Happy Reading . . .
***
Aku menatap wajah Grey yang semakin hari terlihat terus menerus pucat dan mulai sedikit berubah. Entah dibagian mana lebih tepatnya, tetapi aku merasa wajah Grey memang terlihat berubah. Dengan lelapnya ia terbaring tidur di sampingku, sangat berbeda jauh dengan diriku yang tidak kunjung tertidur juga padahal tubuhku ini sudah terasa sangat begitu lelah setelah seharian ini bekerja. Dan semua itu pun juga dipacu oleh pikiranku yang terus dipenuhi oleh penawaran yang aku dapatkan.
Pekerjaan sederhana, namun memiliki bayaran yang sangat luar. Sangat tidak masuk akal untuk dicerna. Tetapi jika aku tidak menerima pekerjaan yang sangat menggiurkan itu, mungkin aku akan menyesal karena sudah melewatkan kesempatan yang tidak datang dua kali untuk bisa mendapatkan uang yang banyak dan dalam waktu yang singkat. Dan dengan begitu juga, artinya aku tidak bisa membantu Grey untuk melewati masa-masa sulit ini sampai nantinya ia yang harus sembuh dari sakitnya.
Tetapi, di sisi lain aku juga belum mengetahui apa resiko yang akan aku dapatkan jika menerima pekerjaan yang lebih jelasnya saja belum aku ketahui. Menjadi kurir barang apa saja, aku pun juga masih belum mengetahuinya. Masih banyak hal yang belum aku ketahui, dan semua itu bisa saja menjadikan timbulnya kemungkinan akan masalah baru untuk hidupku ke depannya nanti.
Memikirkan semua hal itu memang terasa tidak akan pernah ada habisnya. Aku sudah tidak peduli lagi. Komitmenku yang sejak dari awal sudah ingin membantu Grey, tidak akan menghalangiku dari apapun itu masalahnya. Apapun itu resiko yang akan aku dapatkan di depan nanti, semua itu akan aku hadapi seorang diri karena ini untuk Grey. Kekasihku itu harus sembuh dari penyakitnya, dan bagaimana pun caranya pasti akan aku lakukan. Aku akan berkorban untuk Grey bisa sembuh, dan dapat kembali normal seperti sedia kala.
Dengan keputusan yang sudah aku ambil untuk menerima tawaran pekerjaan yang Dave berikan itu. Aku pun langsung mengambil ponsel untuk mengirimkan pesan kepada Dave, agar esok pagi ia dapat menjemputku di stasiun kereta dekat apartemenku ini, dan ia bisa langsung mengantarku kepada kenalannya yang akan memberikanku pekerjaan tambahan tersebut. Sudah tidak ada jalan untuk mundur lagi. Keputusanku ini sudah bulat, dan aku akan menjalani apapun itu pekerjaan yang diberikan kepadaku nanti. Apapun itu!
***
Langkah cepatku ini semakin terpacu saat melihat sosok Dave yang berada di dalam mobilnya namun dengan kaca pintu di sampingnya yang dibuka sehingga membuatku dapat melihat dengan jelas keberadaan pria itu dari posisiku saat ini. Dengan cepat, aku pun langsung bergegas masuk ke dalam mobil tersebut dan duduk di kursi penumpang tepat di samping Dave yang berada di kursi kemudi.
"Kau sudah mendapatkan keputusanmu?" Tanya-nya bersamaan denganku yang menutup pintu mobil dan memakai sabuk pengaman. Dan pada saat itu juga, Dave pun juga langsung melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang.
"Ya. Dan aku belum mengucapkan terima kasih karena kau sudah ingin memberikanku informasi mengenai pekerjaan ini."
"Tidak perlu. Semua orang membutuhkan uang, dan jika ada cara yang lebih mudah untuk mendapatkannya, kenapa tidak dicoba?"
"Ya, kau benar."
"Lalu, bagaimana dengan pekerjaanmu yang payah itu?"
"Aku sudah meminta izin untuk hari ini tidak masuk bekerja."
"Hanya hari ini?"
"Maksudmu?"
"Iya. Kau hanya meminta izin untuk tidak masuk bekerja hari ini saja? Tidak ingin selama-lamanya? Kau sudah memiliki pekerjaan baru, Estee."
"Mereka belum tentu menerima seseorang sepertiku, Dave. Pengalaman kerjaku ini hanya menjadi pegawai restauran cepat saji saja. Jadi, aku tidak yakin mereka ingin menerima seseorang sepertiku yang tidak memiliki banyak pengalaman bekerja."
"Mereka pasti menerimamu."
"Kenapa kau bisa begitu yakin?"
"Karena mereka memang menerima siapapun itu orangnya. Tanpa melihat latar belakang pendidikan, pengalaman bekerja, dan omong kosong lainnya yang menjadikan banyak orang tidak memiliki pekerjaan karena hanya tidak memiliki kualifikasi seperti itu. Syarat mereka hanyalah, kau ingin bekerja untuk mereka, atau tidak? Hanya itu saja, tidak ada yang lainnya lagi."
"Aku masih tidak tahu pekerjaan yang harus aku lakukan itu seperti apa, Dave. Dan aku pun juga masih ingin mencobanya terlebih dahulu. Lagi pula, aku ini mencari pekerjaan tambahan, bukannya pekerjaan baru."
"Jadi, kau masih menganggap pekerjaan yang bayarannya sudah kau ketahui itu sebagai pekerjaan tambahan?"
"Ya."
"Dari mana letak pekerjaan tambahannya, jika bayaran yang akan kau dapatkan nanti jumlahnya sudah melampaui gajimu dari pekerjaan payah itu selama berpuluh-puluh tahun lamanya, hah? Beritahu aku, Estee."
"Entahlah, Dave. Di sini aku hanya masih ingin mencoba pekerjaan yang bagiku masih terasa tidak jelas apalagi masuk akal, dan juga yang belum banyak aku ketahui ini."
"Okay. Kita akan melihatnya nanti."
Pembicaraan yang berakhir itu, langsung membuat situasi di antara diriku dan Dave terasa hening. Perjalanan yang aku pun tidak mengetahui kemana Dave membawa laju kendaraannya ini, membuatku hanya berdiam diri sampai pada akhirnya mobil ini berhenti tepat di depan sebuah bangunan yang terlihat seperti gudang tempat penyimpanan barang yang terlihat dibangun dengan begitu luas dan besar, namun juga terlihat tidak terawat karena bangunannya yang seperti bangun lama.
"Kau membawaku ke tempat ini?" Tanyaku sambil memperhatikan kondisi bangunan tersebut.
"Kita sudah sampai. Ayo turun."
Dengan tatapan yang tidak bisa terlepas dari bangunan tersebut sambil membuka sabuk pengaman yang aku kenakan ini dan membuka pintu mobil.
"Cepat! Mereka tidak suka menunggu," ucap Dave yang langsung keluar dari dalam mobil dan bergegas menyusul pria itu yang sudah berjalan jauh di depanku dengan langkah cepat.
Perasaanku yang sejak tadi sudah merasa kurang nyaman, semakin terasa tidak nyaman setelah memasuki tempat yang memang rupanya sebuah gudang dengan banyak barang-barang di dalamnya yang ditutupi oleh kain bewarna putih dan tidak ada satu orang pun di dalamnya. Langkahku yang sejak tadi mengikuti kemana arah perginya Dave, pada akhirnya kami pun memasuki sebuah ruangan yang aku rasa hanya ini satu-satunya tempat yang pantas disebut sebagai ruangan dibandingkan tempat lain di gudang ini karena hanya tempat inilah yang terlihat seperti ruangan kantor.
"Tunggu di sini, aku akan kembali."
Dave yang pergi entah kemana, membuatku memutuskan untuk duduk di sebuah sofa sambil menunggunya sampai kembali. Hingga beberapa saat aku menunggu, aku pun dapat melihat seorang pria yang datang dan melangkah menghampiriku. Seorang pria dengan pakaian rapinya seperti ia benar-benar bekerja di kantor itu, kini sudah berdiri tepat di hadapanku.
"Estee?"
"Y-ya," balasku dengan ragu karena aku yang masih mencerna siapa pria itu, sambil beranjak dari dudukku.
"Dave merekomendasikanmu."
"Ya. Tetapi, dimana Dave?"
"Dave sudah tidak diperlukan, jadi ia sudah pergi."
"Pergi? Lalu bagaimana denganku?"
"Kau? Kau masih bertanya bagaimana dengan kau? Kau tidak diberitahu oleh Dave jika kau dibutuhkan untuk bekerja di sini?"
"Ya, Dave memberitahu. Hanya saja-"
"Sepuluh ribu dolar, jika kau bisa mengantarkan barang dalam satu kali pengantaran kepada pelanggan dengan baik dan aman."
"Apa?!" Balasku yang begitu terkejut atas hal yang pria itu ucapan kepadaku.
"Kau bersedia atau tidak?"
"Se-sepuluh ribu dolar?"
"Ya. Kau akan mendapatkannya setelah kau berhasil mengantarkan barangnya."
"Hanya mengantarkan barang saja? Hanya itu hal yang perlu dilakukan?"
"Ya. Hanya itu yang perlu kau lakukan."
"Apakah kau sedang bergurau?"
"Apakah ini terlihat seperti gurauan?"
"Kurir seperti apa yang hanya mengantarkan barang saja, tetapi mendapatkan bayaran sebanyak itu? Itu sangat tidak masuk akal."
"Kebanyakan orang yang bekerja di sini hanya melakukan pekerjaannya saja dengan diam, tanpa melemparkan banyak pertanyaan. Jadi, apa masih ada pertanyaan lainnya yang ingin kau sampaikan lagi?"
"Tidak."
"Kau masih tertarik dengan tawarannya?"
"Apakah aku boleh mengetahui barang apa yang akan diantarkan?"
"Kau kehilangan kesempatanmu."
"Hei, tunggu!" Ucapku yang langsung menghentikan pria itu yang hendak bergegas pergi meninggalkanku. "Okay. Tidak akan ada pertanyaan lagi, dan aku menerima pekerjaannya."
Tidak ada waktu lagi untuk berpikir, apalagi mundur dari kesempatan yang tidak akan datang untuk yang kedua kalinya ini. Semua ini sudah aku putuskan, dan aku harus menjalani pekerjaan ini.
"Bagus. Dan, setelah ini kau akan menandatangani kontrak milikmu."
"Tunggu. Kontrak? Ada kontrak di dalam pekerjaan ini?"
"Tentu saja. Semua pekerjaan tentu memiliki kontrak karena itulah hal yang akan menjadi jaminannya."
"Apakah itu diperlukan? Memangnya berapa lama kalian ingin mempekerjakanku untuk kalian?"
"Selama yang kau mampu. Atau mungkin, selama kau membutuhkan uang."
Kepergian pria yang tidak aku ketahui namanya, dan siapa ia yang sebenarnya itu, langsung meninggalkanku dengan beberapa pertanyaan besar yang mulai timbul dari dalam benakku mengenai pekerjaan ini yang aku yakini memiliki banyak resiko dan begitu berbahaya.
***
To be continued . . .