Episode 8

2483 Kata
Seminggu sudah berlalu dari kepergian ulle, kirun mulai sibuk bekerja diperusahaan papanya sebagai manager. Kevin juga mulai terfokus dengan café dan mengurus perusahaan papanya, sedangkan mila bekerja sebagai sekretarisnya Kevin diperusahaan papanya Kevin. Sedangkan ali dan prilly kembali ke bandung, dan memulai keseharian mereka seperti biasa. "sayang, besok kamu libur?" Tanya prilly yang saat ini sedang bersandar didada bidang ali "iya sayang, kenapa kamu ngidam ingin pergi ke suatu tempat?" Tanya ali seraya mengelus rambut prilly "masa ngidam aku udah lewat kali sayang, besok kan aku jadwalnya cek ke dokter kandungan sayang" sahut prilly "oh iya aku lupa sayang"sahut ali terkekeh "pulang dari rumah sakit kita ke rumah nessa yah" sahut prilly mendongakkan kepalanya menatap ali "mau ngapain sich sayang?" raut wajah ali berubah menjadi bête "yah kita silaturahmi sayang, kan ini masih suasana idul fitri. Jadi yah seharusnya kita kesana sayang, sekalian liat kondisi nessa sekarang gimana" sahut prilly "males agh, kamu aja yang kesana" sahut ali "ayolah sayang, yah masa kita gak silaturahmi sich?"sahut prilly membujuk "nggak" sahut ali tegas Prilly terus membujuk ali hingga alipun luluh "baiklah, tapi aku gak mau berlama-lama disana" "iya sayang" prilly tersenyum "ya udah sekarang kita tidur, udah malem" ujar ali dan dijawab sebuah anggukan oleh prilly. Ali dan prilly pun mulai memejamkan mata mereka dengan lengan ali sebagai bantal prilly dan tangan ali yang lain memeluk prilly dengan posesif. *** Prilly sedang diperiksa oleh dokter, prilly tersenyum senang dan terharu saat melihat bayi dalam monitor computer USG, dan mendengar detak jantung bayi karena sekarang kandungan prilly sudah memasuki bulan ke 5. Setelah selesai diperiksa, prilly kembali duduk decamping ali dan tak lama dokter datang membawa hasil labnya. "anak kalian sangat sehat, dia kuat meskipun kurang sedikit asupan makanan mungkin karena kemarin prilly puasa" ujar dokter "iya dokter, kemarin sayang berpuasa full. Tapi bayi saya tidak apa-apa kan?" Tanya prilly "tidak prilly, dia sangat sehat. Dan mulai sekarang kamu harus lebih banyak lagi makan terutama makan sayuran dan buah-buahan yah" "dia kuat seperti mamahnya" sahut ali tersenyum "baik dok" ujar prilly "ini hasil USG bayi kalian, tapi untuk jenis kelaminnya belum terlihat jelas. Mungkin nanti dibulan ke 7 akan terlihat jelas jenis kelaminnya" sahut dokter menyodorkan hasil labnya "tidak masalah dokter, saya dan prilly tidak terlalu mempermasalahkan jenis kelamin anak kami. Mau laki-laki atau perempuan sama saja yang jelas anak sayang sehat" ujar ali "iya suami saya benar" ujar prilly dan dokter tersenyum melihat sepasang suami istri ini. Setelah member resep dan vitamin, prilly dan ali meninggalkan ruangan dokter dan menuju ke mobil mereka. Didalam mobil hening tanpa ada pembicaraan. "sayang, baru kali ini aku merasa hati aku senang dan damai saat aku mendengar detak jantung bayi kita. Aku bener-bener terharu sayang. Apa memang semua ibu akan merasakan seperti ini kepada anaknya?" Tanya prilly "iya sayang, ibu mana yang tidak bahagia dan lega melihat anaknya sehat dan bahagia. " sahut ali tersenyum ke prilly. " aku seneng anak kita sehat dan kuat, baik-baik disana yah sayang" ujar ali mengelus perut prilly yang kini sudah terlihat jelas membuncit. Setelah beberapa perbincangan diantara mereka kini mobil ali memasuki sebuah komplek perumahan dan berhenti disebuah rumah yang tidak terbilang sederhana tapi tidak juga mewah. Warna abu dan hitam membuat rumah itu terlihat elits. Prilly dan ali memasuki rumah itu, dan anna yang membuka pintunya terlihat sangat senang melihat ali dan prilly datang, dan segera mempersilahkan mereka masuk. "Minal aidzin wal faidzin yah tante anna" sahut prilly memeluk dan cipika cipiki dengan anna "minal aidzin wal faidzin juga prilly" sahut anna dan bergantian dengan ali Setelah saling bermaaf-maafan anna mempersilahkan mereka duduk dikursi. "Nessa mana tante?" Tanya prilly sedangkan ali terlihat acuh saja. "Nessa ada dikamarnya prill, tapi..." ucapan anna terhenti "tapi kenapa tante?" Tanya prilly penasaran "dia... dia mengurung diri dari sejak kepergian kalian berdua ke Jakarta. Dia tidak mau jauh dari ali" sahut anna ragu-ragu seraya melihat ali yang terlihat acuh dan datar. "dia sering menangis setiap malam dan hanya melamun kesehariannya, dia juga bahkan tidak mau makan sampai-sampai dokter harus menginpusnya, kemarin juga dia sempat membenturkan kepalanya sendiri ke tembok karena rasa sakitnya tidak hilang-hilang" sahut anna mulai menjatuhkan air matanya. "astaga,, aku kira dia sudah mulai membaik" sahut prilly tak menyangka "dia tidak bisa diajak bicara sama tante, tante juga gak tau apa yang dia inginkan" sahut anna "boleh kita melihatnya tan?" Tanya prilly dan mendapat anggukan dari anna Anna mempersilahkan ali dan prilly masuk ke kamar nessa, dan saat pintu dibuka terlihat nessa sedang duduk diatas tempat tidur dengan wajah yang pucat, pandangan kosong, badan yang kurus dan jidat yang diperban. Saat ali sudah masuk, tatapan nessa langsung menatap ali dengan sendu dan segera melepas inpusannya dan berlari memeluk ali tanpa memperdulikan prilly yang berdiri disamping ali. Ali hanya terdiam tanpa membalas pelukan nessa, dan melihat kearah prilly yang tertunduk seakan menahan sakit hati dan airmatanya agar tidak jatuh. "ali akhirnya kamu datang juga, aku kangen banget sama kamu. Aku bener-bener akan mati kalau kamu tidak kesini ali" sahut nessa sambil terisak "lepasin nessa, aku hanya mengantar prilly" sahut ali dingin dan segera melepaskan pelukan nessa membuat nessa menatap ali nanar dan tersirat kekecewaan diraut wajahnya. "hai nes, apa kabar?" ujar prilly menetrlkan suasana "baik" sahut nessa singkat. "tapi seenggaknya aku seneng kamu mau kesini ali, aku bahagia bisa melihat kamu" sahut nessa tersenyum kearah ali. Setelah beberapa lama dibujuk anna, akhirnya nessa mau makan asal disuapi oleh ali. Sebelum ali menolak prilly yang terlebih dulu mengelus lengan ali seakan mengisyaratkan agar menyuapi nessa. Dengan berat hati akhirnya ali mau menyuapi nessa dalam diam. Nessa sangat bahagia disuapi ali, senyumannya tidak pernah hilang dari bibir mungilnya. Prilly yang memang merasa cemburu tapi menahannya dan ikut tersenyum melihatnya. Selesai menyuapi bubur, ali berniat beranjak tapi tangannya ditahan nessa. Ali melihat kearah nessa "ada apa?" Tanya ali datar "aku punya satu keinginan ali, bisakan kamu mendengarkannya? Dan aku juga berharap kamu mengabulkannya" ujar nessa menatap ali penuh harap "apa?" "aku ingin kamu menikahi aku ali" ujar nessa pasti membuat ali kaget mendengarnya, bukannya hanya ali. Prilly yang mendengarnya langsung syok dan kaget tak menyangka keinginan nessa separah itu. Ali menghempaskan tangan nessa dari tangannya dan berdiri membuat nessa kaget. "loe sudah gila nes, keinginan macam apa itu? Kan loe tau gw udah punya istri, gw juga mau punya anak. Loe berniat ngancurin rumah tangga gw hah?" bentak ali mulai emosi, anna dan prilly tak mampu berbicara apa-apa karena memang keinginan nessa kali ini sudah kelewatan. "dengerin aku dulu li," ujar nessa yang kini sudah menangis. " aku merasa waktu aku sudah tidak lama lagi, dan sebelum aku mati, aku ingin merasakan menjadi istri kamu ali. Hanya 3bulan saja ali, aku ingin merasakan menjadi seseorang yang bisa mengurusimu sebelum aku mati. Hanya 3bulan saja ali dan setelah itu kamu boleh ceraikan aku, dan kamu juga tidak perlu menceraikan prilly, aku akan menghargai prilly sebagai istri pertama kamu ali. Aku mohon beri aku kesempatan" sahut nessa terisak "LOE GILA NES,, GW GAK MUNGKIN NIKAH LAGI. APALAGI PUNYA 2 ISTRI, ITU GAK AKAN PERNAH TERJADI" suara ali menggema diruangan itu, terlihat pancaran emosi dimatanya. Prilly ikut kaget karena baru kali ini suaminya semarah itu. "denger ness, selama ini gw udah nyakitin prilly dan membagi perhatian gw sama loe, dan sekarang gw gak mau buat dia tambah sakit lagi, gw gak bisa nes. Gw harap loe paham." Sahut ali yang mulai menetralkan suaranya dan beranjak pergi. Prilly hendak mengikuti ali keluar ruangan tapi ditahan nessa "prilly, please hanya 3bulan saja. Gw gak akan buat loe kehilangan ali, gw mohon prill" sahut nessa ditengah isakannya. " loe sudah memiliki segalanya prilly, mempunyai fisik yang sehat, bisa dicintai ali juga dengan begitu besarnya. Sedangkan gw dipandang ali saja tidak pernah, gw sudah menahan sakit karena perasaan ini sudah dari 5tahun yang lalu sejak kita masih kuliah. Dan sekarang disaat-saat terakhir hidup gw, gw hanya ingin merasakan sekali saja memiliki ali. Gw ingin merasakan kayak loe prill, tolong beri gw kesempatan itu hanya 3bulan saja prill, gw mohon" isakan nessa semakin kencang membuat prilly ikut menangis tapi tak mampu menjawab apa-apa karena kini hatinya juga merasa sakit dan dilemma. "akan aku pikirkan" sahut prilly dan beranjak meninggalkan ruangan itu. "terima kasih" gumam nessa Prilly menghampiri ali yang sudah berada didalam mobil, prilly menaiki mobil dan ali langsung melajukan mobilnya. Didalam mobil tidak ada yang mau memulai pembicaraan, keduanya sibuk dengan pikiran masing-masing. Prilly sesekali menengok kearah ali, tapi ali masih fokus menyetir terlihat rahang ali masih mengeras menandakan ali masih menahan amarahnya. Prilly memalingkan wajahnya dan menatap keluar jendela. Sesampainya dirumah, ali langsung memasuki kamar dan mandi. Sedangkan prilly hanya menghela nafasnya dan duduk dibalkon kamar. Setiap kata-kata nessa masih terngiang ditelinganya, tanpa terasa air matanya jatuh. "aku sudah bilang, jangan ada urusan lagi sama dia. Akhirnya dia jadi ngelunjak kan" sahut ali datar yang tiba-tiba saja sudah ada disamping prilly, "tapi dia Cuma terobsesi sama kamu li, dia hanya ingin merasakan sama apa yang aku rasakan. Tidak akan apa-apa kan kalau kita berbagi kebahagiaan dengannya" sahut prilly "mandilah, kamu pasti lelah. Aku akan memasak buat kita makan" sahut ali beranjak meninggalkan prilly tanpa ingin menjawab ucapan prilly Prilly menarik nafasnya dalam-dalam. "apa yang harus aku lakukan tuhan? Disatu sisi aku sangat iba dan prihatin melihat keadaan nessa, tapi disisi lain juga aku tidak rela dan ikhlas kalau harus berbagi suami dengannya. Apa aku egois kalau aku tidak memenuhi keinginannya?" Batin prilly * Prilly turun kebawah dan menuju meja makan, sudah tersaji beberapa makanan bergizi disana. Dan terlihat ali yang hanya memakai kaos polo warna putih dan celana piyama sedang menata meja makan. Prilly tersenyum menatap ali. "Walaupun sedang mengerjakan pekerjaan wanita, dia masih terlihat tampan dan cool. Semakin hari dia semakin mempesona" Batin prilly "sudah cukup mengagumiku, sayang" sahut ali yang entah sejak kapan sudah berdiri dan melihat kearahnya sambil menggulum tawanya. "siapa yang mengagumimu, pede banget kamu" sahut prilly dan menghampiri ali "ayo makan sayang," ali menarik salah satu kursi dan mempersilahkan prilly duduk. ali mengambil nasi dan lauknya untuk prilly. "gak usah sayang, aku bisa sendiri ko" sahut prilly menahan tangan ali "tidak apa-apa sayang, aku hanya ingin memanjakanmu" sahut ali tersenyum dan menyimpan nasi untuk prilly dihadapannya, "makan yang banyak yah, bie. Dan makan sayurannya yang banyak" sahut ali "baiklah pa dokterku sayang" sahut prilly terkekeh dan mulai menyuapkan makanan dihadapannya dengan lahap. *** 2 hari sudah berlalu, anna menghubungi prilly dan memberitahukan prilly kalau nessa masuk lagi kerumah sakit. Membuat prilly semakin bingung dan gak tau harus gimana. Prilly terus mondar mandir didalam kamar menunggu ali pulang, hingga sebuah pelukan mengagetkannya. "sayang, kamu sudah pulang" sahut prilly "iya, kenapa bie? Kamu terlihat resah sekali" sahut ali menghadapkan badan prilly kearahnya "nessa li, dia masuk rumah sakit lagi" sahut prilly dan ali hanya membuang nafas kasar dan meninggalkan prilly hendak masuk ke toilet tapi prilly menahannya. "li, menikahlah dengannya. Aku ikhlas kamu madu" sahut prilly gugup dan bersusah payah menahan airmatanya agar tidak jatuh Ali mengepalkan jarinya hingga memutih, rahangnya mengeras dan berbalik kearah prilly menatapnya penuh pertanyaan. "aku gpp li, aku ikhlas berbagi suami dengannya. Aku ingin menolongnya, aku benar-benar merasa iba padanya. Dan apa salahnya aku berbagi kebahagiaan dengannya lagian hanya 3bulan saja, apa salahnya kita beri dia kesempatan." Sahut prilly menatap ali serius Tanpa disangka ali memukul pintu toilet yang berada disampingnya "BRAK.." Membuat prilly kaget, terlihat amarah dimata ali, membuat prilly mundur dan spontan memegang perutnya. "KAMU BILANG APA BARUSAN? MENIKAH DENGAN NESSA? KAMU PUNYA OTAK GAK SICH? KAMU NOLONG ORANGLAIN DENGAN MENGORBANKAN HATI KAMU SENDIRI DAN AKU. AKU SUDAH NURUTIN MAU KAMU, AKU NURUTIN KEINGINAN KAMU UNTUK BERBAGI PERHATIAN KEPADANYA DAN BERPURA-PURA PERDULI PADANYA, KAMU NYURUH AKU SLALU DISAMPINGNYA DAN MEMBIARKAN ISTRI AKU YANG SEDANG HAMIL SENDIRIAN, KAMU NYURUH AKU BUAT BAHAGIAIN NESSA. AKU SELALU NURUTIN MAU KAMU. TAPI UNTUK KALI INI AKU TIDAK AKAN PERNAH MENIKAHI DIA SAMPAI KAPANPUN JUGA. AKU BUKAN BONEKA KAMU, PRILLY. AKU PUNYA HATI" Bentak ali dan meninggalkan prilly sendiri yang terpaku dan terdengar suara pintu yang dibanting kencang. Prilly terisak seraya memegang perutnya. "Baru kali ini ali semarah itu padaku, apalagi sampai memanggil dengan nama prilly. apa semarah itu kah dia? Aku merasa sakit hati karena dibentak olehnya, tapi disisi lain dalam hati ini ada perasaan lega dan bahagia karena ali masih memikirkan perasaanku" Batin prilly * Ali bersandar dibalkon sebuah hotel dekat rumah ali, dengan mengisap rokok yang berada ditangannya. Ali menatap lurus kedepan. "sebenernya apa yang ada dipikiran prilly, karena dia terlalu baik atau karena memang dia gak cinta sama gw? Kenapa semudah itu dia nyuruh gw nikahin wanita lain dan nyuruh gw berbagi cinta dan kebahagiaan dengan oranglain. Gw gak bisa prill, gw gak bisa" Batin ali hingga dikagetkan oleh suara seseorang. "sejak kapan loe ngerokok?" Ali menengok dan mendapati evan disampingnya masih lengkap dengan pakaian kerjanya. "ada apa lagi sich li? Sampai-sampai loe nyuruh gw harus segera kesini, loe berantem sama prilly? kenapa?" Tanya evan meminum minuman kaleng yang sedang dia pegang. "prilly meminta gw menikah dengan nessa" sahut ali datar, membuat evan menyemburkan minuman dimulutnya. "jorok loe" sahut ali cuek sambil meneguk minuman kaleng dihadapannya. "apa gak salah? Apa prilly ngidam? Ngidam ko aneh banget" Tanya evan sambil mengelap mulutnya dengan tissue "dia gak lagi ngidam, gw juga gak ngerty apa maksudnya" sahut ali lalu ali menceritakan semuanya yang dialami nessa, dia dan prilly. "jadi s nessa sakit kanker otak. Kasian juga yah" sahut evan "iya memang kasian, tapi gak harus gw juga ikutan jadi korban kan" sahut ali menghembuskan nafas kasar "lagian kenapa prilly mau ngorbanin perasaannya sendiri yah" Tanya evan "gw juga gak tau, gw benar-benar dilema dan kesal pada prilly, gw jadi ngeraguin perasaan prilly sama gw" sahut ali frustasi "jangan suudzon dulu li, mungkin prilly hanya gak tega sama keadaan nessa. Jadi dia niat beri nessa kesempatan lagian hanya 3bulan aja. Kenapa gak loe terima aja sich, itung-itung loe bantu dia disaat-saat terakhirnya" sahut evan "gw gak bisa van, gw gak cinta sama dia. Lagian gw gak mw buat nessa bahagia karena kebohongan dan Cuma karena rasa kasihan. Gw bener-bener gak bisa" sahut ali seraya mengambil satu buah rokok dan hendak menyalakannya dengan api tetapi langsung direbut evan dengan bungkus rokoknya dia buang. "heh ngapain sich loe? Balikin dech" sewot ali "gak, udah cukup loe ngerokoknya." Sahut evan Disisi lain, prilly tertidur dalam keadaan tidak tenang, dia gulang guling di kasur dan sesekali turun kebawah dan melihat keluar rumah memastikan apakah ali sudah pulang atau belum. "apa ali tidak akan pulang? Apa ali semarah itu padaku?" Batin prilly, prilly menatap jam dinding sudah menunjukkan pukul 11 malam "apa ali tidak akan pulang? ya allah apa aku sudah sangat bersalah pada suamiku? sampai dia tidak pulang sampai sekarang" sahut prilly terisak memeluk bantal yang biasa dipakai ali dan mencium aroma parfum bekas ali. "ya allah apa yang harus aku lakukan sekarang? kenapa sesakit dan seperih ini rasanya? aku harus apa dan bagaimana ya allah?" prilly terus terisak tanpa henti. ***
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN