Bab 5

804 Kata
Meskipun Bara tidak pulang sejak semalam, tapi Ika tetap menyiapkan makanan untuknya. makanan semalam sudah Ika panaskan dan makan sendiri. untuk menyambut Bara, Ika memasak makanan baru. entah Bara akan pulang atau tidak, yang penting Ika menunaikan kewajibannya saja. menu yang Ika pilih adalah balado kembung dan sayur sawi manis. menu rumahan biasa saja. hanya menu - menu seperti itu yang dikuasainya. suara pintu dibuka dari luar membuat Ika menoleh kearah pintu masuk ke dapur menunggu untuk memastikan siapa yang datang. tentu saja Bara. satu - satunya orang lain selain Ika yang punya akses untuk masuk kerumah. Bara menatap Ika sejenak sebelum berlalu ke kamarnya untuk mandi dan bersiap berangkat kerja. Ika yang telah selesai dengan kerjaannya memilih masuk kamar dibanding menunggu Bara dimeja makan. nanti setelah Bara berangkat kerja barulah ia akan keluar untuk membereskan perkakas bekas Bara makan, itupun jika Bara memang makan. Besar kemungkinan Bara sudah makan sebelum kembali. setelah menunggu sekitar satu jam, barulah Ika keluar dari kamarnya. ternyata Bara memakan nasi yang ia sediakan. nampaknya Bara makan cukup lahap. terbukti dari sisa lauk dan sayur yang tinggal sedikit lagi. tanpa sadar Ika tersenyum senang melihatnya. hatinya jadi berbunga - bunga menyadari Bara yang menyukai masakannya. meski bukan yang pertama kali, tapi Ika selalu deg- degan dengan reaksi Bara setiap ia memasak menu yang baru. takutnya tidak sesuai dengan selera Bara. Ika akan mengingat makanan apa saja yang disukai ataupun yang tidak disukai oleh Bara. Selesai dengan urusan dapur dan rumah tangga lainnya, Ika kembali ke kamar untuk mempersiapkan pakaian yang akan dia pakai saat bekerja nanti. tidak banyak pakaian yang cocok untuk dipakai ke kantor. rata - rata pakaiannya adalah kaos dan jeans saja. tipikal baju anak kuliahan sekali. karena masa itulah saat terakhir Ika berbelanja untuk kebutuhan pribadinya. setelah musibah yang melandanya Ika tidak bisa lagi memenuhi keinginannya untuk berbelanja. hidupnya sangat cepat berubah. Sepertinya, Ika harus berbelanja beberapa stel kemeja untuk ia kekantor. apa Ika boleh memakai uang Bara terlebih dahulu. terakhir Ika cek, saldonya lumayan banyak. Mungkin Ika bisa meminjamnya terlebih dahulu. tapi bagaimana kalau sewaktu - waktu Bara membutuhkan uang yang ada disitu? Ika pasti tidak bisa menggantinya saat itu juga. Setelah menimbang bagaimana baiknya, Ika akhirnya memutuskan untuk menelfon Bara saja. meminta izin jauh lebih baik daripada meminta maaf. namun ternyata nomor Bara tidak aktif. sempat terbersit niat untuk mengirim pesan saja tapi ia batalkan karena tidak pasti kapan Bara akan membacanya, bisa saja dia tidak sempat membacanya, sehingga kalau Ika tetap nekat memakai uangnya bisa saja terjadi salah faham diantara mereka. Ika tetap berangkat ke Mall meski belum bisa menelfon Bara, nanti akan dicobanya lagi. jikapun nanti Ika belum berhasil menelfon Bara, anggap saja ia cuci mata dulu sebelum membelinya. harga disana akan Ika manfaatkan sebagai acuan untuk ia meminjam uang pada Bara nanti. Berkeliling Mall sendirian bukanlah hal baru bagi Ika. mau sendirian atau bersama teman sama saja baginya. Ika terbiasa melakukan segala sesuatu sendiri namun tidak juga menolak saat ada teman yang ingin bergabung dengannya. Seperti sekarang contohnya, entah darimana datangnya tiba - tiba saja Ezra sudah bergabung bersamanya menyisiri setiap sudut Mall. " Kenapa tidak jadi kamu ambil ? " tanya Ezra ketika mereka baru keluar dari salah satu store pakaian yang baru mereka masuki. Ika menggeleng sambil tersenyum sungkan. " daritadi sudah banyak yang cocok sama kamu tapi kenapa tidak ada yang kamu ambil. memangnya kamu mau nyari baju yang seperti apa ? " tanya Ezra heran. Seperti pria kebanyakan yang tidak suka menemani cewek saat berbelanja begitu juga dengan Ezra. niat hatinya tadi akan mengajak Ika menonton film dibioskop. mumpung ada kesempatan bertemu dengan Ika yang sedang sendirian. Ezra sebenarnya masih dalam jam kerjanya. tadi dia baru selesai bertemu dengan kliennya saat ia melihat Ika sedang melintas didepan food court tempatnya duduk. tanpa membuang waktu Ezrapun membuntuti Ika. Dua jam berlalu tapi Ika belum menunjukkan akan menyudahi acara window shoppingnya. Ezra jadi heran mengetahui isteri seorang Wirama hanya melihat - lihat saja tanpa membeli satu stel bajupun. Ika bukannya terlihat seperti orang yang tidak menyukai apa yang ia pegang. Ika malah tampak sangat menyukai barang - barang yang ia pilih. tapi kenapa tidak langsung ia bayar saja. tidak mungkin Ika tidak punya uangkan. atau dugaan Ezra salah. " Ika " panggilnya pelan " Bara, apa dia suamimu ? " Ika menoleh pada Ezra ," kakak kenal dengan dia ? " " tentu saja kenal, siapa yang tidak kenal dengan dia ? apa kamu isterinya ? " tanya Ezra penasaran. Kemungkinan benar dan salah, rasanya sama besarnya bagi dia. Tapi apapun itu tetap terasa tidak masuk akal juga. Ezra bingung sendiri jadinya. Ika mengangguk dengan bibir tersungging . bangga mendengar penuturan Ezra. Membuat Ezra semakin menyadari ada yang salah dengan reaksi Ika. Inginnya Ezra bertanya lebih jauh namun ia tahan karena tidak mau Ika menjadi tidak nyaman dengannya. Tbc
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN