bc

(Bukan) Pasangan Pengganti

book_age18+
5.4K
IKUTI
42.3K
BACA
love-triangle
family
love after marriage
pregnant
playboy
badboy
sweet
suger daddy
realistic earth
spiritual
like
intro-logo
Uraian

Zara dan Farhan sudah menjalin hubungan selama dua tahun lebih dan memutuskan untuk ke jenjang yang lebih serius yaitu, pernikahan. Tiba hari pernikahan mereka, ada fakta mengejutkan yang baru diketahui Zara lewat notif w******p sehingga kedua orang tuanya harus mencarikan ia pasangan pengganti untuk Zara dan tetap melanjutkan pernikahan tanpa Farhan. Apa fakta itu? Siapakah pasangan pengganti untuk Zara?

chap-preview
Pratinjau gratis
(Bukan) Hari Bahagia
Kedua insan itu saling berpegangan tangan dan tersenyum satu sama lain. Gadis berhijab dan Lelaki yang mengenakan kemeja itu nampak bahagia terpancar dari mata keduanya. Gadis itu terus tersenyum sambil menatap Lelaki dengan perawakan wajah yang sangat tampan. "Mas, aku seneeeng banget!" seru Gadis itu sambil menatap jarinya yang dilingkari cincin perak yang indah. "Aku juga." "Mas, gak seneng?" "Enggak, bukan gitu. Aku gugup aja udah lamar kamu depan orang tuamu tadi." "Kita kan udah dua tahun pacaran, umur kita juga udah mendukung buat nikah, jadi ini memang harusnya terjadi, kan?" Lelaki itu hanya mengangguk, tapi entah mengapa ia seperti kepanasan dengan keringatnya yang terus bercucuran. "Panas ya disini, Mas?" "Enggak kok, Zara." Zara mengerutkan dahinya heran karena keringat terus keluar dari pelipis Lelaki yang akan sebentar lagi jadi imamnya. "Kamu tau aku sangat mencintaimu, Mas Farhan." Pengungkapan Zara sempat membuat Farhan tersenyum singkat. Ia pun menggenggam tangan calon istrinya itu dan berkata, "Percayalah, aku juga mencintaimu lebih dari apapun di dunia ini." Zara tentu dibuat berbunga-bunga dengan balasan Farhan padanya. Ia sudah menantikan sejak lama hari dimana ia akan bergelar menjadi istri dari lelaki yang sangat dicintainya. "Zara, Mas harus pulang dulu," pamit Farhan sambil berdiri dan kembali menggenggam tangan Zara. Farhan berlutut di hadapan Zara, "Mas mau Zara jadi wanita terakhir yang menjadi pendamping untuk Mas dan jadi calon Ibu buat anak-anak kita kelak." Sungguh manis perkataan Farhan yang kembali membuai Zara salah tingkah dengan rona merah menghiasi pipinya. Zara bahkan kehabisan kata-kata untuk membalas ucapan Farhan. "Ah, Mas! Udah deh buat Zara malu terus!" "Haha, iya. Mas kalau gitu pulang dulu, ya. Nitip salam sama Ibu-Bapak kamu, mas buru-buru soalnya." "Iya, Mas. Hati-hati, ya." Farhan pun berjalan masuk ke dalam mobilnya sementara Zara menutup gerbang rumahnya ketika mobil Farhan sudah keluar dari halaman rumah Zara. "Loh, Farhan udah pulang ya, Nak?" Rosa-Ibu dari Zara keluar mendekati Zara yang berjalan masuk ke rumah. Zara mengangguk, "Iya, Bu. Mas katanya buru-buru jadi nitip salam sama Ibu sama Bapak." Ibu Rosa pun ber-oh ria menanggapi ucapan Zara anaknya. "Hmm, seneng banget, ya?" "Ih, Ibu! Masa gak seneng!" Ibu Rosa melihat raut wajah anaknya itu nampak sumringah dan juga merona pertanda anaknya benar-benar bahagia dilamar oleh Farhan. Ia sebagai seorang ibu tentu turut senang melihat anaknya akan membina rumah tangga dengan pria yang dicintainya. "Masuk dulu, dipanggil Bapak." "Iya, Bu." Saat masuk ke ruang tamu, Zara disambut dengan senyuman oleh Habib-Ayahnya. Namun, Zara melihat mata Habib berkaca-kaca. "Ada apa, Pak?" Zara duduk di samping Bapaknya. Rosa tersentuh karena memahami perasaan suaminya sebagai seorang Ayah yang tidak lama lagi akan melepas putri semata wayangnya bersama pria yang akan menjadi menantunya. "Ayah bahagia, Nak. Tapi Ayah juga sedih kamu akan ninggalin Ibu sama Bapak." Habib membuka kacamatanya dan mengusap air mata yang sedikit keluar dari pelupuk matanya. "Loh Bapak ini jangan nangis gitu depan anaknya." Rosa mengusap punggung suaminya. Zara ikut tersentuh. Sebagai anak tunggal, ia juga tidak tega untuk meninggalkan kedua orang tuanya di sini. "Bu... Bapak... Zara gak dibuang, kan?" "Loh kok ngomong gitu, Nak." "Kalau gitu ini masih jadi rumah Zara, Zara bakal sering kunjungi Ibu sama Bapak kalau Zara kangen masakan buatan Ibu, kalau Zara rindu tidur di pangkuan Bapak, aku pasti bakal rindu dengan Bapak dan Ibu...." Mereka bertiga kemudian saling berpelukan untuk menguatkan hati masing-masing. "Pernikahan kamu sisa sebulan lagi, Nak. Kita harus siapin sebaik mungkin Pak untuk anak tercantik kita ini." "Ibu... Bapak...." Mereka kembali berpelukan. Persiapan pernikahan pun dilakukan dengan amat baik. Mulai dari akad, undangan sampai resepsi pernikahan untuk Zara dan Farhan. Tak terasa tiga hari lagi momen yang sangat dinantikan oleh Zara akan datang. Di dalam kamarnya, ia menangis. Usai menunaikan sholat Dzuhur ia tak kuasa menahan tangisnya. Dari kecil ia sudah bersama kedua orang tuanya tanpa adanya saudara. Seperti anak tunggal lainnya, kedua orang tua Zara selalu berusaha memberikan apapun kemauan Zara dengan semampu mereka. Ia berpikir mungkin tidak akan terbiasa kelak tinggal tanpa Ibu dan Bapaknya. Ketukan pintu kamar membuat ia segera mengusap air matanya. "Sebentar," sahutnya sambil menyimpan sajadah di atas ranjang. "Eh, Ibu. Kenapa, Bu?" "Itu ada temannya Ibu sama Bapak mau lihat kamu, keluar gih." "Oh, iya. Aku siap-siap dulu, Bu." Rosa mengangguk sembari masuk ke kamar Zara. "Sebenarnya Ibu mau bilang sesuatu, tapi jangan diambil hati." Zara yang merapikan jilbabnya hanya berdehem menanggapi ucapan Ibunya itu. "Teman lama Ibu yang datang itu sebenarnya udah janjian sama Ibu mau jodohin kamu sama anaknya, terus pas Ibu bilang kamu udah dilamar mereka sempat kecewa." "Loh? Ibu gak pernah cerita," sahut Zara yang masih sibuk dengan jilbabnya. "Iya, karena Ibu mau kamu pilih sendiri pendamping hidupmu. Ibu harap Farhan bisa bertanggung jawab sebagai suami yang baik buat putri kesayangan Ibu." Rosa memeluk dari belakang Zara di depan cermin rias. "Aamiin, semoga Zara juga bisa jadi istri yang baik buat Mas Farhan." "Aamiin, Sayang. Udah beres? Kita keluar, kasihan mereka nunggu,kamu kelamaan." Rosa dan Zara sudah hampir sampai di ruang tamu, tapi seseorang tak sengaja menyambar Zara. "Maaf, saya mau ke toilet." "Oh, iya, Nak. Di belakang toiletnya, lurus aja." Zara yang tidak mengenali lelaki itu bertanya pada Rosa, "Dia siapa, Bu?" "Dia anak teman Ibu yang mau dijodohin sama kamu," jawab Rosa membuat Zara kaget. "Dia tau kalau orang tuanya dulu mau jodohin sama aku?" "Enggak tahu, kita kesana yuk, mereka udah nunggu kita." "Nah, itu Zara anak saya," seru Habib ketika melihat Zara berdiri di dekat Rosa. "Duduk di sini, Nak," titah Habib lagi pada Zara. Rosa mengangguk ketika Zara menatapnya dan ikut duduk di sebelah Zara. "Duh, anaknya cantik banget, kan, Abi?" "Iya, Zara cantik banget." Zara yang mendapat pujian dari teman lama kedua orang tuanya hanya tersenyum malu. "Duh, Husain terlambat datang lamar kamu, ya. Seandainya Zara jadi mantu Umi aja." "Hush, Umi!" Keadaan beberapa saat menjadi hening. "Ah, Nak Zara jangan dibawa hati, ya." "Enggak, kok, Om." Kemudian mereka Berbincang-bincang ringan mengenai pernikahan Zara. Tak lama seorang pemuda yang tadi menyenggol pundak Zara datang dan duduk di dekat wanita yang kiranya seusia dengan Rosa. "Oh, iya gak apa. Kamu hati-hati, ya." Sekilas pandangan Zara dan pemuda itu bertemu. "Loh, anaknya mau kemana, Syah?" tanya Rosa pada Aisyah, teman lamanya. "Ah, dia katanya ada kerjaan di rumah sakit. Dia udah jadi dokter habis kuliah kairo." "Wah, hebat ya anak kamu." "Alhamdulillah, Zara nanti kenalan ya sama anak Saya, kali aja ada teman Zara yang mau sama anak saya." "Loh, Umi kok kayak mau ngelelang anak sendiri," sahut suaminya, Ahmad. "Loh, Abi. Gak apa, kan, Zara?" Zara hanya mengangguk sambil tersenyum. Di saat yang bersamaan, seorang lelaki menatap foto seorang gadis, ia adalah Zara. "Farhan, apa yang harus lo lakuin? Arghh!" ujarnya pada diri sendiri. Ia menghela napas cukup panjang. *** Hari ini adalah hari terakhir Zara untuk tinggal di rumahnya. Semua persiapan telah dilakukan dengan sebaik mungkin, Zara menatap ke atas langit kamarnya sambi terbaring di ranjang. "Ah, Mas Farhan kok gak hubungi aku lagi." Zara memeriksa notifikasi dari ponselnya, tapi tak ada notifikasi dari calon imamnya. "Ah, mungkin Mas Farhan gugup. Aku telfon aja deh." "Loh kok Mas tolak panggilan aku? Ah, Mas mungkin gugup. Ya Allah, semoga besok semuanya lancar." Tak lama Zara tertidur dengan ponselnya yang ternyata berdering. Mas Farhan calling... Zara terlalu lelah mengurus semua persiapan pernikahannya hingga tak terbangunkan saat ponselnya berdering padahal itu dari sosok yang akan menjadi pendamping hidupnya. Hari Pernikahan Hari bahagia untuk Zara telah tiba.Hari dimana Zara akan dipinang oleh Farhan kekasih yang sudah lama ia pacari selama dua tahun. Pria yang begitu mencintainya dan begitu pun Zara yang cinta terhadap Farhan. Pagi itu awalnya sangat bahagia hingga notif pesan dari Farhan langsung meruntuhkan dunianya seketika. "Ini gak mungkin." Zara menatap nanar layar ponselnya sambil mengenakan pakaian pengantin. "Mas Farhan pasti bercanda!" "Mas!" ujar Zara penuh tekanan saat sambungan telfon tersambung. "Siapa yang kamu sebut Mas? Suami saya?" Mata Zara langsung meneteskan air mata dan masih berharap ini semua hanya candaan dari Farhan. "Maksudnya? Saya dan Mas Farhan akan menikah hari ini!" "Dasar tidak tahu diri! Mas Farhan itu suami saya! Saya lagi hamil anaknya! Belum cukup foto buku nikah yang saya kirim ke kamu?" Tuuut... Zara menitikkan air mata tidak percaya. Hatinya seolah diremas begitu kuat. "MAS FARHANNN! ARGGHH!" Rosa dan Habib yang mendengar teriakan Zara pagi-pagi tentu langsung bergegas ke kamar Zara. "Ada apa, Nak? Astagfirullah!" Rosa terkejut melihat kamar Zara yang berantakan ibarat kapal yang pecah dan belum lagi Zara yang tampil dengan acakan. "Ibu... Zara gak tahu kenapa ini terjadi." "Mas Farhan... dia sudah punya istri Ibu... Zara mesti gimana...." Zara menangis tersedu-sedu di pelukan Rosa. "Ha? Siapa yang bilang?" "Ini, Pak." Zara memberikan ponselnya. "Kurang ajar! Berani-beraninya dia!" "Dimana rumah Farhan? Biar Bapak datangin!" ujar Habib penuh amarah. Ia tidak habis pikir mengapa semua terjadi seperti ini pada putri satu-satunya. Ini hal yang memalukan bagi seorang Habib. "Kita batalin aja pernikahannya, Pak." "Enggak, Zara akan tetap menikah hari ini." Rosa dan Zara terkejut akan perkataan Habib. "Bukan dengan Farhan." Lagi-lagi hati Zara kembali dipatahkan.

editor-pick
Dreame-Pilihan editor

bc

TERNODA

read
198.7K
bc

B̶u̶k̶a̶n̶ Pacar Pura-Pura

read
155.8K
bc

Hasrat Meresahkan Pria Dewasa

read
30.3K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
233.7K
bc

Sentuhan Semalam Sang Mafia

read
188.6K
bc

Setelah 10 Tahun Berpisah

read
58.0K
bc

My Secret Little Wife

read
132.1K

Pindai untuk mengunduh app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook