-*-*-*- “Ngga apa-apa,” -potong Rafael.- “Aku udah kangen,” Usai kalimat singkat yang diucapkan Rafael itu, Rafael terdiam di tempatnya dengan memandang layar ponselnya yang menampilkan profil picture Gianna yang dipakai untuk kontaknya. Ia nampaknya sedang istirahat, terlihat dari tempatnya berada sekarang. Di dalam studio dance yang cukup luas, di hadapan cermin seluas dinding di depan, kanan, dan kirinya. Ia sendirian disana. “Hahhh … ,”Rafael menghempaskan tubuhnya ke atas lantai secara tiba-tiba dengan menutup matanya dengan tangannya. “Kenapa dulu gue harus putus hubungan sama dia?” ucapnya dengan nada sendu menyesali semua yang pernah dilakukannya. “Andai … ,” Kata itu, satu kata itu selalu saja Rafael lontarkan setiap kali teringat dengan pilihannya yang salah kaprah di mas

