Dengan mengomel Karin terpaksa meninggalkan kantor Bara. Bara beruntung bisa mengelak dengan cepat karena kehadiran tamu yang tidak disangka sebelumnya. Jika biasanya Bara akan menolak tamu yang belum memiliki janji sebelumnya, kali ini pengecualiannya karena sangat membantunya mengusir Karin tanpa menimbulkan drama lebih panjang lagi.
Tamu yang datang adalah perwakilan dari alumni sekolahnya. Mereka mengajak Bara untuk bergabung dengan mereka dalam kegiatan sosial yang dilakukan lewat yayasan sosial yang akan segera mereka bentuk. Berbeda dengan kegiatan alumni biasanya yang hanya melibatkan para alumni saja, kali ini mereka malah menekankan pada pasangan alumni juga. Assegaf sang pelopor yang tak lain mantan ketua rohis tidak mau ada cerita clbk mewarnai aksi mereka nanti, makanya sedari awal dia ingin pasangan para alumni juga dilibatkan.
Bara tertawa mendengar candaan Irwan pada Assegaf yang terlihat semakin religius dengan janggut lebatnya.
" isteri ente kan bule, apa tidak risih dengan janggut ente ? " tanya Irwan disela pembicaraan mereka.
" ente kurang jauh mainnya sampai tidak tahu kalau bule - bule banyak yang brewokan " jawab Assegaf sambil tersenyum.
" brewokan bule beda dengan arab, bro! " balas Irwan.
" apa bedanya ? " tanya Assegaf ," apa karena beda ras beda standard penilaian ? "
Irwan tertawa ," menurut ente gimana ? bagaimana pandangan orang - orang pada ente selama ini ? "
" Yang seperti ente banyak ... yang biasa saja seperi Bara juga tidak sedikit " jawabnya menyindir sambil tersenyum pada Bara yang lebih banyak tertawa menyaksikan dua orang didepannya.
" Lah, apa maksudnya orang seperti saya ? " tanya Irwan tidak terima.
" masa kamu nggak nyadar ? " celetuk Bara.
" ente kan orang yang biasa memandang sesuatu dengan standar ganda. bule brewok dibilang keren, arab brewok dibilang teroris " ujar Assegaf sok serius.
" gue nggak begitu ya! ente salah menilai ana!" balasnya tak kalah sok seriusnya.
Mereka tertawa bersama. Merasa lucu dengan humor receh yang dilontarkan oleh Irwan.
" Kapan rencananya dimulai ? " tanya Bara setelah tawa mereka reda.
" Secepatnya, Insya Allah bulan depan kita akan melakukan pertemuan untuk membentuk susunan pengurusnya " jelas Assegaf yang diangguki oleh Irwan.
Bara mengangguk faham.
" Apa kira - kira isterimu bisa ikut ? " tanya Irwan hati - hati.
" Dia pasti mau " jawab Bara.
" Baguslah, gue kurang yakin dengan melibatkan para pasangan takutnya tidak bisa mingle "
" Mereka orang dewasa kenapa juga tidak bisa berbaur ? " tanya Assegaf pada Irwan.
" Kamu tahu lah, mereka kebanyakan tidak berasal dari almamater yang sama dengan kita " jawab Irwan serius.
" Bukan karena kamu ingin tebar pesona dengan mantankan ? " goda Bara.
" Jangan sampai terjadi " balas Assegaf cepat " Nila sudah jadi isteri teman kita juga "
" Siapa ? " tanya Bara sambil melirik Irwan yang terlihat bete.
" Lelaki beruntung itu bernama Fauzi " jawab Assegaf turut menoleh pada Irwan.
Bara mengangguk mengerti, bukan hanya pernikahan Fauzi yang tidak bisa dihadirinya pernikahan Assegaf juga, karena saat itu Bara sering bepergian keluar kota dan luar negeri. Namun, setiap undangan yang sampai padanya pasti akan ia kirimi kado lewat Jeni, sekretarisnya.
" ente jangan mikirin dia lagi, kasihan isteri ente dirumah " nasehat Assegaf pada Irwan yang justru berhasil menyentil Bara.
" siapa yang mikirin dia, gue sayang banget sama isteri dan anak " jawab Irwan yang sudah dikaruniai dua orang anak.
" Bagus itu " sebut Assegaf ," tapi ente juga harus tahu, mereka yang main perempuan diluar sana juga bilang sayang anak isteri "
Jleb,
Bara semakin tersindir jadinya. Kenapa sebelumnya ia dengan percaya diri melarang Ika bekerja dengan dalih demi kebaikan Ika padahal yang ia lakukan dibelakang Ika sangat bertolak belakang.
Bara merasa ia tak ubahnya seperti laki - laki pecundang lainnya, yang memanfaatkan wanita demi kepentingannya semata. Harusnya jika tidak bisa menerima Ika sebagai isterinya Bara harus menolak lebih keras sejak awal. Pilihannya cuma dua, menolak atau menerima Ika. Bukan menambahkan satu pilihan lagi yang pastinya merugikan Ika.
Bara akan mencoba menerima pernikahannya.
Tapi Karin ... apa Bara bisa melupakannya ? apa dia mau menerimanya?
" Isterimu apa kabar, Bar? udah isi belum ? "
Irwan terpaksa mengulang pertanyaannya karena Bara terlihat bengong sebelumnya.
" Dasar pengantin baru, badannya saja dikantor tapi fikirannya ada dirumah "
Bara terpaksa tersenyum menyamarkan kenyataan pernikahannya. Jangan sampai orang tahu bahkan ia belum pernah memberi nafkah batin pada isterinya.
" Kita doakan saja Bara segera menyusul kita " ujar Assegaf penuh ketulusan.
" Lebih baik berpacaran dulu, bro " saran Irwan ," puas - puasin berdua sebelum ada yang mengganggu " kedipnya menggoda penuh makna.
" Maksud ente anak mengganggu gitu ? "
" Ya elah, tadz! bukan begitu maksud ana ... suudzon aja "
Bara dan Assegaf tertawa melihat Irwan yang gampang digoda.
Tbc
antique :
Aku akan menulis cerita sesuai mood dan ilham saja ya ...
tidak bisa menjanjikan semua cerita diupdate bergantian. Tapi Insya Allah semua cerita akan diselesaikan nantinya.