Di ruang tamu di waktu yang bersamaan.
Terlihat diruang tamu Yuda tengah berobrol santai dengan papanya Shifa yaitu papa Surya. Waktu masih menunjukan pukul 06.00 tapi Yuda sudah sampai saja tuh dirumah Shifa. Mentang-mentang sekarang sudah tahu rumah Shifa lagi. Obrolan mereka tiba-tiba terhenti sesaat. Itu disebabkan karena teriakan mama Safa yang sangat nyaring terdengar sampai ruang tamu. Padahal kamar Shifa berada di lantai 2.
“Om, minta maaf dengan setulus-tulusnya nak Yuda, karena memang belum sempat berterima kasih dengan nak Yuda waktu itu.” Papa surya berargumen dengan nada merendahnya karena memang sangat menyesal 12 tahun yang lalu belum sempat berterima kasih kepada Yuda.
“Oh, tidak masalah om. Justru yang harus memohon maaf saya. Karena tidak menjenguk Shifa waktu itu.” Jelas Yuda sedikit panjang.
“Om itu sebenarnya sudah mencari keberadaan kamu, tapi karena waktu itu katanya kamu sudah berangkat ke Lebanon, akhirnya om belum sempat mengucapkan banyak-banyak terima kasih pada nak Yuda, perihal nak Yuda sudah menolong anak gadis om yang bandel.” Jelas papa Surya lagi.
Terlihat Yuda tersenyum lega, karena ternyata orang tua Shifa yang waktu dulu baru bertemu 1 kali saja, masih menyimpan ucapan terima kasihnya. “Tidak masalah om, kalau om berada di posisi yang sama pada waktu itu, pasti om juga akan melakukan hal yang seperti saya lakukan ke putri om.” Jawab Yuda dengan perasaan lega.
Papa Surya merubah posisi duduknya dengan menyilakan salah satu kaki kanannya ke atas kaki kirinya. “Ngomong-ngomong, pagi buta seperti ini nak Yuda ada janji dengan putri saya?” papa Surya tanya dengan nada keponya ke Yuda.
“Iya om, sebelumnya saya minta maaf karena pagi-pagi sudah mengganggu kedamaian hari libur om bersama keluarga.” Jawab Yuda dengan nada sopannya.
“Oh tidak masalah.” Jawab papa Surya singkat.
Yuda terlihat menundukkan kepalanya, dia merasa ragu ingin mengatakan kepada papanya Shifa. Akan tetapi otak Yuda yang cerdik terus saja berfikir mengajak Yuda untuk memanfaatkan waktu yang ada. Yuda berfikir jika tidak sekarang waktunya untuk mendekati orang tua Shifa, terus mau kapan lagi. Sedangkan Yuda mencari Shifa sudah sangat lama tidak ketemu-ketemu juga. Dan inilah saatnya kesempatan itu. “Gini om, kebetulan hari ini kan saya libur, dan Shifa juga sepertinya juga libur.” Setelah mengatakan hal itu Yuda berhenti sejenak. Dia sebenarnya sangat ragu mau mengatakan yang sesungguhnya. Tapi dengan penuh keberanian Yuda tetap saja mengatakan sejujurnya kepada papanya Shifa. “Saya mau mengajak Shifa mengunjungi bunda saya di kota Y, kebetulan saya baru dapat kabar kalau bunda saya masuk Rumah Sakit di kota Y.” Jelas Yuda yang tampak ragu untuk mengatakan hal itu.
Pada awalnya papa Surya ragu untuk memberikan ijin kepada Yuda. Akan tetapi papa Surya ingat, kalau Yuda bukan pria baik, pasti dia dulu tidak memperdulikan Shifa sama sekali. Akhirnya papa Surya memberikan ijin kepada Yuda. Meski ijin itu penuh dengan syarat.
“Mas Yuda.” Tiba-tiba suara seorang gadis yang berasal dari belakang papa Surya. Gadis itu masih mengenakan piama panjang bergambar Hello Kitty.
Sontak kedua pria yang masih mengobrol itu langsung menoleh ke sumber suara itu. “Shifa” Ucap Yuda lirih.
Melihat ekspresi Shifa yang masih dengan wajah muka bantal, membuat Yuda merasa geli. Karena shifa terlihat sangat imut dan lucu seperti anak yang masih berusia 13 tahun.
“Dhek, kenapa belum mandi?” Tanya papa Surya kepada Shifa.
“Kan sekarang hari libur pa,” Jawab Shifa santai sembari menuju sofa yang ada diruang tamu. “Mas Yuda kenapa pagi-pagi sudah kesini. Ada perlu apa?” Sambung Shifa bertanya kepada Yuda.
“Dheeeek….”Papanya memanggilnya dengan unsur memberikan kode, kalau Shifa harus jaga sikap dengan tamu yang ada didepannya itu.
“Nak Yuda ini ingin kamu menemaninya menjenguk bundanya yang sekarang masih di Rumah Sakit di kota Y.” Jelas papa Surya.
“Maksud Shifa pa, kenapa harus Shifa. Apa mas Yuda nggak punya istri yang bisa menemaninya.” Jelas Shifa malas.
Melihat celotehan Shifa yang tidak jelas itu membuat Yuda tersenyum geli. Yuda tahu betul kalau Shifa mungkin merasa keberatan.
“Saya belum menikah dan belum punya anak.” Sahut Yuda dari sebarang meja yang ada didepan Shifa dengan menahan ekspresi tertawa geli.
“Papa, dhek.... sarapannya sudah siap. Ayo sarapan dulu.” Tiba-tiba mama Safa sudah muncul aja tuh dari belakang.
“Nak Yuda ayow sarapan sekalian.”Ucap mama Safa dengan wajah senyum sumringahnya.
“Terima kasih sebelumnya tante. Tapi saya tadi sudah sarapan.” Jelas Yuda dengan ramah.
“Tapi om tidak menerima penolakan lho nak Yuda.”timpal papa Surya.
Akhirnya pagi yang cerah itu di habiskan oleh ke-empat orang itu sembari bersenda gurau dan mengobrol ringan. Hingga ending drama pagi hari itu selesai setelah Yuda dan Shifa pergi ke Rumah Sakit yang berada di kota Y untuk mengunjungi bunda Anita yang memang masih sakit.
***
Didalam mobil.
Dalam perjalan dari kota W menuju kota Y, yang memang jarak tempuh dari kedua kota tersebut adalah 75km. Tidak ada obrolan dan tidak ada kata yang keluar dari masing-masing mulut kedua anak manusia itu. Mereka masing-masing merasa canggung untuk memulai obrolan.
1 jam perjalanan, kedua anak manusia itu masih saja diam dan diam. Bahkan Yuda juga tidak berani untuk memulai obrolan sedikitpun diantara mereka.
“Dreeet…dreeet…dreet…” tiba-tiba benda pipih milik Shifa terus saja bergetar dengan tidak sopannya tanpa henti. Terlihat dilayar tertulis nama “MARIO”. Tak ingin menunggu lama, Shifa segera menggeser tombol warna hijau.
“Hallo.” Ucap Shifa dengan hati-hati.
“Hai… apa kabar sayang.” Balas dari balik benda pipih itu. “Aku mau Vcall sebenar bisa ya?” sambungnya lagi.
Tak lama telepon itu dialihkan menjadi Vcall. “lagi dimana sayang?” Ucap Mario dari balik benda pipih itu.
“Em… ini lagi jalan.” Jawab Shifa yang sudah mulai panik. Takut kalau nantinya Mario kekasihnya itu salah paham kepadanya.
“Sama Siapa?” Jawab Mario yang ekspresinya sudah mulai curiga. “Itu mobil siapa, kok dalamnya berbeda dengan mobil kamu?” sambungnya lagi.
“Em…em ini mobil temen.” Jawab Shifa terbata.
“Temen yang mana? Vera?” Tanya Mario selidik.
“Boleh aku lihat temen yang mana?” Karena Mario yang terus saja mendesak. Dan Shifa berfikir lebih baik jujur dari pada nanti ada kesalahpahaman diantara mereke. Shifa segera mengalihkan cameranya ke arah Yuda.
“Kamu sama cowok ya?” tanya Mario dengan nada yang sudah tidak enak sekali.
“Itu temen papa sayang.” Jelas Shifa berusaha menjelaskan walah dia sedikit berbohong.
“Kenapa saya baru tahu kalau papa kamu punya teman yang masih muda? Kamu jangan bohongi aku ya!” sebuah argumen yang keluar dari mulut Mario itu sungguh mulai tidak mengenakkan.
“Kok ngomongnya gitu kamu. Aku nggak bohong sayang, itu memang temannya papa. Kalau kamu tidak percaya silahkan telepon papa aku saja.” Jawab Shifa berusaha untuk menjelaskan lagi.
“Terus maksudnya apa? Kalian pergi berdua tanpa ada orang tua kamu. Kalau memang itu teman papa kamu?” Mario sudah mulai marah-marah salah paham dengan Shifa.
Yuda yang sungguh merasa sangat geram mendengar obrolan mereka yang tidak mutu sekali. “Ciiiiit…” Tiba-tiba Yuda sudah menepi dan menghentikan mobilnya di tepi. Dengan gerakan cepat Yuda langsung merebut ponsel milik Shifa.
“Hei… dengar ya. Apa kebiasaan kamu seperti itu sebagai laki-laki? Apa sebegitu besarnya ego kamu sampai curiga kepada seorang wanita yang sudah berkata jujur.” Yuda mengatakan hal itu dengan sangat tegas dan berwibawa.
“Apa mau kamu? Kamu mau macam-macam dengan saya?” Jawab Mario dengan nada angkuhnya.
“Saya tidak mau macam-macam dengan anda. Apalagi saya di sini tidak ada urusan dengan anda. Saya hanya menegaskan kepada anda, tolong hati-hati kalau berbicara dengan seorang wanita. Sungguh tidak pantas kamu jadi seorang pria jika masih berbicara kasar dengan wanita.” Tanpa menunggu jawaban dari Mario, Yuda langsung memutus Vcall itu dan menonaktifkan benda pipih milik Shifa dan mengembalikan kepada pemiliknya.