Chapter 4 :Mengantar Ke Rumah

1129 Kata
“Ooh itu, baiklah.” Jawab Yuda singkat. Setelah menjawab permintaan dari Shifa terlihat ada mini market yang bediri kokoh di sebuah persimpangan jalan menuju rumah Shifa. Yuda segera memberhentikan mobilnya di parkiran gedung itu di tempat yang sudah tersedia. Dan benar saja Setelah Yuda menghentikan mobil yang mereka kendarai itu. Shifa langsung berhamburan masuk menuju minimarket yang buka 24 jam itu, dengan gerakan cukup cepat. Yuda hanya bisa tersenyum melihat tingkah Shifa yang cenderung masih seperti anak-anak. Tak lama Yuda mengikuti jejak Shifa masuk menuju mini market di depannya. Karena Yuda juga merasa membutuhkan sesuatu untuk kebutuhan sehari-harinya, maka Yuda juga ikut berbelanja dengan Shifa. 20 menit berlalu mereka menghabiskan kegiatannya di dalam mini market. Dan tibalah waktunya mereka membayar apa yang sudah mereka ambil. Ternyata di depan kasir terjadi sedikit keributan, keributan itu terjadi antara Shifa dan Yuda yang berebut untuk membayar tagihan belanjanya. Shifa yang merasa sudah merepotkan Yuda dan dulu juga pernah merepotkan Yuda merasa sangat berhutang budi padanya. Shifa merasa tidak enak jika tagihan belanjanya harus dibayar Yuda, dan itu nilainya tidak sedikit untuk kebutuhan seorang gadis yang lebih tepatnya gadis yang suka merawat diri. Dan karena memang laki-laki itu harus banyak mengalah. Akhirnya Yuda mengalah dan semua tagihan dibayar oleh Shifa. Ia melakukan itu semua karena ia merasa sangat berhutang budi pada Yuda, ketika Shifa naik gunung dan hampir jatuh ke jurang. *** Didalam mobil. “Nanti aku ganti ya.” Ucap Yuda karena merasa tidak enak sudah dibayarkan tagihannya oleh Shifa. “Heeey… please udah jangan bahas hal itu lagi. Anggap saja itu sebagai awal pertemanan kita.” Jawab Shifa dengan lancarnya. “Degggg! Apa? Shifa menganggap ini awal perteman kita. Yesss!!” dalam batin Yuda yang paling dalam begumam. Jauh dari dalam lubuk hati Yuda, ia tidak sedikitpun berharap sejauh ini setelah bisa menemukan sosok Shifa yang selama bertahun-tahun ia cari. “Pertemanan?” Yuda menegaskan kepada Shifa pura-pura. “Iya, pertemanan. Emm maaf kalau kamu keberatan saya Tarik lagi ucapan yang tadi.” Balas Shifa dengan nada menyesalnya dan raut wajah yang menampakkan kekecewaan. “Oh…tidak..tidak..tidak… saya tidak keberatan berteman dengan kamu.” Balas Yuda dengan nada paniknya. “Waaah…. Bisa gagal ini kalau Shifa sampai ngambek. Jangan kan jadi teman, bahkan dari awal aku tidak pernah berharap lebih dari kamu Shif. Hanya dalam hatiku, kamu sudah memiliki ruang tersendiri yang hanya ku berikan kepadamu.” Gumam Yuda dalam hatinya. “Yaudah kalau gitu terima aja kak, lagian dulu saya belum sempat membalas budi ke kakak.” Jelas Shifa lagi meyakinkan ke Yuda. Yuda menggerakan leher kepalanya dan berucap “Iya” sembari memperlihatkan deretan gigi-giginya yang rapi dan putih. Akhirnya mereka berdua melanjutkan perjalan menuju rumah kediaman Shifa. Dalam batin Yuda, ia merasa ada yang berbeda dari jalan menuju kediaman orang tua Shifa. “Pantas saja selama ini saya sudah kehilangan jejak keberadaannya, lha dianya sudah pindah rumah.” Gumam Yuda dalam hati. Tak perlu menghabiskan waktu yang cukup lama, mobil yang mereka tumpangi sudah sampai di gerbang depan rumah Shifa. Rumahnya sangat berbeda dari rumah yang dulu, rumah yang sekarang terlihat lebih besar dan lebih mewah. “Em… kak, maaf ya ….” Tiba-tiba ucapan Shifa terhenti. Ia merasa ragu mau mengatakannya. “Kenapa?” balas Yuda ke Shifa. “Maaf karena tidak bisa mengajak kakak masuk kerumah, karena ini sudah cukup larut.” Jelas Shifa dengan penuh penyesalan. “Oh itu, tidak apa-apa. Itu tidak jadi masalah.” Jawab Yuda dengan santai dan ekspresi tersenyum. Lalu sifa segera turun dan masuk ke dalam rumah dan meninggalkan Yuda sendiri. Dari dalam mobil Yuda memandang wanita itu dengan ekspresi penuh cinta yang sudah sangat lama terpendam dalam hatinya. “Yessss…..!!!! akhirnya aku menemukamu!” Sorak Yuda dengan mengepalkan telapak tangannya dengan penuh semangat. *** Riuh suara kicau burung sudah menghiasi dunia pada pagi hari. Kendaraan yang sudah sibuk berlalu lantang kesana kemari menghiasi di setiap sudut kota. Hawa dingin angin malam sudah kembali hangat karena datangnya sang surya dari arah timur. “Brug..brug..brug…. sayang…. Anak gadis mama, ayo bangun!” lalu mama Safa teriak lagi. “Sayang…. Anak gadis mama…. Itu ada temen kamu dateng, masak kamu belum bangun!.” Shifa yang memang masih dalam alam bawah sadar perlahan menggerakkan badannya. Sedikit demi sedikit berusaha membuka matanya yang terasa masih lengket. Suara yang yang sangat nyaring itu sudah berhasil membuat seorang gadis yang masih tertidur pulas terganggu dari kenyamanan tidurnya. “sekarang hari libur ma.” Teriak Shifa dengan suara parau khas orang bangun tidur. Dan bahkan mungkin itu tidak terdengar oleh mamanya dari luar. “Sayang, itu teman kamu namanya Yuda datang mau jemput kamu!” Teriak mama Safa dari luar. Mendengar teriakan mama yang terakhir membuat Shifa yang masih posisi malas diatas tempat tidur dengan posisi yang sangat sembarangan dan tidak menampakkan keanggunan sebagai gadis sedikitpun. Bayangkan saja jika seorang gadis tidur dengan posisi kaki diatas bantal dan kepalanya di pinggiran ranjang. Tiba-tiba mata Shifa langsung melotot “Yuda” ucap Shifa dengan ekspresi terkejutnya. Ia langsung meraih benda pipih yang ia taruh diatas nakas, dan benar waktu sudah menunjukkan pukul 06.00. Shifa langsung bangun dan turun dari tempat tidurnya dan membuka pintu kamarnya. “Mama tadi bilang ada siapa?” tanya Shifa dengan ekspresi panik. “Itu siapa Yuda? Pacar baru kamu ya?” pertanyaan mama yang bertubi-tubi membuat Shifa sangat tidak nyaman. “Orangnya ganteng lho dek,” sambung mamanya lagi yang tidak ia gubris sedikitpun. Bukannya menjawab pertanyaan mamanya itu Shifa malah justru bertanya balik. “Yuda ada dimana ma?” tanya Shifa ke mamamnya sembari ia melihat ruang tamu dari lantai 2, kebetulan kamar Shifa berada di lantai 2. “Itu dibawah lagi ngobrol sama papa.” Jawab mama singkat. “Eh, itu siapa dek?” sambung mama lagi dengan nada keponya. “Memangnya mama tadi belum tanya sama Yuda?” Shifa tanya balik lagi. “Ya belum lah dek. Itu pacar kamu kan? Ganteng lhoo, gagah lagi badannya cukup atletis” Jawab mama Safa dengan argumennya yang membuat Shifa malah bergidik ngeri mendengar celotehan mamanya itu. “Dia itu Yuda ma.” Jawab Shifa singkat. “Iya, mama juga tahu itu Yuda. Tapi Yuda siapa?” tanya mama heran. “Itu lhoo yang waktu dulu entah udah berapa tahun yang lalu nolongin Shifa.” Jawab Shifa menjelaskan. “Menolong kamu? Yang kapan? Mama benar-benar lupa ini lho.” Jelas mama lagi. “Itu lhoo ma, waktu dulu Shifa ikut Mapala terus accident di gunung, terus Shifa dibawa ke Rumah Sakit.” Jelas Shifa dengan gamblang. “Owh, Jadi itu nak Yuda. Perasaan dulu dia kerempeng iya kan dek?” Jawab mama Safa sembari menutup mulutnya karena terkeut. “Iya ma,” Balas Shifa malas. “Ya sudah kamu buruan mandi terus turun. Nggak enak ada tamu nungguin lama.” Jelas mama lagi.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN