O.H.M.Ds 5

2010 Kata
Happy Reading . . . *** Aku menatap selembar kertas yang berada di tanganku ini sambil mengernyitkan kening karena membaca sebuah surat perjanjian kontrak yang hanya tertulis dalam selembar kertas saja, namun sebuah pasal yang tertera di sana membuatku sedikit tercekat pada saat membacanya. Tidak ada yang aneh dengan beberapa pasal yang terdiri di sana, namun salah satu pasal yang sudah berkali-kali aku baca itu berharap bisa menjelaskan akan sebuah kalimat yang menjelaskan bahwa nyawaku di sini ditaruh sebagai jaminan jika aku tidak bisa menjalankan pekerjaan ini dengan baik dan terjauh dari segala permasalahan. "Sudah sepuluh menit. Dan di dalam surat tersebut hanya terdiri dari lima pasal saja. Apakah harus selama itu kau membutuhkan waktu yang seharusnya kurang dari satu menit pun kau sudah bisa memahaminya?" Ucap pria yang sama pada saat menawarkan bayaran sepuluh ribu dolar kepadaku, yang sejak tadi sudah menungguku yang sedang membaca dan memahami isi kontrak ini sebelum aku menandatanganinya. "Hmm..., sebenarnya ada satu pasal yang tidak dimuat dan membuatku menjadi sangat tidak mengerti." "Kau bisa langsung menanyakannya. Bukan terdiam, dan membiarkan seseorang di sini menjadi patung karena hanya berdiri dan berdiam diri saja." "Maaf. Tetapi apa maksud kata 'nyawa' di sini, yang sebagai ganti jika aku tidak berhasil atau sampai diketahui oleh petugas kepolisian pada saat mengantarkan barangnya?" "Sepertinya, bunyi pada pasal itu sudah cukup jelas. Dimana letak kata yang tidak kau mengerti?" "Nyawa. Maksudnya, di sini nyawaku dipertaruhkan jika aku tidak berhasil mengantarkan barangnya sampai di tujuan dengan selamat, atau bahkan jika aku sampai tertangkap oleh polisi?" "Rupanya kau sudah mengerti." "Kau akan membunuhku?" "Kau akan mengetahui nanti jika kau tidak berhasil mengantarkan barangnya." "Kenapa harus seperti itu?" "Dan sekarang kau pun sudah mengetahui mengapa bekerja menjadi seorang kurir saja, bisa sampai dibayar dengan uang yang jumlahnya tidak sedikit itu, bukan? Di dunia ini, hanya memiliki dua jenis pekerjaan saja. Pekerjaan yang berat serta membosankan namun menghasilkan bayaran yang tidak seberapa besarnya, atau pekerjaan yang mudah dan sedikit menantang tetapi kau tidak akan pernah bisa membayangkan berapa nominal setiap bayaran yang dihasilkan setelahnya. Jadi, sekarang kau masih ingin bertahan atau mundur?" "Apakah aku bisa mendapatkan bayarannya terlebih dahulu?" "Kau tetap ingin menjadi kurir pengantar barangnya?" "Jika kau memberikanku pembayaran di awal, aku bersedia melakukannya." "Setelah kau menandatangani kontraknya, uangnya akan langsung berada di dalam rekeningmu." "Kau benar bersungguh-sungguh?" "Apakah ucapan tadi terdengar seperti sebuah lelucon atau gurauan untukmu?" “Tidak.” Mendengar hal tersebut, aku pun langsung menarik nafas dengan dalam dan menghembuskannya dengan perlahan. Beberapa kali aku mengatur nafas sekaligus menenangkan diri karena aku ingin meyakinkan diriku sekali lagi akan keputusan yang aku lakukan ini. Setelah beberapa saat aku sudah merasa lebih tenang, aku pun mengambil pena yang berada di atas meja sambil menaruh selembar kertas surat perjanjian tersebut di atas meja tepat di hadapanku ini, dan menatapnya untuk sekali lagi beberapa saat. Tidak ingin membuat diriku terus berada di dalam posisi yang bimbang dan membuatku jadi berubah pikiran lagi, dengan cepat aku pun menandatangani kontrak tersebut dan sedikit membanting pena yang baru saja aku gunakan tepat di atas surat perjanjian yang sudah terdapat goresan namaku, menandakan jika surat tersebut sudah menjadi bersifat resmi dan nyawaku yang juga sudah menjadi taruhan sekaligus jaminan dalam pekerjaan ini. "Selamat datang, Estee. Kau telah resmi bekerja di bawah naungan sir Hamilton Jones." "Jones, siapa?" Tanyaku yang sedikit bertanya-tanya akan nama yang tidak aku kenal dan baru saja disebutkan oleh pria itu. "Sepertinya sudah tidak ada waktu lagi untukmu terus melemparkan pertanyaan yang tidak perlu dijawab. Karena, setelah ini kau sudah langsung harus bekerja." "Hari ini juga?" "Ya. Semakin cepat kau mengantarkan barangnya, maka semakin cepat juga kau akan menerima bayaran." "Tetapi tadi kau sudah mengatakan bahwa aku akan menerima pembayaran di awal, bukan?" "Maksudnya, bonus yang akan kau terima. Karena pembayaran di awal seperti yang kau inginkan tadi, sudah berada di dalam rekeningmu." "Apa?!" Balasku yang benar-benar sangat terkejut. "Jika kau ingin, kau bisa memeriksa rekening milikmu sekarang. Periksalah." Dengan cepat aku pun langsung mengambil ponsel dari dalam tas milikku untuk memeriksa rekening Bank milikku dan membuktikan sendiri bahwa yang diucapkan pria itu bukanlah sekedar omong kosong saja. Dan benar saja, betapa terkejutnya aku pada saat melihat nominal pada bagian saldo dan terdapat sepuluh ribu dolar di sana. Seumur hidupku baru kali ini rasanya aku memiliki uang sebanyak ini di dalam rekening Bank milikku. Aku sungguh merasa tidak menyangka dengan semua kenyataan ini yang sungguh lebih terasa seperti sebuah mimpi yang indah menghiasi tidur lelapku ini. "Di sini kami tidak ingin membuat sulit siapapun itu yang berkerja di bawah naungan sir Hamilton Jones. Jika pegawai menginginkan pembayaran di awal, atau apapun itu permintaan mereka, kami berusaha untuk memberikannya. Karena jika tidak ada orang-orang seperti kalian yang bekerja menjadi kurir, mungkin kami tidak akan menajdi sebesar ini. Pesan yang disampaikan oleh sir Hamilton, apapun permintaan yang para pegawai inginkan, jika kami bisa memberikannya kenapa harus diabaikan? Dan, kami pun juga tidak ingin dianggap atau dipandang sebagai penipu karena tawaran dan janji yang kami berikan kepada siapapun yang ingin bekerja di sini bukanlah sebuah omong kosong belaka saja. Jadi, apakah kau masih meragukan kami?" "Hei, apakah ini mimpi? Ini terasa seperti mimpi. Aku seperti berada di atas ranjangku, tertidur dengan lelap dan sedang bermimpi. Tetapi, uang ini sungguh-sungguh berada di dalam rekening milikku. Ini terasa sangat nyata. Ini nyata, bukan? Uang ini berada di dalam rekening milikku, bukan?" "Kau bisa melihatnya sendiri uang itu berada di sana, bukan?" "Bagaimana bisa? Kau bahkan tidak mengetahui nomor rekening milikku." "Tentu saja bisa. Kami sudah mengetahui informasi diri anda, dan untuk apa kau mencari uang tambahan hingga sampai berada di sini. Bukan begitu, Estee Luna?” "Kau-" "Cukup! Tidak ada pertanyaan lagi. Dan sekarang kau bisa menunggu di sini, karena seseorang akan datang dan memberikan barang yang harus kau kirimkan hari ini juga." Sela pria itu yang membuatku langsung terdiam. Sambil menghembuskan nafas berat, aku mengusap wajahku dengan kasar berharap perasaan yang sedikit gusar ini dapat melalui hari yang mungkin akan sangat berat ini. Tidak lama aku menunggu, aku melihat seseorang datang dan seperti melangkah menghampiri keberadaanku. Seorang pria yang berbeda datang sambil membawa sebuah tas ransel punggung yang cukup besar itu memang rupanya datang untuk menghampiriku. "Estee?" "Y-ya?" Balasku sambil beranjak dari duduk dengan pandangan yang tidak terlepas dari tas tersebut. "Ini milik dan tanggung jawabmu. Tas ini berisi paket milikmu yang harus kau antarkan. Mengingat kau baru pertama kali memulai tugasmu, maka kau akan mendapatkan pengarahan sejenak. Sebaiknya kau dapat mendengarkan dengan baik agar kau tidak sampai gagal dalam menjalankan pekerjaan, sehingga dapat mengancam nyawamu. Nyawamu yang menjadi jaminan dalam perjanjian di sini, bukan? Jadi, sebaiknya kau memasang pendengaranmu itu dengan baik-baik.” "Ya. Aku akan mendengarkannya dengan baik." "Hari ini kau akan mengantarkan lima barang kepada lima penerima juga. Dan di dalam kertas ini, sudah terdapat titik pertemuanmu dengan penerima barang dan juga siapa sosok penerimanya. Tidak perlu banyak berbicara seperti bertanya akan hal apapun itu. Dan yang terutama, cukup sebutkan nama penerima barang yang sudah disamarkan sesuai yang ada di dalam kertas ini.” “Nomor-nomor ini?” Tanyaku yang menatap beberapa nomor yang ada dalam kertas tersebut. “Ya. Itu adalah penerima barang yang sudah kami samarkan menjadi nomor pemesan mereka. Apakah sampai di sini kau sudah mengerti?” “Ya. Lalu, setelah itu bagaimana?” “Setelah kau menerima uang darinya, kau baru bisa memberikan barangnya. Kau harus memastikan bahwa mereka terlebih dahulu yang memberikan uangnya. Lalu, jika kau sudah selesai mengantarkan semua barang-barangnya, kau bisa kembali ke sini untuk menyerahkan uang dari penerima barang, dan kau pun juga akan langsung menerima bonusnya. Dan setelah itu, tugasmu sudah selesai. Mudah bukan, pekerjaan yang harus kau lakukan itu?” Aku pun mengambil selembar kertas yang diberikan pria itu untuk melihat kemana saja tempat tujuanku yang harus mengantarkan barang-barang ini. Semua barang ini hanya akan diantarkan kepada satu kota tujuan yang sama, hal tersebut dirasa sedikit ringan dalam pekerjaan ini. Tetapi disaat aku mengetahui bahwa aku harus pergi ke Detroit, salah satu kota dengan tingkat kejahatan yang sangat tinggi itu, membuat nyaliku dengan seketika langsung redup akannya. "Detroit?" Tanyaku untuk memastikan sekali lagi. "Ya. Kau bisa melihatnya sendiri dengan jelas pada kertas kemana tujuanmu itu, bukan?" "Lalu mereka akan memberikan uang tunai, bukan?" "Ya. Kami lebih memilih uang tunai sebagai pembayaran, karena kami tidak ingin meninggalkan jejak apapun yang bisa saja membuat orang-orang suci itu mulai menaruh rasa curiga terhadap kami." "Bagaimana aku bisa menjaga uang tunai yang pasti jumlahnya tidak sedikit itu dari kota yang tidak aman itu?" "Itu resiko pekerjaan yang kau miliki. Kau tahu setiap pekerjaan pasti memiliki resiko, bukan? Dan ini adalah hal yang sudah menjadi bagian dari tanggung jawab pekerjaan yang kau miliki." Aku sudah tahu sejak awal jika pekerjaan ini memang termasuk dalam tipe pekerjaan yang tidaklah baik. Aku sudah merasakan hal seperti itu semenjak Dave memberitahu mengenai pekerjaan ini. Tetapi hal yang sungguh aneh dan membuat diriku menjadi merasa begitu bodoh adalah mengenai diriku yang masih tetap ingin menjalaninya dan bahkan kini aku sudah resmi terikat kontrak dengan mereka. "Lalu, bagaimana aku bisa tahu jika uang yang diberikan sudah sesuai dengan jumlahnya atau tidak?" "Mereka, para penerima barang sudah terlibat perjanjian terlebih dahulu sebelum sepakat melakukan transaksi. Jika mereka ingin bermain-main seperti uang yang diberikan tidak sesuai, mereka akan langsung menanggung resikonya sendiri. Jadi, tugasmu di sini hanyalah mengantarkan barang dan menerima uang dari mereka yang tanpa harus kau ketahui berapa itu jumlah nominalnya." "Dengan mereka pun kalian memberikan surat perjanjian?" "Itu cara kerja kami. Kami sudah sepakat untuk memiliki prosedur seperti itu. Selain kita yang ingin membangun rasa kepercayaan terhadap penerima barang, kami juga ingin meminimalisir akan kecurangan-kecurangan yang bisa saja terjadi di luar tanpa sepengetahuan kami." "Apakah aku boleh mengetahui apa isi dari paket-paket yang harus aku antarkan ini?" "Kau bekerja di sini tidak dibayar untuk memiliki mulut besar, bukan? Jadi, cukup lakukan saja pekerjaanmu ini dengan baik. Dan mulai belajarlah untuk bisa mengontrol dirimu untuk selalu tidak bertanya bahkan sekalipun di saat kau memiliki kesempatan di dalamnya." "Hei, bagaimana aku bisa pergi untuk memulai mengantarkan barang-barang ini?" Tanyaku dengan cepat karena terlihat pria itu yang hendak bergegas untuk meninggalkanku. "Itu urusanmu sendiri," balas pria itu dengan benar-benar ketus dan ia yang langsung pergi melangkahkan kakinya meninggalkanku dengan begitu saja. Sial! Mereka semua pada dasarnya adalah orang-orang yang sama. Sinis, kasar, kaku, dan masih banyak hal lainnya yang tidak bisa aku ungkapkan saat ini juga dari dalam benak hatiku setelah bertemu dan menilai dua orang pria yang dipekerjakan di tempat ini. Dua pria yang aku temui hari ini, sama-sama memiliki sifat yang sama. Apakah mereka memang disuruh untuk bersikap tidak bersahabat seperti itu oleh bos mereka? Dan sekarang, setelah beberapa saat aku mengeluarkan rasa kesal karena harus bekerja sama dengan orang-orang kaku nan serius itu, kini pandanganku sudah tertuju terhadap tas punggung yang diletakkan di atas meja tidak jauh dari posisiku saat ini. Tas itu tidak bisa hanya aku pandang dan perhatikan secara terus menerus, jika aku tidak ingin mendapatkan teguran apalagi nasihat yang akan kedua pria itu lakukan kepadaku jika mereka melihatku yang masih berada di sini. Walaupun sesungguhnya, rasa penasaran ini begitu terasa membunuhku mengenai isi dari barang-barang yang akan aku kirimkan tetapi aku sama sekali tidak mengetahui isi di dalamnya, yang bisa saja bersifat bahaya sehingga mengancam nyawaku juga. Bagaimana bisa aku menyimpulkan seperti itu, karena aku harus mengantarkan barang-barang ini menuju Detroit. Detroit, bukanlah kota yang bisa dipandang dengan mudah. Aku sedikit mengetahui bahwa Detroit bukanlah kota yang cukup aman. Tidak sedikit kejahatan bisa terjadi di sana. Dan kini, aku harus mengantarkan barang dan kembali dengan membawa uang tunai, membuat pekerjaan yang sekedar hanya menjadi kurir ini tiba-tiba saja menjadi berat dan beresiko tinggi. Dengan keputusan yang sudah aku ambil ini, aku harus menjalani pekerjaan yang sudah menjadi tanggung jawabku. Dengan langkah yang ragu, aku pun mengambil tas punggung tersebut dan membawanya untuk melangkah meninggalkan tempat ini untuk memulai pekerjaan tambahan yang aku lakukan demi Grey. Aku rela berkorban untuk kekasihku itu agar ia bisa mendapatkan pengobatan yang maksimal dan bisa benar-benar pulih dari penyakit yang dideritanya. *** To be continued . . .
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN