Bab 8

1679 Kata
Arsen sudah sampai rumahnya, dia langsung bertemu dengan papanya, mengatakan apa yang dikatakan oleh Owen dan apa yang harus Arsen lakukan saat ini. "Telepon pamanmu, agar dia segera kesini," ujar Robert. Sebagai orang tua dia juga bingung dengan permintaan Arsen yang tiba-tiba tapi dia hanya bisa melakukannya karena dia pikir itu adalah suatu hal yang baik, Owen juga tidak akan melakukan hal ini jika dia tidak tau apa yang terbaik untuk anaknya. "Bisa menikah besok?" tanya Arsen. "Nikah aja dulu, semuanya akan di urus oleh pamanmu, lakukan semuanya dengan diam-diam tanpa seorang pun tahu, aku pikir ada hal yang Owen sembunyikan dan mungkin ini merupakan hal yang mendadak tapi ini terbaik buat kalian," ujar Robert. "Om bilang dia takut ada hal buruk pada Lily, bahkan Lily saja tidak tau jika dia akan dinikahkan besok, Aku bingung tapi aku tak ingin Lily kenapa-kenapa jadi aku mengikuti semua ini, sesuai dengan rencana Om," ujar Arsen. Robert mengangguk, dia tau apa masalah Owen karena dulu sampai sekarang dia tidak pernah melupakan hal yang membuat Owen menyesal yaitu ketika penculikan Lily terjadi. "Besok Papa akan alasan dengan Mama, kita ke tempat ibadah seperti biasanya, jangan sampai Mama mu curiga, jika banyak orang yang tau maka bisa saja rencana Owen gagal," jelas Robert. Arsen lalu mengambil berkas-berkas yang dia butuhkan dan papanya akan menunggu paman Arsen agar bisa segera mengurus semua berkas supaya besok bisa langsung di tanda tangani oleh Lily, walaupun hal ini terlalu mendadak tapi pamannya mengerti dan akan membantu demi Arsen. Robert juga mengatakan bahwa hal ini adalah rahasia dan tidak boleh di katakan pada banyak orang karena akan membuat orang lain semakin curiga dengan semuanya. *** Vivian mendekati Owen, semenjak kepergian Arsen kini suaminya merasa tidak tenang, entah apa yang dia rencanakan tapi Vivian tidak tau akan hal itu, ada yang Owen sembunyikan atas segala hal yang akan terjadi ke depannya. "Kita ikuti alur, entah apa yang terjadi kita harus tetap bersama," ucap Owen tanpa menjelaskan hal lain lagi. "Apa maksudnya Pa, apa kau tidak ingin memberi tahu aku apa yang papa rencanakan?" tanya Vivian. "Ma, kita percayakan semuanya pada Tuhan, Besok aku akan mengajak Lily ke tempat ibadah, Mama dan Evans di rumah saja." Owen mengatakan hal yang membuat Vivian curiga. Selama ini Vivian selalu ikut ketika Owen akan beribadah tapi kini Vivian di minta untuk tinggal di rumah karena takut sesuatu akan terjadi, tapi entah kenapa hati Vivian merasa tidak tenang dengan apa yang suaminya katakan. "Kenapa Mama nggak boleh ikut?" tanya Vivian. "Biarkan Lily menyampaikan keluh kesah dengan beribadah kepada Tuhan Ma, Papa takut jika semua ikut akan bahaya, kita tidak tau di luar separah apa," ujar Owen pada Vivian. Walaupun alasannya masuk akal tapi Vivian masih curiga, entah apa yang suaminya rencanakan tapi dia harap segalanya akan berjalan dengan baik, Vivian tau suaminya pasti akan mengatakan suatu kebenaran di kala waktu yang tepat, Owen akan melakukan yang terbaik demi anaknya karena itulah dia tidak akan banyak nanya agar suaminya bisa fokus dengan rencana yang sudah dia rencanakan saat ini. "Ma, Pa, Lily udah bangun," panggil Evans dari atas. "Papa ke atas, aku siapkan makan untuk Lily," ucap Vivian pada suaminya. Owen mengangguk, Lily butuh tenaga untuk menghadapi semua ini, Lily tidak boleh lemah sebelum berperang apalagi kini mereka masih belum menemukan siapa orang yang mengirim surat ancaman seperti ini pada keluarganya. *** Paman Arsen paham dengan maksud mereka, dia akan melakukan semuanya dengan baik, selagi hal ini baik untuk keluarga mereka selagi bisa membantu dirinya akan melakukan hal itu. "Terima kasih Paman," ucap Arsen. "Sama-sama, kau jangan khawatir segalanya akan berjalan dengan baik," jawab Paman Arsen. Arsen mengangguk, besok segalanya akan berjalan dengan baik tapi mereka tidak bisa melakukan semua itu terlalu pagi, banyak persiapan yang harus mereka lakukan dan paman Arsen memberikan saran mereka datang ke tempat ibadah pukul satu siang karena di jam itu dia mengusahakan segala dokumen yang di butuhkan sudah siap semuanya. 'Jam 1, di tempat doa' pesan singkat Arsen yang di kirim kepada Owen. Setelah itu Arsen langsung masuk kedalam kamarnya, dia harus istirahat dengan baik karena besok adalah hari yang panjang, hatinya lumayan tenang karena Lily sudah bangun dan mau makan. sedangkan di sisi lain kini Lily masih lemas, dia mencari Arsen tapi Evans mengatakan jika Arsen pulang karena ada suatu hal yang harus dia urus, walaupun rasanya Lily sedih tapi dia harus paham bahwa dunia Arsen bukan hanya dirinya saja. "Udah, setelah ini minum." Vivian sudah selesai menyuapi Lily. "Besok siang kita ke tempat ibadah, kita berdoa pada Tuhan nak, Papa antar kamu biarkan Abang dan Mama di rumah," ujar Owen. "Iya Pa," jawab Lily. "Jangan pikirkan apapun, kau istirahat saja dan untuk dua hari kedepan kau cuti dari kantor, Papa sudah mengatakan pada Arsen," ujar Owen. Sebenarnya Lily merasa sedih, melihat wajah kedua orang tuanya dan abangnya yang khawatir akan dirinya membuat Lily merasa tidak enak, kenapa pula dia selalu membuat heboh seperti ini padahal selama ini dia sukses menyembunyikan semuanya sendiri tapi kini dia sudah tidak bisa lagi ketika surat ancaman itu datang di keluarganya dan membuatnya semakin ketakutan. "Abang akan menyelidiki semuanya, kamu jangan takut." Evans berjanji pada Lily bahwa semua ini akan segera dia selesai kan dengan baik. "Makasih ya," ujar Lily terharu. Vivian memeluk Lily, dia kasihan pada anaknya dia harap anaknya akan segera bisa lebih tenang ketika menghadapi hal yang bisa saja lebih berat dari ini. *** Keesokan harinya Arsen sudah bersiap bersama Papanya, walaupun Tiffany bertanya-tanya tentang mereka tapi dia mengikuti perkataan suaminya untuk tetap diam di rumah, Tiffany tau jika ada suatu hal yang mengganggu keluarga Lily, karena itulah mereka akan membantu sebisa mereka. "Kau akan pulang kan?" tanya Tiffany. "Pulang Ma," jawab Arsen yang kini sedang sarapan bersama keluarganya. Sebelum mereka ke tempat ibadah, Arsen akan mengambil cincin yang sudah dia pesan sejak lama untuk persiapan pertunangan mereka, Arsen bersyukur pernah memesan cincin ini dan kini bisa dia gunakan untuk sebagai cincin pernikahan dia dan Lily. "Tapi, tidak ada yang kalian sembunyikan kan?" tanya Tiffany pada suami dan anaknya. Robert diam dan Arsen langsung mengatakan jika tidak ada hal yang di sembunyikan oleh mereka, Arsen hanya ingin pergi sebentar lalu mampir ke tempat ibadah karena sudah lama dia tidak kesana. Alasan yang di buat Arsen memang masuk akal tapi hati Tiffany merasa kurang tenang ketika melihat anak dan suaminya yang akan pergi bersama. "Awas ya jika kau menyembunyikan hal buruk, kalau baik tak apa karena akhirnya akan baik," ujar Tiffany. "Mama, nggak ada yang Arsen sembunyikan! pokoknya Mama doa yang terbaik untuk Arsen saja," pinta Arsen. "tanpa kamu minta, Mama selalu mendoakan yang terbaik untuk kamu Sen," jawab Tiffany. Arsen tersenyum bahagia, bagi Arsen hal itu sudah cukup dia sudah mendapatkan restu dari Mamanya jika dia bersama dengan Lily, sejak awal seluruh keluarga sudah menerima jika Arsen menikah dengan Lily karena itulah kini dia akan menikah walaupun dengan menyembunyikan hal ini kepada keluarganya kecuali Papa dan pamannya. "Nanti Mama di rumah saja, kasihan keluarga Lily ada orang yang mengirim surat ancaman lagi," ucap Robert. "Kasihan dia, Lily sudah bersembunyi saja banyak orang yang jahat apalagi dia menunjukkan wajah ke publik? Mama bahkan tidak paham lagi kenapa orang begitu jahat, apa dia tidak mendapatkan anugrah Tuhan? kenapa masih saja membuat hidup orang lain sengsara," kesal Tiffany. "Mungkin, nanti Lily akan banyak menginap di sini. Dia masih trauma dengan masa lalu, orang yang mengirim ancaman juga dari masa lalu." Arsen mengatakan hal itu pada Tiffany. "Mama tidak masalah Lily ke sini, Mama malah seneng. Kalau dia jadi mantu Mama malah lebih seneng lagi," jawab Tiffany dengan senyuman. Arsen tersenyum, jika kau tau fakta ini kau akan tersenyum lebar Ma, Arsen akan menikahi Lily hari ini. Walaupun hal ini di sembunyikan tapi tetap saja Arsen dan Lily akan menikah. Pukul 10 pagi Arsen dan Papanya sudah berangkat, mereka menuju toko cincin untuk mengambil pesanan Arsen dan setelah itu mereka akan ke tempat Ibadah karena perlu menyiapkan beberapa hal yang harus mereka siapkan sebelum pernikahan. Owen memilih tempat ini karena dia pikir ini adalah tempat yang paling aman, orang lain mungkin akan berpikir jika mereka hanya akan beribadah tanpa memiliki tujuan lain, semoga saja apa yang Owen rencanakan bisa dilaksanakan dengan baik tanpa ada orang jahat yang mengganggunya. "Arsen deg deg an Pa," ucap Arsen di sepanjang jalan. "walaupun dengan buru-buru dan tanpa persiapan kau akhirnya jadi nikah dengan Lily, untung saja kau memesan cincin lebih awal," ucap Robert. "Niat awal untuk cincin tunangan Pa, tapi ya kan aku juga ga tau jadinya pakai seadanya dulu aja, yang penting ada simbolisnya, Paman udah di sana kan?" tanya Arsen dan langsung di angguki oleh Robert. Arsen tidak sabar melihat bagaimana Lily yang cantik, semoga saja dia bisa lebih bahagia setelah pernikahan yang mereka lakukan. Walau setelah ini hubungan mereka tidak akan berubah tapi setidaknya mereka sudah terikat, Arsen dan Owen akan jujur setelah semuanya berjalan dengan baik tanpa ada pihak lain yang mengganggu mereka. *** Lily sangat cantik dengan dress putihnya, dia selalu memakai baju putih ketika beribadah dan hari ini dia lebih sehat dibandingkan sebelumnya. "kau sangat cantik sayang," puji Owen pada anak gadisnya. "Papa, Lily udah gede." Lily malu dengan pujian dari Papanya. "Walaupun udah gede, kamu tetap putri kecil Papa," Jawab Owen. Rasanya Owen sedih, dia melepas anaknya menjadi istri orang dengan sembunyi-sembunyi, rasanya dia tidak ingin di tinggal anaknya tapi bagaimana lagi, hanya ini yang muncul di kepalanya ketika sekelebat bayangan menakutkan itu muncul dan membuat anya sengsara. "Hilih, cepet lah Pa katanya mau ke tempat ibadah, nanti kesiangan," ucap Vivian. "Sabar, masih jam segini juga lebih baik agak siang karena ga begitu rame, Mama nanti bawain makanan apa? aku pengen jalan berdua dengan anak gadis Papa," ujar Owen. "Wah Papa memang, kalau Mama nggak diajak aja Papa jalan-jalan terus, giliran sama Mama zonk," kesal Vivian. "Mama sama Abang aja," ucap Evans pada Mamanya. "Anak Mama memang terbaik," puji Vivian lalu tersenyum lebar. Owen harap segala hal yang terjadi tidak akan mudah di hancurkan dengan hal buruk, Owen ingin anaknya bahagia dan bisa melupakan trauma masa lalu karena kesalahannya. "Maafkan Papa, tapi ini cara terbaik yang bisa Papa lakukan untukmu," Bersambung
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN