Bab 7

1152 Kata
Setelah ketegangan yang terjadi, disinilah Ika berakhir, di kamarnya sendiri. Wajahnya dibanjiri air mata. Bayangan perdebatan sengitnya dengan Bara kembali mengusik pikirannya. Terlebih lagi, Ika sudah begitu senang akan mendapat pekerjaan yang akan ia andalkan saat mereka berpisah nanti. Perasaannya sempat menghangat membayangkan kesendiriannya tidak akan terlalu menyedihkan dengan status memiliki pekerjaan. Semuanya hilang seketika saja. Hanya dengan larangan tak masuk akal dari pria yang malangnya berstatus suaminya itu. " Aku tidak akan pernah mengizinkan kamu bekerja ditempat yang sama dengan pria itu! apa kau fikir aku tidak tahu apa yang ada dibenak pria itu? dia pasti merencanakan sesuatu padaku. ingat, padaku! bukan semata ingin menolongmu seperti yang kamu sangka sebelumnya. Kamu mungkin bodoh tapi jangan jadi naif begitu ! " Air mata mengalir semakin deras tanpa mampu ditahannya lagi . Ika sendiri memang sangat ingin menangis. Sejak kematian Ayahnya Ika memang sangat akrab dengan tangisan tapi tidak pernah sepilu ini. Ika hanya bersedih karena ditinggal sendirian tapi juga berharap dengan kematian Ayahnya memiliki tempat yang lebih baik disana. Ika yakin Ayahnya pasti sudah lebih tenang sekarang. Menikah dengan Bara adalah harapan terakhirnya untuk bahagia. Ika ingin punya tempat bergantung. Tidak peduli dengan Bara yang belum mencintainya, Ika akan mencoba meraih hatinya. Hati Ika sudah terpaut begitu cepat pada suaminya. Tidak menunggu lebih lama seperti Bara yang sama sekali belum menunjukkan tanda - tanda ketertarikan padanya. Bekerja adalah harapan Ika lainnya. Selain harus punya pegangan lain dalam hidupnya, Ika juga memang ingin hidup mandiri secara financial. Tanpa ada perjanjian tersembunyi sekalipun Ika memang ingin bekerja sebagai aktualisasi diri. Ika tidak habis fikir kenapa Bara bisa dengan entengnya merampas harapan hidupnya. Seolah dia mau menghidupi Ika selamanya saja. Apa Bara tidak punya nurani yang bisa dia pakai untuk mengasihani Ika sedikit saja. Tidak mencintai bukan berarti tidak mengasihani jugakan? apalagi sampai tega bertindak semena- mena begini. Tega sekali dia ... *** Bara membuang nafasnya berulang kali dengan kasar. mencoba meredakan perasaan kurang nyaman karena telah berlaku tidak adil pada Ika. Tidak cukup dengan melarangnya saja, Bara bahkan membawa handphone Ika dengan paksa. Tindakan spontannya karena begitu takutnya Ika bekerja dengan lelaki tersebut. Bara tahu Ika sangat ingin bekerja tapi Bara tidak bisa mengizinkannya bekerja ditempat yang sama dengan orang yang memiliki peluang untuk memanfaatkannya. Bara cukup tahu sepak terjang Ezra selama ini. Hubungan mereka tidak pernah baik sebab berada dalam kepentingan yang berseberangan. Belum lagi ada sentimentil pribadi yang mewarnainya. Sekali lihat saja Bara tahu ada maksud terselubung dari Ezra pada Ika. Dan itu sangat mengganggu perasaannya. Ika tidak perlu tahu kalau yang Bara lakukan hari ini demi kebaikannya juga. Bara tidak mau wanita itu jadi besar kepala nantinya. Tapi, kondisi Ika yang menyedihkan saat ia tinggalkan tadi benar - benar mengusiknya. Harusnya Bara berterus terang saja namun kejujuran yang ingin ia sampaikan seolah terkunci diujung lidahnya. Hingga menjelang sore hari Bara masih memikirkan kejadian tadi pagi. Pengalaman pertama baginya menghadapi situasi seperti itu dan Bara pastikan tidak ingin mengalaminya lagi untuk kedua kalinya. Harusnya Bara tidak peduli sama sekali dengan Ika. Pernikahan mereka bukan sesuatu yang ia inginkan. Malah cenderung ingin cepat ia akhiri. Wanitanya sedang menantikan dengan tidak sabar disana. Bara menahan gundah dan marahnya dengan mengepalkan jemarinya yang sedang memegang ponsel Ika. Benda pipih tersebut sudah berbunyi berkali - kali sejak tadi. Menanyakan ketidakhadiran Ika dihari pertamanya bekerja. Membuat Bara berdecih sinis menerima bukti yang menguatkan dugaannya. Andai tidak memiliki maksud lain tentu saja Ezra tidak akan susah payah menelfon Ika berkali - kali begini. Bara tersenyum miring menyadari keberanian Ezra mencoba bermain - main dengannya. Bara akan melihat sejauh mana Ezra akan bermain dengannya. Bara akan meladeninya sejauh tidak melibatkan Ika secara langsung. Lamunan panjang Bara terusik oleh ketukan pintu dari luar. Suara Jeni terdengar dari luar. Jeni muncul dengan Karin. Bara kaget melihat kehadiran Karin yang tak disangkanya. Sejak ia menikah, Karin belum pernah lagi mampir kekantornya karena memang dilarang oleh Bara. Bara memandang Jeni dengan tatapan bertanya yang dibalas oleh Jeni dengan mengangkat bahunya sekilas sebelum kembali keluar. Jeni masih ingat dengan jelas kalau Bara sudah melarangnya menerima kehadiran Karin dikantornya setelah ia menikah. Tapi Jeni tidak bisa berbuat banyak saat wanita yang mengaku masih berstatus kekasih bosnya itu ngotot ingin bertemu dengan Bara. Jeni tidak mau mengambil resiko mempermalukan Bara dengan melarang Karin yang mengancamnya akan mengacak - acak kantor mereka. Lebih baik ia biarkan saja Karin masuk keruangan Bara agar bisa diatasi sendiri oleh yang bersangkutan. Salah sendiri yang bermain api dengan wanita labil modelan Karin. Jeni tidak habis fikir dengan selera bosnya. Seharusnya orang seperti Bara menyukai wanita dewasa bukannya abg labil seperti Karin. Ralat, Karin bukannya abg juga tapi dia jelas masih sangat muda dan labil! Jeni teringat akan isteri Bara dirumah. Kasihan sekali wanita itu, memiliki suami yang mempunyai wanita idaman lain. Jeni menggelengkan kepalanya. Mengusir fikiran yang seharusnya bukan menjadi urusannya. " Ngapain kamu kesini ? " tanya Bara begitu Karin sampai didepan mejanya. Karin mengabaikan pertanyaan tidak suka dari Bara. ia terus berjalan kebalik meja kerja Bara. Berniat mencium sang kekasih namun terhenti karena cepat diantisipasi oleh Bara dengan mengelak kesamping. Raut wajah Karin langsung berubah menerima penolakan dari Bara. Karin tidak boleh lengah, Bara bisa saja menjauhinya. Sekarang saja Karin mulai merasakan ada perubahan dari sikap Bara padanya. Karin khawatir lambat laun Bara akan meninggalkannya jika ia hanya menunggu saja seperti permintaannya selama ini. Karin harus lebih agresif lagi agar Bara tidak lupa dengan janjinya dan semakin terikat padanya. Laki - laki begitu mudah mengganti wanita seperti menukar baju saja dan Karin tidak akan membiarkan Bara melakukan itu padanya. Karin akan memastikan Bara tetap aman dalam genggamannya atau dia akan terpaksa membayar mahal apa yang sudah dia lakukan pada Karin. Kesenangan dan kenikmatan yang Bara sudah dapatkan dari Karin bukanlah gratis. Karin akan menagih imbalan yang sepadan dengan apa yang sudah ia berikan. Menjadi nyonya Bara alaric wirama adalah imbalan yang ia inginkan. Harapannya nyaris tercapai sebelum wanita itu muncul dan menjauhkan impian yang sudah didepan matanya. Dengan kesal dihempaskannya tubuhnya dikursi didepan Bara. " Kamu belum jawab pertanyaan aku " ingat Bara mencoba bersabar. Karin menatap Bara sengit ," segitunya kamu melarang aku ? " " jangan membalikkan pertanyaan aku " hardik Bara mulai terpancing ," ada perlu apa kamu kesini ? apa tidak bisa lewat telfon saja ? " " Tidak bisa. aku rindu sama kamu ingin bertemu langsung " jawabnya sok manja yang terdengar menggelikan ditelinga Bara. " kita baru bertemu " sebut Bara telak. " tapi aku sudah rindu lagi " balas Karin sewot. Bara menatap Karin dengan seksama. Karin masih sangat cantik seperti biasa, tapi kenapa tidak semenarik biasanya. Entah dimana letak salahnya sehingga membuat Bara merasa ada yang mengganjal. Bara mencari - cari apa yang berbeda dengan sosok Karin yang ada didepannya dengan Karin yang selama ini diinginkannya. Bara tidak menemukannya sampai bayangan Ika melintas. Apa karena kehadiran Ika dihidupnya sehingga ia mulai merasa kurang leluasa saat bersama Karin ? Tbc
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN