Bab 1: Lelaki Buaya Darat
Nayla--gadis manis berusia enam belas tahun dan memiliki sepasang lesung pipi menghiasi pipi tirusnya. Mata indah dengan bulu mata yang lentik dan bibir merah tanpa polesan lipstik membuat kecantikannya semakin sempurna. Putri tunggal dari sepasang suami istri yang sudah berusia lebih dari setengah abad tersebut sangat dimanja oleh orang tuanya.
Lima belas tahun penantian setelah pernikahan mereka, membuat Nayla diperlakukan layaknya benda yang terbuat dari keramik yang sangat berharga. Orang tuanya sangat memanjakan Nayla dan berusaha membaur dengan pergaulan putrinya itu.
Nayla, Friska dan Elena adalah tiga orang gadis yang telah bersahabat sejak mereka mulai bersekolah di SMA Negeri 3 Bukittinggi ini. Kesamaan hobi membuat mereka menjadi sangat lengket satu sama lainnya. Dua gadis tersebut juga sangat akrab dengan mama Nayla, begitu juga sebaliknya.
Rumah Nayla adalah markas ternyaman untuk mereka berkumpul. Hidangan yang lezat pasti akan selalu dihidangkan untuk menemani mereka bercerita oleh Bi Surti yang sudah berkerja di rumah tersebut sejak Nayla masih balita.
"Nay, Bintang kok lama banget? Kita jadi jalan, kan?" tanya Friska yang sudah tidak sabar menunggu kedatangan Bintang--kekasih Nayla yang bersekolah di SMA PSM Bukittinggi.
"Jadi, kok, Friska. Palingan bentar lagi sampai," jawab Nayla sambil terus berusaha menghubungi Bintang melalui ponsel Nokia keluaran terbaru miliknya.
Nayla sebenarnya merasa tidak enak hati pada dua sahabat dan kekasih mereka. Setiap mau pergi jalan, pasti Bintang selalu datang terlambat. Namun, Nayla tidak pernah bisa marah pada pemuda yang sudah menjadi kekasihnya selama dua bulan itu. Pemuda tersebut selalu saja memiliki alasan yang bisa diterima Nayla dan membuat gadis manis berlesung pipi itu memaafkannya.
"Halo, Sayang! Kamu udah dimana? Teman-teman udah nunggu lama, lho!" ujar Nayla sesaat setelah panggilannya diangkat oleh Bintang.
"Maaf, Sayang! Aku nggak bisa ikut jalan hari ini. Mama aku minta ditemani ke pasar. Besok mau ada acara keluarga di rumah. Mama mau belanja banyak. Makanya aku harus nemanin. Kasihan mama kalau pergi sendirian," jawab Bintang. Dari nada suaranya, Nayla dapat menangkap kalau kekasihnya itu sedang merasa bersalah karena sudah ingkar janji.
"Ooo ... ya udah, deh. Salam buat mama, ya," ujar Nayla lirih. Sebenarnya ia kecewa, tetapi ia tidak mungkin memaksa Bintang untuk menemaninya, sedangkan pemuda tersebut sedang bersama mamanya.
"Kamu jangan marah, ya. Aku janji besok kita bakal jalan berdua. Aku bakal ngajak kamu ke mana pun kamu mau," janji Bintang.
"Iya, aku nggak marah, kok. Hari ini aku langsung pulang aja. Nggak jadi ikut jalan bareng yang lain." Nayla mencoba menenangkan Bintang yang merasa bersalah.
"Ya, udah! Aku jalan dulu, ya. Nggak enak mama nunggu kelamaan." Bintang mengakhiri pembicaraan.
Nayla menarik napas panjang dan menyimpan ponselnya ke dalam kantong tas sandangnya. Ini bukan pertama kalinya Bintang mengecewakan Nayla. Ia sudah beberapa kali ingkar janji tanpa berniat mengabari Nayla terlebih dahulu. Seandainya tadi ia tidak memghubungi Bintang, mungkin sampai saat ini, gadis bermata indah itu masih menunggu dan berharap kekasihnya itu datang.
"Gimana, Nay? Udah di mana si Bintang?" tanya Elena.
"Dia nggak bisa ikut, Elena. Dia harus ngantarin mamanya ke pasar karena besok ada acara keluarga," jawab Nayla.
"Kalau gitu kita berangkat sekarang, ya!" ajak Nando kekasih Elena.
Ia sebenarnya tidak percaya kalau Bintang pergi mengantar mamanya ke pasar. Dari beberapa kali pertemuan, Nando dapat menilai kalau Bintang adalah anak berandalan dan bukan tipe laki-laki setia. Ia tidak habis pikir, mengapa Nayla bisa jatuh cinta pada pemuda yang berbeda karakter dengannya.
"Aku nggak usah ikutan, ya. Mau langsung pulang aja," ujar Nayla lesu. Ia merasa tidak enak pada teman-temannya yang sudah ikut menunggu dari tadi.
"Nggak boleh, Nay. Kamu harus ikutan. Kita, kan, udah atur rencana hari ini sejak jauh-jauh hari." Friska memaksa dan disetujui oleh Elena dan kedua kekasih mereka.
Akhirnya dengan terpaksa Nayla mengikuti kedua sahabatnya yang menggandeng tangannya kiri dan kanan. Sementara itu, kedua pemuda yang menjadi pasangan mereka mengikuti dari belakang.
--
Angkutan kota yang ditumpangi kelima remaja tersebut berhenti di Pasar Atas, sebuah pusat perbelanjaan yang cukup terkenal di kota Bukittinggi. Kelima remaja tersebut langsung melangkah menuju Nasi Goreng Haji Minah yang terletak di sebelah selatan pusat perbelanjaan tersebut.
"Kalian boleh pesan apa saja. Hari ini aku yang traktir," ujar Randi.
Beberapa hari yang lalu, ia baru saja memenangkan pertandingan sepak bola antar klub bola yang ada di seluruh provinsi Sumatera Barat. Untuk merayakan kemenangannya itu, ia mengajak teman-teman dan kekasihnya untuk makan-makan sepuasnya.
Walaupun label tempat makan yang mereka kunjungi adalah nasi goreng, di sana juga tersedia berbagai macam jenis makanan lainnya. Nayla memesan pisang panggang kesukaannya. Makanan yang berbahan dasar pisang yang dibakar lalu dihidangkan dengan roti gabin (sejenis biskuit) dan disiram dengan santan dan s**u kental manis.
Namun, saat makanan yang mengunggah selera itu dihidangkan di hadapannya, gadis berlesung pipi tersebut hanya mengaduk makanan tersebut tanpa selera. Ia kecewa pada sikap Bintang. Harusnya kekasihnya itu memberi tahu, tanpa ia harus menelepon terlebih dahulu. Jadi, ia tidak perlu menunggu berlama-lama tanpa kepastian. Ia merasa tidak enak hati pada teman-temannya atas perbuatan Bintang.
Ini bukan pertama kalinya, pria kesayangannya itu berbuat seperti ini. Bintang selalu mempunyai banyak alasan jika mereka pergi bersama-sama seperti saat ini. Ia lebih suka, mengajak Nayla jalan berdua, walaupun tidak pernah mendapat izin oleh mama Nayla. Akhirnya, mereka berdua hanya ngobrol di rumah Nayla, dan Bintang akan mencari berbagai macam alasan agar bisa segera pulang.
Setiap jalan dengan Elena, Friska dan kekasih mereka, Bintang selalu ogah-ogahan. Padahal sebelum mereka jadian, Nayla sudah menjelaskan bagaimana hubungan persahabatan antara Nayla dan kedua sahabatnya itu. Dua bulan mereka jadian dan Bintang adalah pacar pertama Nayla, tetapi ia sama sekali tidak merasakan hal-hal yang membahagiakan seperti kedua sahabatnya.
Ingin rasanya ia mengakhiri hubungannya dengan Bintang. Namun, ia sudah terlanjur sayang pada pemuda yang sudah membantunya saat jatuh dari sepeda motor--tidak jauh dari rumahnya beberapa bulan yang lalu.
Saat itu Nayla pergi membeli sarapan pagi ke warung yang hanya berjarak sekitar satu kilometer dari rumahnya. Berhubung kedua orang tuanya sudah pergi sejak pagi ke rumah keluarga yang sedang mengadakan acara pesta pernikahan, Nayla nekad menggunakan sepeda motor walaupun ia belum begitu lancar mengendarainya.
Namun, nahas waktu Nayla menghindari seekor kucing yang sedang menyebrang, ia yang belum terbiasa mengendarai sepeda motor langsung terjatuh. Bintang yang saat itu berada tidak jauh dari tempat Nayla dengan sigap membantu gadis tersebut dan mengantarnya pulang. Sejak saat itu, hubungan mereka menjadi dekat dan mereka memproklamirkan diri sebagai sepasang kekasih dua bulan yang lalu.
"Jangan diaduk terus makanannya, Nay!" Friska mengagetkan Nayla yang sedang melamun.
"Eh ... iya." Nayla gelagapan karena katahuan sedang melamun.
"Tunggu ... lihat ke arah jam tiga, itu bukannya Bintang?" tanya Elena.
Tanpa menunggu lama keempat pasang mata milik Nayla dan yang lainnya langsung menoleh ke arah yang ditunjuk oleh Elena. Benar saja, di sana tampak Benni sedang jalan bergandengan dengan seorang gadis yang menggunakan seragam SMP. Mereka terlihat sangat mesra dan tertawa lepas. Jantung Nayla berdetak kencang melihat pemandangan yang tersaji di hadapannya.
--
Bulir bening jatuh membasahi kedua pipi Nayla. Friska yang melihat sahabatnya menangis, langsung berjalan keluar dari tempat mereka makan. Ia mengambil kerikil dan melempar punggung pemuda tidak tahu diri tersebut. Bintang yang merasa punggungnya nyeri akibat sambitan kerikil Friska menoleh ke belakang dan terkejut melihat Friska, Nayla dan Elena sudah berdiri di situ.
"Oooh ... jadi mama kamu sekarang sekolah di SMP, ya?" tanya Friska sinis.
"Tukang bohong kamu, Bintang. Teganya kamu bohingin aku kayak gini!" Nayla mendorong tubuh Bintang. Tangisnya tidak terbendung lagi. Hatinya sakit akibat pengkhianatan Bintang.
"Sudah, Nay! Jangan kotori tangan kamu untuk pengkhianat kayak dia," ujar Elena.
Gadis tersebut memeluk Nayla dan menenangkan sahabatnya itu.
Bintang hanya diam mendapat serangan dari Nayla dan sahabat-sahabatnya. Ingin rasanya ia membalas perbuatan mereka, tetapi nyalinya langsung ciut saat melihat dua pria yang mengawasi mereka tidak jauh dari tempatnya berdiri saat itu.
"Eh ... anak SMP, hati-hati jangan percaya pada cowok b******k ini, kamu cuma bakal dijadiin mainan," ujar Friska lagi. Walaupun badannya paling mungil, Friska adalah gadis yang pemberani.
Mendengar ucapan Friska, gadis berseragam SMP yang berdiri di samping Bintang menangis dan meninggalkan pemuda berkulit putih tersebut, setelah menampar pipinya terlebih dahulu.
Friska tertawa melihat wajah Bintang yang memerah menahan marah dan malu.
"Awas, kalian!" ancamnya sambil menunjuk wajah Friska.
"Coba aja kamu berani macam-macam sama mereka, aku bikin kamu jadi pergedel. Dasar banci! Laki-laki tukang selingkuh itu tidak ada bedanya dengan banci," teriak Nando.
Nyali Bintang langsung ciut mendengar ucapan Nando. Ia tahu kalau kekasih Elena itu adalah pelatih karate dan sudah berkali-kali meraih juara tingkat daerah maupun nasional. Sebelum Nando murka, Bintang memilih untuk pergi dari sana dengan menahan malu karena menjadi tontonan orang-orang.
Setelah kepergian Bintang, Rendi segera membayar makanan mereka yang belum habis dan mengantar gadis lugu tersebut pulang ke rumah. Friska dan Nayla memutuskan untuk menemani Nayla dan meminta izin pada orang tua mereka untuk menginap di sana.
Mendapat luka seperti ini, Nayla menampik cerita orang-orang kalau masa SMA adalah masa yang paling indah karena bukan hal tersebut yang dirasakannya saat ini.
--
Persahabatan mereka bertiga memang terlihat aneh karena setiap mau jalan sama cowok, selalu bertiga. Mereka tidak pernah mau pergi berdua-duaan. Itu jugalah salah satu sebab Bintang memilih untuk berpaling dari Nayla. Namun, bagi Nayla persahabatan jauh lebih penting dari seorang pacar yang tidak menghargai persahabatan yang sudah dijalinnya sejak awal ia masuk SMA.
SMA Negeri Tiga Bukittinggi adalah saksi persahabatan mereka. Persahabatan yang tulus, tanpa ada embel-embel dibelakangnya. Jika yang satu kecewa, maka yang dua lagi akan segera menghibur agar sahabat mereka bisa kembali tersenyum.
Sajak putus dari Bintang, setiap hari kedua sahabatnya itu menghibur Nayla. Mereka tidak mengizinkan gadis baik itu terluka terlalu lama.
"Udah Nay, cowok kayak Bintang nggak pantas kamu tangisi. Kamu beruntung, baru jalan dua bulan, sudah ketahuan kalau dia cowok tukang selingkuh. Sekarang, kamu harus buktikan ke dia, kalau dia sudah salah mengkhianati kamu," hibur Friska. Gadis itu merasa puas karena sempat melempar Bintang dengan kerikil saat dia kepergok lagi jalan sama cewek lain.
"Aku sedih, Friska ... aku nggak terima dibohongin kayak gini," jawab Nayla sambil tersedu.
"Harusnya kamu bahagia, Nayla. Kamu bisa cepat terbebas dari buaya kayak Bintang. Coba kamu bayangin, kalau kalian udah jalan bertahun-tahun, dan kamu udah cinta mati sama dia, baru ketahuan bohongnya. Pasti kamu akan ngerasa lebih sakit dari ini," tambah Elena.
Sebenarnya Friska dan Elena kurang setuju saat Nayla memperkenalkan Bintang kepada mereka. Sebagai siswa yang bersekolah di salah satu SMA favorit di Kota Bukittinggi, kenapa Nayla malah jatuh cinta pada Bintang? Memang untuk ukuran wajah, Bintang bisa dibilang ganteng. Senyumnya bisa membuat luluh cewek-cewek yang melihat. Namun, Friska dapat merasakan kalau Bintang hanyalah seorang playboy yang kapan saja bisa menyakiti sahabatnya itu. Apalagi ia bersekolah di SMA swasta yang terkenal dengan siswanya yang nakal dan suka bikin onar.
Friska dan Elena sempat membahas soal ini, dan pada akhirnya, sebagai sahabat, mereka memilih untuk mensupport keinginan Nayla karena tidak ingin menghapus sinar kebahagiaan di wajah sahabat mereka itu.
Setelah putus dengan Bintang, satu minggu lamanya, Nayla diberi waktu untuk bersedih oleh kedua sahabatnya. Mereka selalu setia mendengarkan ocehan dan tangisan Nayla.
Di hari kedelapan, Nayla kembali bangkit dan melupakan semua hal tentang Bintang. Ia kembali menjadi gadis yang ceria dan berprestasi. Saat itu ia berjanji akan menghabiskan masa SMA-nya tanpa ada lagi drama cinta-cintaan. Ia tidak mau lagi terluka.