Kandidat Terbaik

1196 Kata
Sejak memilih mendatangi lokasi casting film di Attacca Production House dengan berbagai pertimbangan yang dimiliki, Kara memang sudah sangat menyedot perhatian semua orang. Tank top crop berwarna hitam itu jelas memamerkan perut rata nan putih miliknya, amat sensual. Bahkan sebelum sampai ke lokasi yang berada di lantai dua, semua kru dan pekerja di sana menoleh padanya. Perempuan yang terlahir dengan paras hampir sempurna itu, bak dewi yang turun ke bumi. Kaki jenjangnya bebas melangkah. Meski para kru terpesona, tetapi tidak ada yang berani mendekati sebab Kara dikawal dan dilindungi manajernya, Dika, yang berjalan beriringan dengannya. “Permisi semuanya!” sapa Dika yang dibalas senyum oleh para kru Attacca. “Wah! Ini Kara Tamara? Gila! Cantik banget!” salah satu kru terang-terangan memuji dan teman dari kru tersebut menoyor kepalanya, merasa malu. Kara ikut menoleh, tersenyum kecil, dan membalas pujian tersebut, “Makasih ya, semuanya. Permisi.” Setelahnya, Kara kembali menghadap ke depan dan tetap bersandingan dengan Dika menjauh dari sana. “Udah cantik, ramah pula! Beh! Semoga dia yang dapet peran, deh! Lumayan cuci mata!” Meski sudah melangkah, Kara tetap bisa mendengar ucapan tersebut yang sedikit konyol dan menggelitik perut. Mereka sangat lucu dan asyik, pasti akan sangat menyenangkan jika bisa bekerja sama. Tidak perlu waktu lama untuk Dika dan Kara sampai ke lokasi casting dan menemui Bryan beserta Jehan, sang top aktor 10. Mereka berdua masih setia menunggu calon aktris yang berminat mengikuti casting untuk mengisi peran Bella. Sekarang Kara sangat gugup dan meremas rambutnya sendiri, hal itu merupakan kebiasaannya tiap kali merasa emosi tidak terkendali. Bagaimana tidak? Kini, dia resmi berseberangan langsung dengan Jehan, sang top aktor 10, yang berada di depannya! Langsung tanpa penghalang apa pun juga! Bagaimana bisa fokus? Berdasarkan penampilan semata, mungkin Kara sudah bisa dianggap pantas memerankan Bella karena berani memakai pakaian seksi. Namun, secara akting? Belum tentu. “Bisa langsung kita mulai aja?” tanya Bryan, ingin melihat kemampuan akting terbaik yang bisa ditunjukkan Kara. Pertaruhan mendapatkan peran ‘Bella’ akan segera terlihat! Jujur saja, Kara tidak bisa mengendalikan rasa gugupnya. Dinginnya air conditioner di sekitarnya tidak sebanding dengan tubuh Kara yang memanas karena deru napasnya tidak stabil dan jantung terus-menerus berdegup kencang. Dika mengedipkan sebelah mata berkali-kali dan tersenyum lebar, berusaha memupuk kekuatan bagi sahabatnya agar proses casting berjalan lancar. Semangat, Kar! Gue selalu ada buat lo. Bryan sangat idealis dalam berkarier sebagai sutradara sehingga aspek penilaiannya untuk memilih aktor atau aktris calon pemain filmnya sangat banyak. Tentu saja pengecualian bagi Jeremy Handoko alias Jehan yang langsung mendapat undangan mengisi karakter ‘Tyson’. Sebab pria blonde itu sudah memiliki ribuan pengalaman dalam mengecap karakter di film romantis dewasa. Kara mengangguk. “Iya, bisa. Tapi ….” Jehan mengernyit. Apa permintaan yang diinginkan perempuan itu? Namun, Jehan segera mengenyahkan pikirannya sebab tidak mau terlalu ambil pusing melainkan ingin semua cepat selesai sehingga bisa segera pulang. Top aktor 10 itu memang hobinya rebahan sebab mudah mengantuk. “Tapi?” ulang Bryan lagi. Kara menggeleng pelan, menghalau semua rasa gugup yang semakin terpatri dalam jiwa. Dia harus melakukannya sekarang atau semua impiannya menjadi top aktris tahun ini akan gagal dan orang tuanya pasti mulai mempertimbangkan untuk memaksa mendaftar sebagai mahasiswi pada universitas tertentu! Duh, masalahnya Kara itu alergi belajar! Baca buku sedikit saja langsung mual dan pusing. Mending nonton film, deh! “Tapi … saya butuh aktor pengganti, karena akan sulit menggoda seorang pria jika saya hanya sendirian,” cetus Kara tegas. Ucapannya mengejutkan Jehan dan membuat pria itu mengulum senyum tipis. Labiumnya tertarik dan penasaran pada hal yang ingin dilakukan Kara. Godaan seperti apa yang perempuan itu maksud? Jehan menarik kembali ucapan hatinya yang ingin cepat-cepat pulang. Tentu, dia tidak ingin ketinggalan momen spektakuler berupa atraksi godaan dari seorang aktris biasa. Bryan memahami ucapan itu dan segera menepuki tangan, bermaksud memanggil kru-kru bawahannya termasuk para PU (Pembantu Umum) untuk mengabulkan permintaan Kara barusan. Tidak lama setelahnya, seorang pria berkulit cokelat gelap dengan selampai yang disampirkan ke bahu masuk dengan wajah melongo. Dia tidak tahu kenapa tiba-tiba saja dihadirkan di tengah-tengah prosesi casting film. Entah ada angin dan petir mana yang mengharuskannya mengganggu sutradara menjalankan tugasnya! “Mohon maaf, Pak! Saya ganggu, ya?” tanyanya polos pada Bryan. Bryan tertawa mendengar pertanyaan itu, membuat yang bersangkutan semakin keheranan. “Enggak, kok. Kamu emang dibutuhkan. Buat pengganti aktor sementara aja,” jelas Bryan ramah sambil mengulum senyum. Pria berkulit cokelat gelap itu mengangguk berusaha memahami ocehan sang sutradara. Bryan kini mengalihkan pandangannya menatap Kara dan menggerakan tengkuk ke arah pria tersebut, memberi kode bahwa sudah tidak ada halangan bagi sang perempuan tersebut untuk menunjukkan kebolehannya. Labium tipis Kara membuka perlahan lalu tangan mungilnya terulur pada pria tersebut, “Salam kenal, Mas. Siapa nama Mas?” “Saya Yudha, Mbak. PU di sini,” jawab Yudha sambil menerima uluran tersebut. Tangan mereka bertautan selama beberapa detik sebelum Kara menarik kembali tangannya. “Oke, Mas Yudha. Mohon bantuannya, ya!” seru Kara akhirnya. “Iya, Mbak. Silakan aja lakuin yang perlu Mbak lakuin.” Perempuan yang bercita-cita menjadi top aktris itu malah meneguk saliva mendengar penuturan ‘bebas’ dari Yudha. Memang, Kara sendiri sangat minim pengalaman berkecimpung dalam dunia yang dapat dikatakan ‘begitu’. Ini saja dilakukannya terpaksa sebab ingin bermain film dewasa! Detik berikutnya, Kara menarik napas dan mengembuskannya beberapa kali. Berusaha menjaga diri agar jauh lebih rileks. Setelahnya, dia melipat kedua tangan di d**a dan mengangkat kepala. Menatap Yudha penuh arti, kemudian bertanya dengan nada khawatir dan manja. “Tyson! Kamu dari mana aja? Kenapa baru sampe, sih?” Yudha hanya terdiam saja mendengar perkataan Kara karena memang tidak mempersiapkan diri untuk membaca maupun menghafal skenario. Alis Kara mengerut sebentar lalu dinaikkan perlahan. “Hei, i’m talking to you right now, Babe.” Masih tidak ada jawaban apa pun membuat labium tipis Kara berdecak pelan lalu berkata cepat. “Kamu cape nggak, Son?” Yudha yang bingung harus merespons apa, memilih mengangguk. Berharap semoga pilihannya tidak salah. Melihat pergerakan tengkuk Yudha, labium Kara tertarik miring. Perempuan itu menyeringai hebat. Kara semakin mendekat, memangkas jarak di antara dirinya dan Yudha lalu menaruh telunjuk di perut Yudha. Tiba-tiba telunjuk itu dinaikkan perlahan-lahan sampai leher Yudha dengan tatapan liar yang intens. Yudha mulai menggelinjang, bak kupu-kupu berhinggapan di perutnya. Geli sekali! Pria itu merinding hebat merasakan sentuhan lembut dari tangan sang aktris, Kara Tamara. “Kalau cape, kamu boleh milih! Mau istirahat atau mau … aku bikin lebih cape?” Hal itu sontak membuat Yudha shock berat dan langsung memelotot hebat. Seakan tidak percaya pada rayuan buas yang terus-menerus dilontarkan sang Kara Tamara dengan nada manjanya. Seakan belum cukup, Kara menggigit labium bawahnya dengan tatapan netra sayu. “Tyson! Kamu mau aku … nggak, hm?” Yudha yang masih polos sontak memilih mundur begitu saja, takut khilaf di tempat. Bryan, sang sutradara, sontak berdiri dari tempat duduk dan menepuk tangan sekeras mungkin. Takjub sekaligus kagum terhadap aksi yang diperbuat Kara. Aksi menggoda itu tidak begitu berlebihan tetapi tetap saja mampu membuat pria mana pun lemah! Memang, Kara kelihatan masih agak kaku. Namun, jelas dia memiliki bakat luar biasa yang masih bisa dipoles agar menjadi lebih baik. “Kara Tamara, saya rasa kamu bisa menjadi salah satu kandidat terbaik mengisi peran Bella!”
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN