bc

Berawal Dari Sandiwara

book_age16+
2.6K
IKUTI
19.3K
BACA
billionaire
possessive
family
goodgirl
CEO
boss
student
sweet
campus
first love
like
intro-logo
Uraian

Cover By : Pexels

Rachel Ganendra dan Alvaro Gilinsky. Dua manusia yang tidak bisa akur semenjak pertemuan pertama mereka, kini harus terjebak dalam permainan Nyonya Andin dan juga Salsha yang merupakan Ibu dan adik dari seorang Alvaro Gilinsky. Semuanya berawal dari Nyonya Andin yang tiba tiba sakit dan meminta Alvaro untuk berpura pura berpacaran dengan Rachel dengan alasan ia sudah muak dengan teman teman sosialitanya yang sering mengatakan jika Alvaro adalah seorang gay karena tidak pernah terlihat bersama seorang gadis. Alvaro yang awalnya menolak, seketika patuh ketika Nyonya Andin tidak mau makan dan minum obat. Dengan perjanjian mereka hanya akan pura pura berpacaran selama 2 bulan dan tidak lebih.

Apa jadinya ketika tiba tiba cinta hadir di antara mereka?

chap-preview
Pratinjau gratis
1. Pertemuan Pertama
Di Senin pagi yang cerah ini, jalanan nampak begitu ramai dengan kendaraan yang berlalu lalang dan pejalan kaki yang berjalan di setiap trotoar. Dari sebagian pejalan kaki yang berlalu lalang itu, ada seorang gadis yang telinganya terpasang headset berjalan dengan tenang tanpa mempedulikan keadaan sekitar. Ia adalah Rachel Ganendra, anak kedua dari dua orang bersaudara. Rachel adalah seorang anak dari pengusaha yang terkenal di Indonesia, tapi banyak yang tidak mengetahuinya karena Rachel menyembunyikan identitasnya sebagai anak dari seorang pengusaha. Rachel terus berjalan di trotoar hingga saat ia sudah berada tepat di zebra cross, tempat penyebrangan untuk ke trotoar sebelah. Tanpa melihat ke arah kiri kanan, Rachel menyebrang begitu saja karena sebelum ia menyebrang lampu lalu lintas masih berada di merah. Beberapa langkah saat Rachel berjalan di zebra cross itu, ia tidak menyadari jika lampu merah sudah berganti jadi hijau. Saat hampir saja ia tiba di trotoar sebelah, tiba-tiba sebuah mobil yang melaju dengan cepat menggerem mendadak dan juga membunyikan klakson saat melihat Rachel yang menyebrang secara tiba-tiba itu. Gadis seakan tidak peduli hingga mobil itu berhenti dengan jarak beberapa centi saja dari tubuhnya. "Adek, kamu kalo mau nyebrang jalan liat keadaan sekitar kamu dulu baru nyebrang, jangan main nyebrang kayak gini aja, untung gak sampai saya tabrak." Ucap seorang pria pengendara mobil yang hampir saja menabrak Rachel itu. "Apa lo bilang Adek? Sejak kapan gue punya kakak yang penampilannya kayak Om-om gini? " Tanya Rachel tanpa ada rasa takut. Pria yang berdiri di hadapan Rachel melongo tidak percaya ketika mendengar perkataan yang keluar dari mulut gadis di depannya. Padahal ia sudah berusaha berbicara baik-baik, tapi gadis di depannya ini seakan ingin mengejek dirinya. Apa mata gadis itu bermasalah sampai mengatakan jika penampilannya seperti Om-om. Ini adalah setelan formal untuk ke kantor, dan juga apa gadis di hadapannya ini tidak tahu siapa ia sebenarnya. Lagi pula usianya masih 26 menuju ke 27 tahun di beberapa bulan yang akan mendatang, dan merupakan seorang pria lajang yang belum menikah, karena pikiran untuk menikah belum terlintas di pikirannya. "Wah lo nggak ada etikanya sama sekali jadi cewe. Lo nggak tau apa yang akan terjadi sama orang yang bersikap kurang ajar sama gue?" Pria itu seketika langsung mengganti cara bicaranya karena kesal dengan gadis di depannya ini. Ia seakan lupa jika biasanya ia tidak akan gampang terpancing dengan orang-orang yang ia rasa tidak penting. Tapi gadis di depannya ini, tanpa sadar telah membuat ia terpancing untuk berdebat dengannya. "Gue nggak tau, dan gue nggak mau tau!" Jawab tegas Rachel mendongak ke arah pria itu yang lebih tinggi darinya dengan tatapan tajam ia berikan pada pria yang berada di hadapannya ini. "Sial! Cewe ini gila apa, nggak sopan banget sama gue. liat aja lo nanti." Umpat pria itu dalam hati. "Gue adalah salah satu dari pengusaha sukses yang terkenal di negara ini." Ucap pria itu dengan sombong, tanpa mengatakan siapa namanya, ia sengaja karena ingin melihat apakah gadis di hadapannya ini akan terkejut ketika tahu siapa ia sebenarnya. "Oh." Rachel ber'o'riah mendengar perkataan yang terdengar sombong dari pria di hadapannya ini. "Oh?" Tanya pria itu seakan tidak percaya dengan apa yang ia dengar. Ekspetasi yang sudah tersusun rapi di kepalanya harus musnah karena satu kata singkat dari gadis itu. "Terus lo mau apa? Gue harus muji lo gitu karena lo itu pengusaha terkenal? Terus lo orang kaya yang terpandang, karena semua orang pasti tau karena lo itu pengusaha terkenal. Lo mau gue kayak gitu? Maaf aja gue orangnya suka pelit buat muji orang, apalagi orang kayak lo gini " Rachel terkekeh dan memandang pria itu seakan merendahkannya. Apa yang bisa di banggakan jika hanya kekayaan dan juga terkenal pikir Rachel. "Dasar cewek gila." "Atas dasar apa lo ngatain gue gila, tuan muda kaya yang terhormat?" Ucap Rachel, ada nada mengejek di perkataannya itu. "Lo kan emang gila, udah nyebrang jalan nggak liat keadaan, terus sekarang berani ngatain gue lagi." Decak kesal pria di depannya ini. Rachel kembali terkekeh karena pria di hadapannya ini terlihat kesal, tapi masa bodoh pikir Rachel. "Dasar style Om-om. Oh atau udah jadi Om-om yang beristri 12 ya?" "Apa maksud lo? "Oh ups ada yang tersinggung nih." Rachel menggerakkan satu telapak tangannya untuk menutup mulutnya. "Dasar cewe nggak tau diri." "Om- om nggak tau malu, yang mungkin udah banyak istri di rumah yang lagi nunggu suaminya buat pulang." "YAH! LO PENGEN GUE BUAT SATE LAMA-LAMA!!!" Pria itu sungguh sudah sangat kesal sekarang. Gadis di hadapannya ini, seakan terus memancing emosinya. "Coba aja lo buat gue jadi sate om, siapa tau bakal laku keras dan buat lo makin kaya nantinya." "Cewe bodoh" "Om-om gila" "Dasar Cewe nggak sopan." "BERHENTI!" Ucap tegas seorang polisi dengan nada tinggi karena ikut kesal karena kedua orang yang tidak mau kalah dalam berdebat itu sudah membuat lalu lintas menjadi macet karena mobil yang terparkir tidak di tempatnya. "Diam." Ucap Rachel dan pria itu sama-sama, mereka tidak mempedulikan orang yang ingin merelai mereka. Mereka memandang satu sama lain dengan pandangan permusuhan. Tanpa di sadari oleh mereka berdua, jika saat ini mereka telah menjadi pusat perhatian dari orang orang di sekitar mereka. Tapi sepertinya mereka tidak peduli dengan itu karena polisi saja yang mencoba merelai perdebatan mereka di suruh untuk diam. Atau mungkin mereka tidak menyadari jika yang memberikan perintah itu adalah seorang polisi. "Tolong, jika ada masalah dalam rumah tangga, jangan kalian bawa-bawa sampai ke tempat umum seperti ini." Ucap Polisi itu, sekali lagi mencoba merelai kedua orang yang masih berdebat itu. Rachel dan pria itu langsung menatap tajam ke arah polisi yang mengatakan kata kata yang tidak mereka suka. "Pak polisi bilang masalah rumah tangga? Maaf Pak, tapi saya benar benar tidak sudi jika harus punya istri kayak dia Pak." Pria itu tampak tidak terima dengan perkataan dari polisi tersebut. "Saya juga sangat dan sangat tidak sudi pakai banget pak polisi jika harus punya suami yang style kayak Om-om gini. Eh udah Om-om juga mungkin pak polisi." Ucap Rachel tidak mau kalah. "Heh, mulut lo tuh di jaga ya, gue bukan Om-om yang seperti yang lo katakan, gue masih pria lajang." Ucap pria itu tidak terima perkataan dari gadis di hadapannya ini. "Wah nggak laku dong kalo gitu. Tapi gimana mau laku juga sih kalo penampilan lo aja yang kayak gini, cewek-cewek pada lari liat lo." Ucap Rachel, ia sedikit mendekatkan tubuhnya pada pria di hadapannya dan berbisik. "Tapi kayaknya karena lo punya banyak uang, mungkin banyak yang bakal kejar lo.Yah walaupun cuma karena harta lo doang." Setelah berkata seperti itu, Rachel kembali menjauhkan tubuhnya dari pria di hadapannya dengan senyum miring. "Dasar cewek nggak waras." Teriak kesal pria itu. "Kalo gue cewek nggak waras, terus lo bisa di sebut apa karena bicara sama cewek nggak waras kayak gue?" "Udah kalian berhenti sekarang, lalu lintas jadi macet gara-gara mobil kalian menutupi jalan bagi kendaraan lain." Ucap polisi itu dengan nada tegas, ia sungguh sangat kesal dengan kedua orang di depannya ini. karena dua-duanya sama sekali tidak ada yang mau mengalah. "Maaf bapak polisi yang terhormat, ini mobilnya pria nggak laku bukan mobil saya sama dia." Koreksi Rachel pada perkataan Polisi. "Terserah mau mobil siapa, yang penting sekarang kalian berdua stop aduh mulutnya dan laksanakan saja aktivitas kalian masing masing." Ucap polisi itu berusaha sabar merelai dua anak manusia di hadapannya ini. "Yaudah saya pergi dulu pak, takut lama-lama disini karena ada pria nggak laku, nanti ketularan nggak laku lagi saya." Ucap Rachel memasang senyuman menawan. "Dasar cewek nggak waras." Teriak pria itu yang di abaikan oleh Rachel, ia terus berjalan seakan tidak terjadi apa-apa. "Udah udah, sekarang anda lebih baik menjalankan mobil anda yang menutupi jalan karena posisi mobil yang tidak terparkir di tempat yang seharusnya." Ucap sang Polisi, dengan rasa kesal bercampur marah pria itu masuk kedalam mobilnya dan mulai mengendarai mobilnya dengan amarah yang memuncak. "Sialan tuh cewek, dia pikir dia siapa berani beraninya rendahin aku kayak tadi." Umpat kesal pria itu, ia memukul stir mobilnya sesekali untuk menghilangkan rasa kesalnya. "Cih, cewek bar-bar kayak gitu, aku nggak yakin ada cowok yang mau jadi pacarnya. Kelakuannya aja udah mines kayak gitu, mana ada yang mau. Aku aja ogah buat jadi pacar itu cewe, idih amit amit." Sementara berkendara dan berbicara sendiri karena kesal dengan gadis yang bertemu dengannya tadi, pria itu menambah kecepatan mobil saat mengingat jika ia ada pertemuan dengan salah satu kliennya untuk membahas kembali proyek yang sedang mereka jalankan bersama. "Sial! Gara gara itu cewek nggak waras, gue jadi nggak profesional gini." Pria itu memakai handsfree dan mendial nomor seseorang dengan ponselnya. Jari jari tangannya mengetuk-ngetuk di stir mobil selagi panggilannya belum juga di angkat. Alvaro: Vin, apa Pak Andi Alexander sudah sampai di kantor? Saya masih dalam perjalanan menuju ke sana. Alvin: Pak Alexander sudah berada di kantor sekitar setengah jam yang lalu bersama dengan sekretarisnya Pak. Itulah jawaban yang diberikan oleh Alvin sekretarisnya. Tanpa berkata apa-apalagi ia memutuskan sambungan telepon itu dan melajukan mobilnya. Ah kesal rasanya ketika tidak bisa profesional seperti ini, ia selalu berusaha untuk membuat semua berjalan dengan rapi, tapi karena ia bertemu dengan gadis kurang ajar itu, membuat waktu berharganya terbuang sia-sia seperti ini.

editor-pick
Dreame-Pilihan editor

bc

B̶u̶k̶a̶n̶ Pacar Pura-Pura

read
155.8K
bc

Hasrat Meresahkan Pria Dewasa

read
30.4K
bc

TERNODA

read
198.7K
bc

Sentuhan Semalam Sang Mafia

read
188.6K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
233.8K
bc

Setelah 10 Tahun Berpisah

read
58.9K
bc

My Secret Little Wife

read
132.1K

Pindai untuk mengunduh app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook