Bab 10

1506 Kata
Lily hampir limbung, apa yang dikatakan oleh wanita di depannya ini membuatnya terkejut, Lily tidak mengenalnya tapi dia mengingat apa yang di katakan oleh orang itu sebelum meninggal. "Apa yang membuatmu tidak ragu mengatakannya?" tanya Owen. Sekar memberikan foto keluarga yang dia punya, foto usang ketika dirinya masih kecil bersama kedua orang tuanya, Owen melihatnya dan dia kenal dengan kedua orang tua wanita ini. "Kami mencari mu, tapi mereka semua mengatakan kau telah tiada," ujar Vivian. Sekar diam, dia merubah ekspresi nya menjadi sedih, mengingat bagaimana orang tuanya meninggal dia terluka tapi semua yang terjadi juga salah keluarga Lily, orang tuanya bekerja di sini hingga mengorbankan nyawanya demi Lily. "Jangan tanyakan hal itu Ma, biar dia duduk dulu." Lily meminta Sekar duduk karena dia terlihat sedih. "Terima kasih," ucap Sekar. "Bibi, tolong ambilkan minum untuk Sekar," ujar Lily. Lily mendekati Sekar, dia meminta maaf atas apa yang terjadi di masa lalu. orang tua Sekar meninggal karena menyelamatkan Lily karena itulah Lily merasa sedih melihat kondisi Sekar seperti ini. "Tubuh mu banyak luka, ada yang jahat padamu?" tanya Vivian. Sekar mengangguk, dia tidak mengatakan siapa orang yang sudah menyakitinya, dia tidak mau mengatakan banyak hal karena takut salah bicara dan membuat keluarga Lily curiga. "Kau punya tempat tinggal?" tanya Lily. "Aku di usir dari kontrakan, karena tidak punya uang untuk membayarnya," ujar Sekar. "Aku akan memberikan rumah, kau bisa tinggal di sana," ucap Owen. Sekar menggeleng, dia tidak menyangka jika orang tua Lily akan memberikan rumah padanya, dia bisa selamat tapi tidak dengan orang itu, dia harus bisa masuk kedalam rumah ini. "Kau, apa yang kau inginkan?" tanya Evans tegas. Sejak awal kedatangan wanita ini Evans sudah tidak suka dengannya, Ada hal yang membuat perasaan nya tidak enak karena sebelum kedatangan wanita ini ada hal yang terjadi dan Arsen pun mengatakan jika ada seseorang yang datang dan membuat kehidupan keluarga Lily berantakan. "Abang, jangan seperti itu Bang," ucap Lily. Lily terlalu merasa bersalah hingga dia tidak ingin jika Sekar di perlakukan tidak baik oleh keluarganya. Lily ingin memberikan yang terbaik untuk Sekar karena dia merasa berhutang Budi pada keluarga Sekar yang telah mengorbankan hidupnya untuk Lily. "Kau bisa tinggal di sini," ucap Lily. "Abang tidak setuju," ujar Evans. "Abang, kasihan Sekar dia hidup sendiri tidak memiliki keluarga lagi," ucap Lily. Evans merasa semua yang ada pada Sekar adalah kepalsuan, dia tidak percaya dengan wanita ini tapi dia kesal kenapa kedua orang tuanya mengijinkan Sekar tinggal di rumah ini dengan begitu mudahnya. "Kau bisa tinggal di sini sampai kau bisa memiliki rumah sendiri, jika kau tidak memiliki kerjaan kau bisa bekerja di perusahaan." Owen mengatakan hal itu pada Sekar. "Kau bisa tinggal di sini," ucap Lily menggenggam tangan Sekar. Sekar mengangguk, dia berterima kasih pada Lily karena sudah mengijinkan tinggal di sini, dalam hatinya merasa senang, tahap pertama dia bisa berada di rumah ini dengan baik. Dia tidak akan mendapatkan hukuman dari laki-laki itu, rasanya memikirkan segala hal yang berkaitan dengan segala bekas luka yang dia dapatkan semakin membuatnya tertekan, apalagi orang ini baik padanya. *** Arsen sedang berbincang dengan Evans, laki-laki itu merasa ada suatu hal yang tidak beres dengan Sekar, kenapa setelah ancaman itu muncul kini Sekar Datang? kenapa tidak dari dahulu dia datang karena kehidupannya yang sengsara dan penuh derita. "Aku tidak percaya jika tujuannya hanya itu," ucap Evans pada Arsen. "Setelah ancaman, dia datang dan membuat Lily sengsara aku merasa bahwa dia yang mengirim ancaman pada Lily," ujar Arsen pada akhirnya. Evans mengangguk, walaupun sebenarnya Arsen menyimpan hal yang rahasia tapi demi segala hal berjalan dengan baik dia tidak mengatakan hal ini pada Evans, Papa mertua Arsen memiliki feeling buruk jika pernikahan rahasia mereka banyak di ketahui oleh orang lain. "Kau tau, orang yang datang seolah-olah memiliki banyak beban belum tentu dia benar-benar tulus, bisa saja ada maksud di belakangnya," ucap Evans. Dia akan mengawasi Sekar, jika ada suatu hal yang membuatnya curiga dia akan langsung mengambil sikap, Evans tidak mau jika Lily terluka karena orang lain yang mencoba menghancurkan keluarga. "Bang, kita diam-diam menyelidiki ini semua, jangan ada yang tau agar rencana kita bisa berjalan dengan baik," ujar Arsen memberikan saran. "Aku lihat dia orang yang licik, aku tidak percaya dengan semua yang Sekar katakan," ucap Evans. "Aku juga merasa seperti itu, Lily dia merasa bersalah hingga tidak melihat itu dari Sekar," ujar Arsen. "Arsen, kau awasi Lily jangan sampai dia di pengaruhi oleh Sekar, aku yakin cepat atau lambat dia akan bertingkah, kita harus bergerak cepat jika seandainya itu terjadi." Evans memperingati Arsen agar tetap waspada terhadap Sekar. Mereka akhirnya kembali ke ruang keluarga, hanya ada Owen dan Vivian yang duduk dengan pandangan kosong. Ada yang mereka pikirkan tapi Evans tidak tau akan hal itu. "Ma, Lily mana?" tanya Evans. "Mengantar Sekar di kamarnya," jawab Vivian. "Jangan terlalu dekat dengan Sekar," peringat Evans. "Jangan berpikiran negatif Van, dia kasihan kehilangan keluarganya, orang tuanya bahkan mengorbankan nyawa untuk menyelamatkan adikmu," ujar Owen. "Aku tidak percaya, dia bahkan terlihat sangat licik," ucap Evans lalu meninggalkan mereka semua. "Kau mau pulang?" tanya Owen. "Iya Pa, aku mau pamit sama Lily juga," jawab Arsen. "Bentar, aku panggilkan Lily, kamu duduk dulu di sini," ujar Vivian. Arsen berbicara pada Owen mengenai ancaman itu, dia pikir semua hal ini saling berhubungan, segala macam yang terjadi kini mulai terlihat. "Pa, aku pikir dia orangnya, ancaman itu mengatakan dia akan datang dan membuat hidup Lily menderita," ujar Arsen. "Aku tau, kita ikuti alur yang mereka buat, jika nantinya aku berlaku jahat dengan Lily, kamu harus ada di samping Lily, Papa takut tapi kita harus bertahan," ucap Owen. "Aku paham Pa," ujar Arsen. Mereka lalu diam setelah Lily dan Vivian datang, Owen benar-benar menjaga rahasia ini, dia hanya ingin mengikuti alur yang sudah mereka rencanakan setelah semuanya jelas Owen akan menyusun rencana itu dengan baik. "Sayang, kamu ga nginep?" tanya Lily yang kini menggenggam tangan Arsen. "Kamu pengen aku nginep? memang boleh sama Papa?" tanya Arsen. "Boleh Pa?" tanya Lily. "Boleh, sekamar aja boleh, tapi Evans sedang marah sama Papa," ucap Owen. "Nanti Lily bicara sama Abang, dia kesal dengan Lily karena ini," ujar Lily. Vivian tersenyum melihat Lily bahagia, mereka sudah sah menjadi pasangan suami istri tidak ada lagi yang menjadi larangan bagi mereka, walaupun Lily tidak tau jika mereka menikah tapi Arsen pasti bisa mengendalikan dirinya karena sejak awal Arsen tidak pernah ingin memaksa Lily. "Kamu ngomong sama Papa, kamu nginep sini," mohon Lily. "Iya sayang, aku nanti ijin Mama." Arsen memeluk Lily. Lily mengangguk, dia senang dan merasa agak bingung kenapa Mama dan Papanya tidak marah sekalipun dan malah mengijinkan jika Lily tidur satu kamar dengan Arsen? padahal dulu Lily selalu di wanti-wanti agar tidak melakukan hal yang tidak baik sebelum mereka menikah. "Tapi kenapa Papa mengijinkan?" tanya Lily. "Papa percaya kamu, udah sana ke kamar biar Arsen mandi dulu, kamu juga belum mandi dari tadi." Owen mengatakan hal itu dan membuat Lily tertawa. "Papa memang terbaik," ucap Lily sembari tersenyum. Di sisi lain ada seorang wanita yang iri dengan kebahagiaan Lily, dengan perasaan iri dengki nya dia mulai menyusun rencana yang mungkin di luar rencana yang sudah di siapkan oleh laki-laki itu. "Tunggu waktunya, kehancuran mu sudah di depan mata," ujar Sekar lalu masuk ke dalam kamarnya. *** Arsen sudah berada di dalam kamar Lily, dalam hatinya dia bahagia ini malam pertama setelah menikah tapi sayang dia tidak bisa melakukan hal itu dengan Lily, mereka menikah rahasia dan Arsen tidak bisa mengatakan apapun mengenai hal ini sesuai dengan janjinya pada papa mertuanya. "Kau mandi dulu sayang, aku mau cek kerjaan," ujar Arsen. "Em, tapi mas jangan bobo ya? aku mau cerita sesuatu," bisik Lily. "Iya sayang, Mas cek kerjaan kok," jawab Arsen lalu mencium kening Lily. "Mas makin so sweet, Lily makin cinta," ujar Lily berbunga-bunga. "Mas lebih dari itu sayang, udah mandi sekarang." Arsen tidak ingin jika dia lepas kendali dan membuat Lily sedih. Kebahagiaan yang di rasakan Lily sudah cukup membuatnya senang karena itulah Arsen tidak ingin Lily bersedih hanya karena hal sepele seperti ini. Arsen memikirkan hal mengenai rencana Owen dan Evans, dia pusing tapi jika dia tidak mengikuti semua rencana maka dia takut jika Lily kenapa-kenapa. Lily orang yang rapuh, dia selalu terharu jika berhubungan dengan masa lalunya, apalagi kini ada Sekar dia takut jika Lily hanya dimanfaatkan oleh Sekar untuk mendapatkan apa yang dia inginkan. "Aku tidak akan membiarkanmu terluka," ucap Arsen. Arsen keluar dari kamarnya, dia menuju dapur karena ingin mengambil air minum tapi ketika melewati kamar Sekar yang sedikit terbuka dia mendengar suatu hal yang mencurigakan. Arsen diam dan terus mendengarkan, dia lalu segera pergi dari sana ketika melihat Sekar menutup telponnya. "Sialan, laki-laki j*****m, aku akan membalas mu," ucap Sekar setelah telepon itu di tutup. Arsen memikirkan perkataan Sekar, siapa laki-laki yang dia maksud? kenapa Sekar terlihat ketakutan ketika berbicara dengan orang itu? kini segala hal yang berhubungan dengan Sekar akan selalu membuatnya penasaran. "Sialan, jika kau berani membuat Lily terluka maka aku yang akan membuatmu sengsara, segala hal yang kau lakukan akan ku balas berkali-kali lipat dari kesakitan yang Lily dapatkan" Monolog Arsen setelah pergi dari sini. bersambung
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN