bc

Ratik : Sang Penakluk

book_age12+
3
IKUTI
1K
BACA
drama
ambitious
poor to rich
like
intro-logo
Uraian

Setelah bebas dari penjara karena tuduhan pelecehan s*****l yang tidak ia lakukan akhirnya Ratik memutuskan untuk pergi ke Jakarta untuk memulihkan nama baiknya. Ratik yang kini ditinggal sang ibu harus berjuang sendiri menaklukkan kerasnya kehidupan ibukota sampai akhirnya dia bertemu Ainun wanita misterius yang membantu Ratik mencapai tujuannya.

chap-preview
Pratinjau gratis
Awal Mula
Ratik adalah seorang pemuda yang terlahir dari keluarga menengah kebawah, ia dibesarkan oleh seorang ibu tunggal karena ayahnya meninggal ketika ia dilahirkan. Ratik pun juga harus putus dari pendidikan sekolah menengah atas karena terkendala biaya, namun ia tumbuh dengan sangat baik. Bahkan, ia sempat belajar dipondok pesantren dan dikenal dengan anak yang sangat sopan juga baik. Malam ini seperti biasa Ratik pulang dari mesjid setelah sholat isya', dan kebetulan jaraknya cukup jauh dari rumahnya. "Wah lampunya mati," keluhnya karena ia harus melewati jalan gelap dengan berjalan kaki dimalam hari, "padahal tadi masih hidup," sambungnya. Kamudian samar-samar Ratik mendengar suara memohon pertolongan, serta rintih penuh tangis dari semak semak yang tak jauh dari jalan gelap. "Tolong! Hikss Hikss," rintihnya penuh tangis. Ratik yang tak sengaja mendengar itu jadi menajamkan pendengarannya, awalnya ia kira hanya halusinasinya saja. Namun, ketika ia mendengar suara tangis itu kembali, Ratik kemudian segera melangkah penuh berani kearah semak-semak pusat suara itu berasal. Dengan mata melebar, Ratik tak menyangka bahwa seseorang yang ia kenal telah dilecehkan oleh seseorang. "Astaghfirullah!" teriaknya, lalu kemudian segera menendang tubuh seorang laki-laki tua itu agar manjauh dari temannya. BRUKKK!! Lelaki tua itu tersungkur jatuh ketanah dengan celana masih terbuka. Ketika lelaki tua itu hendak berdiri dan melawan, Ratik segera melayangkan sebuah pukulan membuat lelaki tua itu tak sadar. Ratik kemudian menoleh kearah Junaeha namun berpaling kembali karena melihat bajunya yang sudah compang camping dan terbuka akibat dilecehkan oleh lelaki tua itu. "Astaghfirullah," ucapnya, sambil menutup mata. Ratik kemudian segera membuka baju Koko yang ia kenakan untuk ia berikan kepada Juaneha hingga tersisa koas putihnya saja. "Pakailah Junaeha!" pintanya, namun Junaeha duduk terdiam dan menangis saja. Ratik yang mengerti akan musibah yang dialami oleh Junaeha, lantas berinisiatif untuk langsung saja menutupi bagian tubuh Junaeha yang terbuka agar tertutup kembali. BUGH!! Namun tanpa disangka, lelaki tua itu tersadar dan langsung menghantam kepala Ratik dari belakang, hingga membuat Ratik jatuh terkapar. Junaeha yang melihat hal itu didepan matanya lantas menjerit kencang, hingga membuat orang-orang yang baru saja pulang dari pengajian jadi mendengar. "Hei w***********g!" sarkas lelaki tua itu, segera mencengkeram erat kedua pipi Junaeha dengan sebelah tangannya, "Jangan coba coba kamu memberitahu orang-orang bahwa aku yang telah memperkosamu! Kalau tidak, kamu dan kedua orangtuamu bakal aku habisi!" ancamnya tak main main, membuat Junaeha begidik ngeri dan tak bisa berkata apa-apa. Ketika lelaki tua itu berdiri dan berbalik ingin pergi, tanpa diduga tangan Ratik mencengkram untuk menahannya pergi namun hal itu tak berarti. Lelaki tua itu kembali menginjak tangan Ratik agar terlepas dan ia pun berhasil untuk kabur dari tempat kejadian. Tak lama kemudian orang-orangpun berbondong datang dan melihat Junaeha duduk ketakutan tak jauh dari Ratik yang masih terkapar lemas ditanah. "Kalian berdua sedang apa?" tanya para warga penuh heran, pasalnya Junaeha dan Ratik berada disemak-semak yang gelap dan hanya diterangi sinar rembulan. Junaeha yang sedari tadi duduk diam segera berdiri dan berlari kearah warga untuk meminta pertolongan, "Tolong saya pak!" Para wargapun heran sekaligus kanget melihat kondisi Junaeha yang sangat miris, "Kamu kenapa Junaeha? Kenapa pakaian mu compang camping seperti ini?" "Saya---," sahutnya tersekat dengan isak tangis, "saya telah diperkosa." Seketika orang-orang pun kaget dan beristighfar. Astaghfirullah. "Ratik. Ratik telah melecehkan saya," sambungnya dengan gamblang. Seketika orang-orang menoleh kearah Ratik yang kini mencoba berdiri dibantu oleh warga lainnya. "Apa itu benar, Ratik?" tanya salah satu warga yang penuh tak percaya. Ratikpun terheran dengan pernyataan dari Junaeha, "Itu tidak benar pak, saya tidak mungkin melakukan hal itu." "BOHONG!" tegas Junaeha dengan sulut kemarahannya. "Dia berbohong pak!" Ratik hanya bisa menggeleng-gelengkan kepala mendengarnya, tak tau harus berbuat apa. "Kamu jelas-jelas merayu ku kemudian menyeret ku kemari lalu dengan tak tahu malunya kamu melecehkanku," sambung Junaeha sembari mengeluarkan air matanya. "Tidak Junaeha! Tolong katakan yang sebenarnya, jangan memberi kebohongan!" pinta Ratik dengan suara lembutnya. "Aku tidak mungkin melakukan hal yang hina seperti itu." Seketika orang-orang pun jadi berfikir, karena Ratik adalah pemuda yang baik dan tidak mungkin ia tela melakukan hal yang memalukan seperti ini. Melihat warga yang ragu atas pernyataan Junaeha, membuat Junaeha tak ada pilihan lain. "Apa musibahku ini suatu kebohongan?" tanya Junaeha menggebu-gebu. "Apa aku sengaja meminta oranglain untuk melecehkanku agar aku menuduh mu? Aku tidak sehina itu," ucapnya tanpa merasa bersalah. Mendengar itu membuat warga jadi semakin tersulut emosi, pasalnya Junaeha adalah korban dan tak mungkin ia berbohong akan hal itu. Tentu para warga percaya bahwa Ratik telah memperkosa Junaeha. Belum Ratik melontarkan kata untuk membela diri, wargapun berbondong untuk melayang kan pukulan serta tendangan kepada Ratik yang sudah tak berdaya itu. BUGH!! BUGH!! "Mari kita seret dan arak dia keliling kampung." pinta salah satu warga yang berkumpul kepada Ratik yang kini kembali berbaring lemah tak berdaya. Ratik diseret paksa dalam keadaan wajah penuh darah serta tubuhnya lemah. ***** Disisi lain, ibunda Ratik menunggu sang anak kembali pulang. Karena tak biasanya Ratik ke masjid hingga selarut ini. "Ratik kenapa belum pulang, ya?" tanyanya dengan gelisah, karena perasaan seorang ibu pasti peka terhadap anaknya. "Bu Ningsih, Bu Ningsih." ucap Agus seraya memanggil dengan terbata-bata. Bu Ningsih pun menoleh, "Ada apa Gus?" "Gawat Bu! Gawat!" "Apanya yang gawat, Gus?" tanyanya lagi penuh penekanan. "Bang Ratik Bu, Bang Ratik diarak warga menuju ke kantor desa." sahutnya, membuat Bu Ningsih seketika terlonjak kaget dan tanpa bertanya ia segera berlari keluar tanpa memperhatikan kakinya yang berjalan tanpa beralaskan sandal. Bu Ningsih berlari, tanpa mempedulikan kakinya yang tertusuk kerikil tajam dan bebatuan yang tak diaspal. Karena begitu paniknya sebagai seorang ibu, membuat dirinya tak merasakan sakit hanya karena luka kecil seperti itu. "Anakku, anakku." teriaknya memanggil dari kejauhan, membuat Ratik yang kini duduk lemah ditanah jadi menoleh pada sang ibu yang tengah berlari kearahnya. "Ibuk," ucapnya lemah. Bu Nungsih kemudian langsung memeluk anaknya penuh haru, mengusap wajah anaknya yang lebam berlumur darah serta tak karuan itu, "Kamu kenapa bisa seperti ini, nak?" ucap Bu Ningsih penuh tangis ketika mengamati wajah anaknya lamat-lamat. Anak yang ia besarkan seorang diri penuh perjuangan, bekerja banting tulang agar bisa memberi anaknya makan agar tidak kelaparan,  kini sedang mendapat penghakiman dari warga. Hati seorang ibu mana yang tak tega melihat anaknya terluka? "Ini ada apa, pak?" tanya Bu Ningsih sembari memeluk anaknya ditengah kerumunan warga. "Anak saya salah apa sampai kalian main hakim sendiri?" "Anak ibu hina! Dia telah melecehkan seorang wanita." sahut salah satu warga. Segera Bu Ningsih menggelengkan kepalanya, "Tidak mungkin! Anak saya tidak mungkin melakukan hal itu, saya membesarkannya dengan baik. Tidak mungkin anak saya serendah itu." "Tapi sang korban mengaku bahwa anak ibuklah yang telah melecehkannya." "Tidak mungkin!" ucapnya lemah, penuh tak percaya. Lalu kemudian kembali menoleh pada anaknya yang lemah. "Semua itu tidak benar kan, nak?" tanyanya menyakinkan diri. Ratik hanya bisa menunduk lemah serta meneteskan air matanya, seperti sudah tak sadar akan dirinya karena terlalu banyak mendapat amukan warga. "Ibuk, maafkan aku," pintanya dengan suaranya yang lemah. "Tidak nak, kamu tidak salah apa-apa." Bu Ningsih kembali memeluk erat anaknya. "Ibuk yakin kamu tidak bersalah," tangisnya sembari mengecup kening anaknya. "Sudah! Sudah!" seka salah satu warga. "Mari kita seret kembali ke kantor desa agar dia dihukum seadil-adilnya. Setuju?" Warga yang lain pun mengangguk setuju, lalu kembali merampas Ratik dari pelukan ibunya dan menyeret pemuda yang telah lunglai itu secara paksa. "Ratik, anakku." teriaknya kembali berupaya mengejar sang anak, sebelum kemudian ia jatuh pingsan dan tak tersadar.

editor-pick
Dreame-Pilihan editor

bc

Scandal Para Ipar

read
707.9K
bc

Marriage Aggreement

read
87.0K
bc

Pulau Bertatahkan Hasrat

read
639.9K
bc

Life of An (Completed)

read
1.1M
bc

Patah Hati Terindah

read
82.9K
bc

JANUARI

read
48.8K
bc

Life of Mi (Completed)

read
1.0M

Pindai untuk mengunduh app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook