Chapter 11 : Rasa yang Mulai Muncul

1074 Kata
Kemudian, pesan kedua yang Jessica buka adalah pesan dari Gavin. (Isi percakapan antara Gavin dengan Jessica) Gavin : Jess. Jessica : Ya, Vin. Ada apa? Gavin : Jess, aku ... Jessica : Kenapa, Vin? Kok kamu diam? Ada apa? Gavin : Gini, Jess. Gak tahu kenapa aku coba-coba aja bikin puisi, tapi sebenarnya aku bukan tipe yang baperan (bawa perasaan) gitu, cuma gak tahu kenapa aku tadi iseng nulis dua judul puisi. Aku minta tolong kamu koreksi boleh? Jessica : Boleh donk. Kirim aja ke sini pusinya, nanti aku koreksi. Gavin : Thank you, Jess. Sebentar aku kirim yah. Jessica : Wah, luar biasa. Keren. Aku gak nyangka kamu bisa menulis puisi. Gavin : Jangan memuji lagi, aku iseng tadi. Aku belajar mencoba menuangkan kata-kata yang ada di dalam kepala. Gimana? Sudah betul belum? Jessica : Aku perhatikan sudah betul, bahasanya sudah bagus dan tanda bacanya pun sudah benar. Baru belajar saja, hasilnya sudah seperti ini, luar biasa. Nanti aku mau buat puisi buat menandingi kamu. Oke? Gavin : Oke, aku tunggu karya kamu, Jess wkwkwkwk. Jessica : Vin, aku tidur dulu yah sudah malam. Kamu juga tidur yah. Besok aku harus berangkat pagi ke kantor. Gavin : Oke, Jess. Good night and sweet dream yah. Aku tidur sebentar lagi, masih ada kerjaan. Bye. Jessica : Bye, Vin. (Dan percakapan mereka pun berakhir) Keesokan paginya, seperti biasa Jessica berangkat ke kantor pagi-pagi sekali diantar oleh sang papa. Hari-hari dijalani Jessica dengan penuh semangat, raut wajahnya tampak sangat bahagia, apalagi sekarang Gavin telah mulai akrab dengan dirinya. Gadis cantik berkulit putih tersebut merasa dunianya sekarang menjadi lebih berwarna. Hampir setiap pagi, Jack dan Gavin menyapa Jessica dengan mengirim pesan ke Whatsappnya. Seketika wajah Jessica merona bahagia dengan hati berbunga dan menjadi semangat untuk menjalani hari yang berat. Jack adalah tipe pria yang dewasa, dengan pembawaannya yang kalem dan sebenarnya hati Jessica mulai tersentuh sedikit dengan segala pernyataan sang pria kepadanya. Sementara itu, Gavin adalah tipe pria yang sangat nyaman untuk diajak berbincang untuk jangka waktu yang cukup lama, dan satu hal yang istimewa dalam dirinya adalah sikap perhatiannya kepada Jessica. Kemudian di pertengahan minggu, tepatnya di hari Kamis. Jessica sedang duduk di meja belajarnya, menatap layar laptop dengan tatapan serius tak bergeming sedikit pun. Pikiran dan pengetahuan yang dimilikinya bekerja demi menciptakan puisi balasan untuk Gavin. Sejak sepulang kerja sore tadi, Jessica langsung beranjak mandi. Kemudian, turun ke lantai satu untuk menikmati makan malam bersama keluarganya. Malam itu, tidak banyak hal yang dibahas keluarganya di atas meja makan. Dan sang gadis berkulit putih tersebut pun tidak membahas perihal kunjungan Jack di weekend minggu itu untuk yang kedua kalinya kepada keluarganya. Selepas selesai menyantap makan malam, Jessica lantas naik ke lantai dua dan masuk ke dalam kamarnya. Dengan kesibukannya yang baru sebagai penulis, malam hari adalah waktu baginya untuk menulis novel dan berkhayal dengan tokoh-tokoh fiksi dalam rancangannya. Tangannya aktif menekan tombol keyboard pada laptop, sambil sesekali berhenti dan termenung sejenak, kemudian kembali mengetik. Malam itu, ia telah bertekad untuk menghasilkan satu buah puisi balasan untuk Gavin, demi membuktikan jika dirinya pun mampu untuk menghasilkan suatu karya puisi. Akhirnya setelah beberapa