bc

November

book_age16+
7
IKUTI
1K
BACA
time-travel
second chance
playboy
self-improved
drama
love at the first sight
affair
cuckold
selfish
stubborn
like
intro-logo
Uraian

Setelah enam belas tahun hidup lamanya, baru malam itu Maureen melihat kedua orang tuanya cekcok hebat, saling mengadu mulut satu sama lain, membanting semua benda yang ada di sekitarnya.

Kejadian tersebut tentu saja membuat Maureen selalu terbayang hebat, tak bisa fokus saat berada di sekolah dan sampai akhirnya ia memutuskan untuk pergi membolos saja bersama dengan Rina. Keputusan Maureen untuk membolos justru membuatnya harus bertemu dengan Malven, sang pria tampan yang sejak pada pandangan pertama berhasil menyita perhatiannya.

Berkenalan dengan Malven sampai membuatnya menjadi kekasih Malven membuat Maureen sangat senang, namun sebuah bencana besar bagi hubungan mereka berdua membuat kelabilan antara keduanya terlihat semakin kentara. Kekangan serta keegoisan tak dapat mempersatukan sebuah cinta yang ada.

"November kali ini kita bersatu, tetapi tidak tahu November selanjutnya."

Apakah Malven dan Maureen akan bersatu nantinya? Apakah mereka berdua siap menerjang badai yang ada dalam hubungan mereka? Penasaran dengan kisah Maureen—Malven? Yuk baca kisahnya!

chap-preview
Pratinjau gratis
1. SMA Pancadarma
Seorang gadis dengan lesunya berjalan memasuki ruang kelas yang memang ia tepati beberapa bulan terakhir. Ia melempar sembarang arah ransel biru mudanya dan langsung duduk di kursi bagian belakang. Tempat duduk favorit di kelas ini berada di belakang, selain bisa tidur saat pelajaran, di belakang juga terdapat air conditioner yang sangat terasa, tak hanya itu di belakang juga terdapat karpet bulu untuk mereka tidur. Sebenarnya kegunaan karpet bulu tersebut bukanlah untuk tidur, kegunaan karpet bulu tersebut untuk literasi. Di sekolah SMA Pancadarma ini memang terdapat jam literasi tersendiri. Oleh karena itu kas kelas mereka gunakan untuk membeli karpet bulu multifungsi. "Kenapa muka lo asem banget padahal masih pagi? Belum sarapan?" tanya seorang gadis yang duduk di karpet bulu dengan mulut yang masih mengunyah makanan. "Sebel banget gue sama Cueng, padahal gue cuma telat tiga puluh menit doang, Rin." Namanya Maureen Firanti, gadis yang sedari tadi melempar tas ransel biru mudanya, gadis yang menekuk bibirnya dan gadis yang mencak-mencak tidak jelas. Acap kali gadis itu dipanggil Maureen, sedangkan gadis yang duduk di karpet bulu dengan mengunyah makanan itu bernama Asrina Ayu—sahabat Maureen sejak duduk di bangku kelas sepuluh. "Ya lo pikir aja, tiga puluh menit itu lama, gue yang telat satu menit dua menit aja dihukum sama Pak Sugeng, apalagi lo," jawab Rina dengan sarkas. Mendengar jawaban Rina, Maureen semakin memanyunkan bibirnya ke depan. "Ya bodo amat! Pokoknya gue sebel!" gerutu gadis itu lagi. Rina hanya bisa mengusap dadanya, sabar Rina. Orang sabar disayang Tuhan. "Hari ini ada pengumuman ulangan sejarah, Mamih Christin pasti bakalan puji-puji lo terus karena dapet nilai bagus," peringat Rina tentang jam pertama di kelas XII IPS 2. Maureen yang mendengar ucapan Rina langsung menerbitkan senyumnya. Di kelas ini Maureen adalah anak emas. Di kelas ini Maureen adalah anak pandai yang selalu menjadi tangan kanan guru. Maureen selalu menjadi contoh yang baik. Apalagi Mamih Christin, guru sejarah yang rambutnya selalu digelung bak putri keraton itu selalu menganak emaskan Maureen.  "Makanya lo besok-besok belajar supaya bisa dapet nilai bagus dan jadi anak emas, wlee!" Maureen langsung menjulurkan lidahnya, meledek Rina. "Ogah, lo tau sendiri gue hobi minggat. Apalagi minggatnya karena pacaran sama Gavin." Balasan Rina benar-benar meledek. Rina memang mempunyai pacar bernama Gavin Sanjaya.  Gavin Sanjaya adalah seorang pria yang baru saja lulus dari masa putih abu-abu. Pria itu sekarang kerja di salah satu bengkel dan tidak melanjutkan pendidikan karena kehalang biaya finansial. Hubungan Gavin dan Rina sudah berjalan cukup lama, satu tahun lamanya. Maureen melemparkan tisu ke arah Rina, dengan tatapan tajam ia nampak tersindir karena jomblo. Sebenarnya Maureen memiliki banyak penggemar karena kecantikannya dan kepandaiannya di SMA Pancadarma ini. Ah iya, jangan lupa jabatan Maureen sebagai anak emas yang membuat semua orang berdecak kagum. "Bucin mulu hidup lo! Sekali-kali belajar, jangan pacaran mulu. Inget kelas dua belas woy!" sindir Maureen yang nampak sebal. Tak tinggal diam, Rina kembali melemparkan boneka kecil yang ada di sudut karpet bulu ke arah Maureen. "Lo juga belajar! Santai banget hidup lo karena jadi anak emas, kerjaannya telat, kerjaannya make-up di sekolah!" balas Rina tak kalah sarkas. "Yee! Suka-suka gue lah!" Maureen membuka ransel yang tadi ia buang ke sembarang arah. Gadis itu mencari pouch ajaib yang selalu dibawa ke mana-mana tanpa terkecuali.  Pouch make-up yang terdapat seluk-beluk kecantikannya di sana. Ada bedak, maskara, lip-balm, lip-tint, lipstick, eyeliner, eyeshadow, dan banyak lagi pokoknya. Setelah pouch tersebut ada di meja, Maureen langsung mengambil bedak dan mengenakan di wajah, gadis itu memoleskan tipis supaya nampak natural. Setelah dirasa cukup, Maureen kembali mengambil lip-balm dan memoleskan di bibir. Step selanjutnya Maureen meraih maskara supaya bisa melentikkan bulu matanya. Sempurna! The real anak emas telah datang. Bulu mata badai, bibir merona, bedak tipis, ah ada yang kurang nampaknya. Maureen belum memoleskan lip-tint supaya bibirnya lebih menyala.  "Make-up mulu hidup lo!" sentak Ardila yang menjadi sahabat Maureen juga. Ardila duduk di depan Maureen. "Tadi gue bangun telat, makanya gue belum sempat make-up. Gue belum sempat kece badai. Kan gue mau ketemu banyak emak sama bapak gue hari ini." Maureen berbicara dengan santainya. Emak bapak yang ia maksudkan adalah guru-guru yang menganggapnya sebagai anak emas. "Yee! Lo mah langganan telat, bukan sehari dua hari, tapi setiap hari," balas Ardila yang memang sama-sama gedek dengan keterlambatan Maureen yang sama sekali tidak bisa ditolerir. Bagaimana bisa ditolerir jika terlambat tiga puluh menit sampai satu jam? Nampak tidak semangat belajar sekali! *** Maureen, Ardila, dan Rina sedang berada di bangku kantin saat ini. Mereka sedang makan dan menikmati waktu istirahat yang lumayan panjang karena pelajaran setelah istirahat adalah jam kosong. "Lo pada mau ikut minggat gak? Gue mau minggat nih abis makan," ajak Rina dengan santainya. Sudah menjadi rahasia umum bahwa Rina sering minggat saat sekolah. Baik ada gurunya maupun tidak ada gurunya. Rina selalu menganggap enteng sekolah. Maureen memasukkan buah yang ada di sendok ke dalam mulutnya. Salad buah adalah makanan yang sedang ia konsumsi saat ini. Bukan bermaksud diet maupun apa, namun Maureen memang sedang memakan makanan sehat saja. "Lo pasti tau jawabannya," sahut Maureen yang tidak ingin membuang-buang tenaga. "Gue sih bukan orang yang suka minggat, nanti gelar anak emas gue ilang, tapi kalau Dila sih gak tau," lanjutnya. Ardila langsung menggelengkan kepalanya. "Bokap nyokap gue udah bayar sekolah mahal-mahal, gue gak mau biaya itu sia-sia dan jatuhnya buang-buang uang karena gue gak memaksimalkan sekolah. Sorry ya, Rin. Gue gak ikut." Dila ini tipe orang yang tidak enakan, menolak permintaan orang saja selalu dibarengi dengan kata maaf. Dila itu hadir dari keluarga yang santun dan terpandang. Keluarga Dila benar-benar dihormati karena masih menanamkan nilai-nilai budaya dan sopan santun. Mungkin karena Dila keturunan Jawa juga makanya etikanya masih bisa dikendalikan. Berbahasa yang baik dan benar serta tidak pernah mengumpat selalu menjadi ciri khas dari Dila, yang sama sekali tidak Rina dan Maureen miliki. "No problem, gue bisa sendiri kok. Jangan selalu minta maaf sama keputusan yang emang udah lo perbuat. Lo berhak mengambil keputusan, dan lo berhak menolak seseorang maupun sesuatu yang emang gak lo suka, lo santai aja. Jangan merasa bersalah, jangan merasa terbebani. Jangan juga merasa gak enak hati." *** Suasana kelas XII IPS 2 sekarang sedang ramai dengan kegiatan masing-masing. Ada yang main t****k. Ada yang bernyanyi ria, bahkan ada yang menggosip di belakang.  Maureen dan Ardila sedang duduk di bangku masing-masing, mereka berdua sedang sibuk dengan kegiatan masing-masing juga. Maureen yang berfoto ria, membuat boomerang, live i********:, sedangkan Dila yang sedang membaca buku sejarah karena tadi pagi gadis itu memasuki salah satu nama di daftar remidi. "Ren, ini gimana?" tanya Ardila yang benar-benar bingung dengan soal di hadapannya. Maureen yang sedang live i********: pun terhenti dan langsung melihat ke arah Dila. "Liat di halaman seratus empat puluh lima, di sana dijelaskan tentang materi ini, lo baca aja sampai selesai." Maureen benar-benar buku pelajaran milik XII IPS 2. Halaman serta bab di setiap pelajaran pun Maureen hapal. Sepertinya Maureen sudah menguasai semuanya dengan baik. "Okay, thank you, Maureen." "Ren, lo dipanggil Bu Intan supaya ke ruang BK sekarang juga!" 

editor-pick
Dreame-Pilihan editor

bc

Super Psycho Love (Bahasa Indonesia)

read
88.6K
bc

GARKA 2

read
6.2K
bc

B̶u̶k̶a̶n̶ Pacar Pura-Pura

read
155.8K
bc

Perfect Revenge (Indonesia)

read
5.1K
bc

Sentuhan Semalam Sang Mafia

read
188.6K
bc

DIHAMILI PAKSA Duda Mafia Anak 1

read
40.9K
bc

TERNODA

read
198.7K

Pindai untuk mengunduh app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook