menginjakkan kakimu ke rumah kakak lagi!"
Ben terlihat merenung. Ia ingin menolak tapi tak mampu setelah melihat keseriusan dalam tatapan mata saudarinya. Akhirnya dengan berat hati, ia duduk makan bersama kakak perempuannya dan suaminya di dapur mereka. Perempuan itu terlihat puas setelah melihat Ben makan dengan lahap.
Sejam kemudian terjadi huru-hara. Ada kelompok penyamun yang datang menyerang desa mereka. Namun, aksi mereka gagal karena mata-mata yang seharusnya jadi penunjuk jalan bagi mereka malah tertangkap. Ilmu kanuragan yangvtelh mereka titiskan padanya tak lagi mempan. Rupanya ia telah melanggar pantangan untuk tidak makan sebelum menjalankan aksi.
Perempuan setengah baya itu datang pula. Ia masuk dalam kerumunan dan tak lagi heran ketika mendapati Ben di sana. Dialah mata-mata yang telhaa dijebaknya.
"Aku melakukan ini untuk menyelamatkanmu dan penduduk desa," bisik perempuan itu pada Ben yang tertunduk lesu.