saat, puisi ciptaannya telah berhasil terbuat, hati Jessica bersorak kegirangan dan segera ia mengirim pesan w******p kepada Gavin malam itu juga. (Isi percakapan antara Gavin dengan Jessica) Jessica : Malam, Vin. Lagi apa? Ganggu gak yah? Gavin : Hi, Jess. Gak ganggu kok. Ada apa? Ada yang bisa kubantu? Jessica : Aku mau kirim puisi buatanku, kamu nilai yah? Gavin : Oke. Ayo kirim langsung puisinya. Jessica : Oke, aku kirim sekarang puisinya. Saat itu, percakapan pribadi antara Jessica dan Gavin mendadak berhenti. Jessica berpikir mungkin Gavin sedang membaca dan meneliti setiap tulisannya. Lalu, setelah sekian lama menunggu akhirnya karena ia penasaran dengan pendapat sang pria, memberanikan diri untuk bertanya terlebih dahulu. Jessica : Vin, hallo, kami masih online khan? Gavin : Ya, aku masih di sini. Aku lagi menghayati puisimu. Benar-benar bagus, sangat berbeda. Jessica : Yang benar, Vin? Aku terharu nech. Gavin : Ngomong-ngomong, puisi ini kamu tulis untuk siapa? Apa ada orang spesial? Biasanya kalau orang lagi jatuh cinta atau berbunga, pandai menulis puisi cinta seperti ini. Jessica : Puisi ini aku tulis untuk kita bahas, Vin. Bukan kutujukan untuk seseorang yang spesial. Tunggu dulu! Pertama kali yang menulis puisi kan kamu, berarti kamu juga lagi jatuh cinta atau berbunga donk? Gavin : Emm, aku ... iseng aja sech nulis puisi itu. Oke, lanjut yah bahas puisinya. Jessica : Kamu menghindari pertanyaanku, Vin. Gavin : Maaf, Jess tapi kamu memancing hatiku. Jessica : Memancing gimana? Aku gak ngerti. Gavin : Maaf kita bahas lain kali saja yah. Aku off dulu sudah malam, besok aku harus berangkat pagi-pagi. Bye, good night. Jessica : Oh, oke. Bye good night. (Dan percakapan pun berakhir) Malam itu, hati Jessica dipenuhi oleh berbagai pertanyaan. Perkataan Gavin dalam percakapan mereka merupakan sebuah misteri, dan ia sama sekali tidak mengerti apa yang dimaksud oleh sang pria. Malam sudah semakin larut, kepala Jessica mulai terasa pening dan matanya mulai mengantuk. Akhirnya meski novelnya masih berjalan setengah bab, ia memutuskan untuk pergi tidur serta mengabaikan semua pertanyaan yang terlintas dalam pikirannya. Sebelum menutup mata, Jessica menerima sebuah pesan masuk dari Jack. (Isi percakapan antara Jack dan Jessica) Jack : Malam, girl. Kamu sudah tidur? Jessica : Hi, Jack. aku belum tidur. Kamu lagi apa? Jack : Aku lagi berbaring di atas tempat tidur sambil berbincang sama cewe yang lagi kurindukan. Jessica : Oh ... ya sudah aku gak ganggu lagi. Silahkan berbincang dengan dia. Jack : Loh, cewe itu kan kamu, kok kamu mau sudahi percakapan kita? Kamu cemburu yah? Jessica : Gak, aku hanya gak mau ganggu aja kalau memang benar ada cewe lain. Jack : Tidak ada cewe lain di hatiku, selain kamu. Kamu masih gak percaya? Jessica : Maaf aku gak bisa jawab. Jack : Gak apa-apa, aku akan buat kamu percaya sama aku dan jatuh cinta padaku. Jessica : Cobalah ha ... ha ... ha ... Jack : Tunggu aja ha ... ha ... Sudah malam, girl. Tidur yuk. Jessica : Ayo. Bye, good night. Jack : Good night, girl. Oh ya, sabtu ini aku mampir ke rumahmu yah, kita belanja bareng oke? Terus kamu masakkin aku makanan yang enak, sambil kita nonton film di rumahmu. Hitung-hitung sekalian aku mengakrabkan diri dengan seluruh keluargamu. Jessica : Oke. Kupikir mereka gak akan keberatan kok, kutunggu yah. Sudah sana tidur. Jack : Night, girl. (Dan percakapan pun berakhir)
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN