Hari berganti hari terasa begitu menyenangkan namun sayang rasa itu hanya bertahan sebentar enatah apa yang membuat pikiran zahra berkelana dengan liar.
Hati dan pikiran nya seakan berperang. Entah lah seperti sesuatu yang mengatakan jika zidan akan meninggal kan nya, namun tetap saja ia mengenyah kan pikiran tersebut, menganggap hanya kekehawatiran yang berlebihan, namun beda dengan isi hati yang selalu merasa takut dan membenarkan perasaan tak enak yang selalu ia rasakan belakang ini.
Belum lagi sifat carlos akhir-akhir ini sedikit berbeda seperti biasa, pria itu lebih suka lembur dikantor ketimbang membawa pekerjaan nya pulang. Namun zahra percaya suaminya pasti memang bekerja dan tidak bakal aneh-aneh, yah semoga saja.
zahra memutus kan berjalan-jalan kesebuah mall, ia ingin merefresh kan pikiran nya.
Saat asik melihat-lihat zahra di kaget kan dengan sebuah tepukan pelan.
"Zahra ya." Sapa wanita paruh baya itu.
"Iya tante, mm tante Fitri." Ucap zahra ragu
"Iya, oh kebetulan sekali kita ketemu disini nak." Kata tante Fitri begitu senang
"Iya, tante Fitri tambah cantik aja,saya sampe pangling tadi."kata zahra lalu memeluk tante Fitri sebentar.
"Aah kamu bisa aja."ia memukul pelan lengan zahra malu.
"Kamu sama siapa kesininya, sayang."lanjut tante Fitri sambil mencari seseorang
Zahra Seakan tau apa yang dicari oleh Tante Fitri
"bunda nggk ikut tante, lagian bunda sudah nggk tinggal disini lagi." Jelas Zahra
"Oh begitu ya , kirain tadi kamu bersama bunda mu. Hmm bagai mana kita kesana sebentar, Tante pengen ngobrol sama kamu." Ucap tante fitri dengan semangat. Ia berjalan menuju caffe yang tak jauh dari mereka berdiri.
"Boleh."
"Ehem"
intruksi seseorang membuat Zahra baru sadar jika tante Fitri tidak hanya sendiri.
"Aduh sampe lupa, sayang kenal kan ini Bastian anak perjaka tua tante."zahra terkekeh mendengar panggilan tante Fitri kepada anak nya itu.
Pria yang bernama Bastian itu pun berdecak sebal.
"Siapa bilang aku masih perjaka mom."seketika kepala bastian digeplak oleh tante Fitri, hingga pria itu sedikit mendunduk akibat tamparan cukup keras diabagian belakang kepala nya.
Tante Fitri melotot garang kearah anak nya
"bilang sama mommy siapa yang memperjaka kan kamu? siapa. Kamu jangan suka jajan sembarangan ya, mommy nggk pernah ngajarin kamu begitu. Ntar mommy sunat dua kali biar tau rasa kamu." Omel tante Fitri, mendengar kata sunat seketika Bastian menelan ludah nya susah payah.
" iss nggk boleh gitu sama anak sendiri, kalau dipotong lagi nantik kasian calon istri ku, nantik dia tidak puas, karena milik suaminya yang kecil."kata Bastian dengan polos, zahra tertawa melihat aksi ibu dan anak tersebut.
"Apakah saat zidan besar aku akan seperti itu, pasti menyenangkan." Pikirnya. Memikirkan malaikat kecil nya membuat dia jadi rindu
"Ayo sayang kita pergi." Ajakan tante Fitri membuat ia tersadar dari lamunan nya.
"Aah iya tante." Zahra pun berjalan berdampingan dengan tante Fitri sedangkan anak nya berjalan dibelakang sembari mengomel tidak jelas, mungkin ia masih kesal karena perlakuan tante Fitri terhadapnya tadi.
Tante Fitri masih saja mengoceh, zahra tersenyum menanggapi setiap kata yang keluar dari bibir wanita berumur itu.
"Sekarang Ani tinggal dimana." Tanya tante fitri saat mereka sudah duduk dan menunggu pesanan datang.
"Bunda sekarang tinggal di desa tante, kata ayah mereka ingin menikmati hari tua dengan tempat tinggal yang bersih bebas polusi, belum lagi beberapa waktu lalu sempat heboh gara-gara satu virus hingga membuat banyak yang panik kan, jadi ayah memutuskan untuk pindah saja." Tante Fitri mengangguk mengerti.
"Iya, tante kemarin juga sempat panik, tapi sekarang untung nya sudah kembali normal lagi yah walau pun belum 100% namun kita tetap harus jaga-jaga juga kan."
Percakapan mereka sangat seru, Tante Fitri dulu adalah tetangga Zahra, sekaligus teman bunda saat masih kanak-kanak hingga mereka dewasa.
Dulu bunda sempat menceritakan pada nya kalau ia pernah ditinggal oleh suami pertamanya akibat hubungan Affair,
suami tante Fitri lebih memilih selingkuhan nya ketimbang tante fitri yang dulu sedang mengandung anak mereka.
Tapi yang zahra lihat sekarang tante Fitri terlihat bahagia, mungkin karena suami keduanya sangat memperhatikan nya, terlihat dari wajah yang terawat dan tampak bahagia.
Zahra memang tidak tau suami pertama tante Fitri, tapi ia sangat kenal om rusli, suami kedua wanita itu, om Rusli pria yang tampan dan juga penyayang, terlihat waktu itu ia selalu membawa Bastian kemana-mana dan sangat memperhatikan anak tirinya itu.
Zahra memang mengenal Bastian, tapi ia tidak tau nama pria itu, ia hanya tau wajah nya saja, karena mereka terpaut cukup jauh. Bastian orang yang sangat cuek dan dingin, namun dia akan lembut jika bersama dengan orang yang dia sayang.
"Mas Bastian sekarang kerja dimana." Tanya zahra kearah pria yang tengah diam sambil memandang kearah luar itu.
mendengar pertanyaan dari zahra, seketika bastian menatap wajah zahra begitu dalam seolah menyalurkan kerinduan.
"Hhmm saya kerja kantoran, lebih tepat nya meneruskan usaha daddy." Ucap pria itu dengan sopan.
Zahra tersenyum membalas tatapan Bastian " waah hebat, semoga bisnis yang dijalani sekarang lancar ya mas." Ucap zahra dengan tulus. Bastian tidak melepas pandangan dari gadis itu.
Zahra yang ditatap begitu intens seketika merasa risih hingga sebuah bunyi tepukan terdengar dari arah Bastian, pria itu meringis akibat layangan tangan cantik ibu nya yang memukul bahu nya dengan keras
"jangan tatap zahra begitu, dia risih." Ucap tante Fitri galak.
"Ya ampun mom, kenapa jadi galak gini sih" sungut bastian
"Permisi bapak ibu, ini pesanan nya." Ucap Batista itu seraya meletakan makanan dan minuman dimeja mereka.
"Selamat menikmati ."ucap si Batista itu dengan sopan.
"Terimakasih." Balas Zahra dengan tersenyum manis, si barista itu tersenyum seraya mengangguk sopan
"Ayo dimakan nantik keburu dingin." Mereka makan dalam diam dan sesekali Zahra menanggapi pertanyaan dari tante Fitri.
Tepat pukul lima sore Zahra sudah pulang, ia melihat anak nya tengah menatap tv dengan serius, dia tidak melihat mobil suaminya, mungkin belum pulang pikir nya begitu.
Ia membersihkan diri dan setalah itu Zahra menghampiri anak nya itu
"Mama, papa kapan pulang." Kata zidan dengan sedih
"Sebentar lagi ya, mungkin papa lagi sibuk, Zidan mau kue, tadi mama beli kue kesukaan Zidan waktu ke mall." Kata Zahra sembari menarik lembut anak nya menuju dapur.
"Wow banyak banget mah."kata zidan senang.
"Iya mama sengaja beli banyak biar Zidan puas dan banyak makan nya biar makin gede." Zidan terkekeh melihat zahra
Tak lama suara mobil terdengar
"yee papa pulang." Teriak Zidan dengan riang, kaki kecil itu berlari menuju pintu, Zahra menggeleng kepalanya melihat Zidan yang begitu senang.
"Hey,lagi apa." Tanya carlos lalu mengecup kening nya.
"Ini lagi motong brownies kesukaan anak mu." Ucap zahra dengan tersenyum
Seketika carlos mengecup bibir istri nya "iih papa jangan cium mama, papa mandi sana nantik banyak kuman." Ucap Zidan yang begitu polos membuat carlos gemas.
"Uuh sudah pintar sekarang anak papa, iya deh papa mandi dulu." kata carlos sembari mengecup pipi anak nya dan berlalu pergi
"Iih papa!" Carlos tertawa
Ia sangat suka menjaili anak nya itu, sangat lucu dan menggemaskan
Ia sangat tau anak nya tidak suka disentuh jika orang tuanya belum mandi.
Setelah magrib mereka makan malam sambil mendengar celoteh dari Zidan dan sesekali mereka menanggapi pertanyaan dari anak nya tersebut.
Setelah itu Zahra menemani Zidan bermain sebentar dan meniduri nya tak lama setelah penat bermain.
Sedang kan carlos sibuk diruang kerjanya, dia bukan sibuk mengetik sesuatu, lebih tepat nya ia tengah sibuk memikirkan tubuh sekretaris nya yang begitu menggoda iman nya.
Keesokan nya carlos pergi kekantor, ia tidak bisa mengantar Zidan ke sekolah, hal hasil Zahra terpaksa mengantar anak nya itu.
Zidan begitu senang, ia menceritakan teman-teman kelasnya sangat baik terutama gadis kecil bernama Zainab .
"Nah sudah sampai, zidan belajar yang pintar ya, dengerin kata bu guru dan jangan nakal ok." Zidan mengangguk semangat
"Ok."
Tangan kecil itu membentuk huruf o, zahra terkekeh pelan dan mengacak rambut anak nya.
"semangat belajarnya sayang."zahra melambai tangan nya kearah Zidan.
"Dadah mama." Kata zidan membalas lambaian tangan zahra, lagi-lagi hatinya serasa tercubit saat anak nya melambaikan tangan seperti itu. seketika ia teringat gambar anak nya yang beberapa hari lalu.
Saat zidan berjalan cukup jauh seketika ia menoleh kebelakang melirik mamanya yang masih tersenyum itu.
Zidan berbalik lalu berlari kearah zahra, seketika zahra berjongkok entah kenapa nalurinya nya mengatakan anak nya ingin dipeluk.
Dan tubuh Zidan menubruk tubuh zahra sedikit keras "aku sangat sayang mama." Zidan pun mengecup pipi dan bibir zahra.
"Mama tau, mama juga sayang zidan." Zidan semakin mengerat kan pelukan nya dan berlari lagi menuju teman-teman nya yang sedari tadi menunggui Zidan.
Zahra menatap punggung anak nya yang berlalu hingga tubuh itu menghilang dibalik pintu kelas nya.
"Anak mu." Ucap suara pria bertanya pada nya.
Zahra menegakan tubuhnya dan melihat siapa yang menyapa.
"Ooh mas Tian, iya itu anak saya."kata Zahra tersenyum
"Kau sudah menikah?"tanya pria itu
"Iya mas."Bastian mengangguk kepalanya
"Kalau begitu saya permisi pamit pulang mas." Pamit Zahra dengan sopan dan dibalas anggukan dari pria itu.
Disisi lain carlos tengah mati-matian menahan gairah nya pasal nya, sekretarisnya dengan sengaja berpakaian begitu menantang birahi nya.
Carlos sengaja menyibukkan diri dengan berkas-berkas yang sedari tadi ia pegang.
Jam sudah menunjuk kan pukul 4 itu berarti anak nya pasti sudah pulang.
"Pak pukul 4 ini ada pertemuan dengan klien disebuah hotel bintang lima." Ucap sekretaris nya.
"Baiklah, siap kan semuanya." Kata carlos begitu datar.
"Baik pak." Kata analisa seraya tersenyum menggoda sembari menunduk tubuh nya seolah memberi hormat dan berlalu
"Aaahh apa wanita itu tidak sadar, d**a nya begitu terlihat jika menunduk seperti itu." Gumam carlos frustasi.
Tbc