Tempat ibadah dengan banyak orang yang berlalu lalang akhirnya kini semakin sepi karena semakin siang, semuanya sudah menyelesaikan ibadahnya masing-masing dan kini Lily dan Owen baru datang. Semua persiapan sudah dilakukan dengan baik hanya menunggu Lily datang dan semuanya akan segera di lakukan, proses pernikahan yang bahkan Lily saja tidak di beri tahu.
"Arsen, kenapa nggak bilang kalau juga mau ke tempat ibadah?" tanya Lily.
"Kebetulan saja, Papa juga ngajak ke tempat ibadah," ujar Arsen.
"Ayo kita masuk," ucap Owen.
Awalnya mereka beribadah seperti biasanya, tapi tahapan selanjutnya membuat Lily bertanya-tanya selama beribadah dia tidak pernah melakukan proses ini tapi Papanya mengatakan ikuti alurnya maka semuanya akan berjalan dengan baik, Lily curiga tapi melihat papanya yang nampak tenang dia ikut merasa tenang, terlebih Arsen juga melakukan hal yang sama. Tidak ada lagi orang lain selain mereka jadi Lily tidak begitu curiga dan lebih tenang seperti sebelumnya.
"Pa, Lily merasa tenang setelah beribadah," ucap Lily pada Owen.
"Papa juga merasakan hal yang sama," ucap Owen lalu memeluk anaknya.
Ada rasa haru yang membuncah di hatinya, anaknya kini sudah resmi menjadi istri dari Arsen, Owen harap kedepannya hal yang buruk sekalipun tidak akan menggoyahkan segala ketegaran yang ada di hati Lily.
"Arsen udah selesai beribadah," ucap Arsen.
"Ayo mau makan bareng?" tawar Owen.
Arsen mengangguk, mereka resmi menjadi keluarga walaupun Tanpa ada orang yang mengetahuinya, saudara Arsen juga langsung pamit karena dia harus memproses semua dokumen yang sudah di tanda tangani sebelumnya.
"Semalam kamu pulang jam berapa? kenapa nggak pamit?" tanya Lily yang kini duduk di bangku belakang bersama Arsen.
Mobil keluarga Arsen akhirnya di bawakan oleh sopir, baik Arsen dan Robert kini berada di dalam mobil milik Papa Lily.
"Kamu terlihat kelelahan, masih tidur nyenyak jadi aku nggak tega untuk membangunkan kamu," ujar Arsen.
"Aku mencari mu kemana-mana," ucap Lily yang kini memeluk Arsen.
Arsen mencium kening Lily, ada rasa lega dengan fakta bahwa kini Lily sudah sah menjadi istrinya, walaupun dia tidak bisa melakukan hal yang biasanya dilakukan oleh suami istri tapi Arsen sudah senang jika status mereka jelas, ada pernikahan dengan Owen serta Robert yang menjadi saksi.
"Kamu ke rumah ya," pinta Lily.
"Ya, aku akan ikut ke rumah setelah mengantar Papa pulang," jawab Arsen.
Mereka makan siang bersama, dua keluarga ini sudah resmi menjadi satu tanpa ada orang yang mengetahui hal itu, bahkan orang jahat yang menjadi musuhnya pun tidak tau jika Owen memiliki suatu hal yang tidak akan dia sangka seperti ini.
"Lily kemarin panik tapi setelah beribadah lebih tenang," ucap Lily bercerita.
"Iya, jika kita sedang gelisah hanya Tuhan lah tempat kita mengadu," ujar Robert menimpali.
"Iya Om," ucap Lily.
"Panggil Papa," ujar Robert.
Lily tersenyum lalu menganggukkan kepalanya, Lily sudah terbiasa memanggil Om dan ketika berubah seperti ini dia sering lupa akan hal itu.
"Iya Pa," ucap Lily malu-malu.
Arsen tersenyum, istrinya sangat manis tingkahnya yang lugu seperti ini membuatnya semakin sayang, pantas saja Istrinya mudah di manfaatkan semua itu karena Lily yang terlalu baik menjadi seseorang, dia orang yang tidak tega dengan segala kesedihan orang yang ada di sekitarnya.
***
Laki-laki itu datang menghampiri Sekar, dia mengatakan jika hari ini waktu yang mereka tunggu, Sekar harus datang ke rumah Lily dan menjalankan rencana.
"Lakukan rencana yang sudah kita sepakati, bawa barangmu dan segala hal yang kamu perlukan, bagaimanapun caranya kau harus berada di dalam rumah itu lakukan segala hal yang aku katakan, jika kau membantah tunggu saja akibatnya." laki-laki itu terus mengancam Sekar hingga dia terus tertekan.
Sekar mengangguk, dia melakukan apa yang laki-laki itu katakan, setidaknya Sekar merasa lebih aman berada jauh dari laki-laki ini, tapi hal yang harus membuatnya waspada adalah laki-laki ini tidak pernah bisa di prediksi atas tingkahnya. Laki-laki psikopat mengerikan yang pernah Sekar kenal, dia tidak takut memberikan hukuman mati bagi seseorang yang tidak bisa di percaya terlebih orang itu adalah orang yang di percayai nya.
"Lakukan perintahku," ucap Laki-laki itu lalu pergi dari kamar Sekar.
Luka di tubuh Sekar masih terlihat, tidak tertutupi karena memang luka Sekar begitu banyak, mungkin hal ini yang akan di gunakan Sekar untuk mengambil simpati dari keluarga Lily dengan kondisinya yang mengenaskan.
Lily dan keluarganya pasti tidak tega melihat Sekar dengan kondisinya yang memprihatinkan, mereka pasti akan menerima Sekar dengan baik setelah semuanya berjalan dengan lancar barulah Sekar harus melancarkan aksinya untuk melakukan apa yang Laki-laki ini katakan.
"Aku bebas sebentar lagi,"
***
Rencana yang sudah di susun oleh semoga akan berjalan dengan baik, Owen tau mungkin orang lain akan berpikir jika ini hal yang tidak masuk akal tapi Owen benar-benar tidak ingin mengulangi kesalahannya dia tidak akan menyia-nyiakan kesempatan yang telah Tuhan berikan kepadanya.
"Kau kenapa Pa?" tanya Vivian pada suaminya.
"Tidak apa Ma, aku hanya memikirkan suatu hal yang mengganggu pikiranku, kau tau kedepannya akan ada banyak pengganggu, kita ikuti apa mau mereka walaupun nantinya akan membuat hati anak kita sakit, Jangan pernah mengatakan hal ini pada Evans dan Lily jika tidak ingin semuanya akan berantakan," pesan Owens.
"Bayangan semu itu kembali muncul?" tanya Vivian dan langsung di angguki oleh Owen.
"Ma, jika kita tidak mengikuti permainan dan pura-pura bodoh aku takut Lily kembali terluka dan bertemu laki-laki itu," ujar Owen.
"Aku tidak sanggup jika hal itu menyakiti anak kita," ucap Vivian.
"Sayang, ini semua yang terbaik. Aku juga tidak sanggup tapi semuanya demi Lily, aku tau Evans dan Arsen akan membantu Lily walaupun kita tidak ada di samping Lily saat itu," ujar Owen.
Vivian menangis, suaminya mencoba menenangkannya, dia tau hal ini tidak mudah di saat istrinya sangat menyayangi kedua anaknya, tapi jika mereka berdua tidak melakukan ini dia takut jika peperangan kembali terjadi.
Laki-laki di masa lalu itu kembali datang dan ingin mengacaukan segala hal yang sudah berjalan dengan baik.
"Pa, apa kita benar-benar harus melakukan itu?" tanya Vivian ragu.
"Aku kasih tau, hanya cukup kamu tau, Evans jangan." ujar Owen.
"Kau menyembunyikan apa?" tanya Vivian.
"Lily sudah menikah dengan Arsen, cukup simpan ini jangan sampai ada orang yang tau," ucap Owen dan membuat Vivian terkejut.
"Ada kaitannya dengan semua hal yang terjadi kedepannya?" tanya Vivian dan di angguki oleh Owen.
"Iya Ma, untuk kedepannya aku akan mengatakan hal itu, jangan mengatakan hal lain pada Lily maupun Evans, bahkan Lily tidak tau jika dia sudah menikah dengan Arsen," ujar Owen.
Vivian mengangguk, dia paham apa yang suaminya katakan, demi anaknya dia akan melakukan hal itu, jika nantinya harus ada yang di korbankan maka lebih baik mereka yang sebagai orang tua yang lebih pantas berkorban.
***
Lily menonton bersama Arsen di ruang keluarga, menonton kartun yang membuatnya tertawa sepanjang film berlangsung. Arsen memeluk lengan Lily, dia bahagia melakukan hal sederhana. Lily kini sudah menjadi istrinya, walaupun ini merupakan pernikahan yang diam-diam tapi setidaknya Arsen sudah sah menjadi suami Lily.
"Kamu kenapa senyum-senyum?" tanya Lily.
"Nggak papa sayang, aku bahagia lihat kamu tertawa bahagia seperti ini." ucap Arsen mengusap rambut Lily.
"Kamu bikin aku deg deg an tau," ujar Lily.
"Aku memang seperti itu," ucap Arsen tersenyum.
Lily mendekatkan tubuhnya pada Arsen, dia senang merasakan hangat tubuh Arsen ketika seperti ini.
"Aku nggak tau kenapa, tapi hari ini aku merasa bahagia, kamu juga kan?" tanya Lily.
"Iya sayang, aku bahagia apalagi bisa selalu bersamamu seperti ini, Sayang aku boleh minta satu permintaan?" tanya Arsen.
Lily menatap Arsen dengan pandangan bertanya-tanya, ini pertama kalinya Arsen meminta sesuatu pada Lily, Dia harap itu bukan suatu hal yang buruk karena Lily tidak bisa jika berjauhan dengan Arsen.
"Kau bukan meminta untuk mengakhiri hubungan kita kan?" tanya Lily menyelidik.
"Amit-amit jabang bayi, kau jangan berkata yang jelek seperti itu sayang, aku minta sesuatu bukan berarti aku meminta mengakhiri hubungan, aku hanya ingin kamu tidak menyembunyikan apapun kepadaku, jangan simpan semua beban mu sendiri dan setiap ada hal yang terjadi kau harus mengatakan padaku," ucap Arsen.
"Itu 3 permintaan, bukan 1." Lily mendengus kesal pada Arsen.
"Aku tidak mau ada penolakan," ucap Arsen tegas.
"Aku berjanji," ujar Lily.
Mereka menikmati hari luar biasa indah dalam hidupnya, hingga tiba-tiba pengacau mulai datang dan memporandakan hati dan perasaan Lily, kedatangan Sekar membuat dua hati saling ragu dan terlebih dia ingin menguasai semuanya, semua hal yang Lily punya.
pukul lima sore, ada seorang tamu yang ngotot bertemu dengan Lily serta keluarga, Lily merasa tidak pernah memiliki teman ataupun saudara yang bernama Sekar, awalnya mereka akan menolak tapi Sekar mengatakan bahwa dia adalah orang dari masa lalu Lily, saat itulah Lily membiarkan wanita itu masuk.
"Ada perlu apa?" tanya Owen.
"Saya anak dari seseorang yang menyelamatkan Lily," ujar Sekar dengan pasti, dia tidak pernah merasa insecure atas apa yang dia lakukan saat ini.
Hati Lily berdebar kencang, karena dirinya gadis ini bahkan tidak memiliki saudara tapi mengingat dengan kejadian masa lalu dia paham bahwa bisa saja ada kemungkinan bahwa wanita itu anak dari orang yang sudah menyelamatkan dia.
"Aku anak dari orang yang menyelamatkan mu,"