Bab 6

426 Kata
"Duduk di depan." Ucap Althaf dingin. Syifa kaget, rasanya dia belum pernah dekat dengan lelaki lain, kecuali dengan Abi nya di kampung. "Kamu pikir saya sopir kamu, jadi duduk di depan." Geram Althaf. "I-iya." Gugup Syifa. Akhirnya Syifa pun duduk di depan, tentunya dengan Rindu yang masih setia di gendongannya. "Bunda tau nggak?" Tanya Rindu memecah keheningan. "Tau apa sayang?" "Kata Bu gulu Lindu dapet nilai 100 tapi sama Bu gulu diambil dulu 20, terus kalo Lindu nulisnya udah bagus yang 20 itu ental dikasih lagi ke Lindu." Ucap Rindu. "Makanya Rindu harus rajin ya sayang belajar nya." Nasehat Syifa. "Lindu mau di ajalin sama Bunda. Kayak temen Lindu Bun, meleka juga belajar sama Bundanya." Lirih Rindu. "Rindu." Panggil Althaf dingin. "Apa Yah? Mau malah lagi sama Lindu?" Cicit Rindu. "Yaa Bunda, Lindu mau di ajalin sama Bunda." Mohon Rindu, matanya sudah berkaca kaca. "I-iya sayang, Bunda pasti ngajarin Rindu kok." Ucap Syifa gugup. Akhirnya mereka pun telah sampai di apartemen Althaf. "Masuk." Perintah Althaf. "Assalamualaikum." Ucap Syifa. Syifa berdecak kagum. Apartemen ini sungguh mewah. Kemarin Syifa di kejutkan dengan rumah milik nenek Raina yang mewah, dan sekarang Syifa dikejutkan lagi dengan apartemen milik Althaf. Sebenarnya sekaya apa keluarga ini? Yang dilihat oleh Syifa semuanya pasti serba mewah, beda 180° dengan rumahnya di kampung. Hufftt, lagi lagi dia ingat akan kehidupannya. "Sudah berapa lama kamu tinggal di kota? Melihat apartemen ini saja kamu sudah segitunya." Sinis Althaf. "E-eh maaf Tuan." Syifa malu sekarang. Jiwa miskin nya meronta ronta. "Bunda ayo kita ke kamar Lindu." Ajak Rindu. Althaf berjongkok di hadapan Rindu. "Rindu duluan saja ya. Ganti baju ke bibi, Ayah mau ngomong sama dia." "Bunda Ayah." Ucap Rindu sambil mengerucutkan bibirnya. "Iya." Rindu menghampiri Syifa. "Bunda jangan pulang ya, Lindu kan mau belajal sama Bunda." "I-iya sayang." Jawab Syifa. "Yeay, makasih Bunda." Ucap Rindu sambil memeluk Syifa erat. "Lindu ke kamar dulu ya." Imbuhnya. Lagi lagi perasaan hangat yang dirasakan oleh Syifa. "Kita bicara di ruang tamu." Ucap Althaf. Syifa hanya mengikuti langkah Althaf. "Maksud kamu apa?" Tanya Althaf to the point. Althaf selalu saja to the point. Syifa hanya mengernyitkan dahi bingung. "Tiba tiba datang di kehidupan anak saya, dengan embel embel Bunda." Sinis Althaf. "Saya tidak mempunyai maksud apa apa Tuan." Ucap Syifa. "Perlu uang berapa supaya kamu bisa menjauhi anak saya?" Tanya Althaf. "Tuan, saya emang orang miskin. Tapi saya tidak sehina ini, demi Allah saya tidak punya maksud apa apa." Ucap Syifa dengan nada tinggi. Althaf tersenyum sinis. "Berani sekali kamu, di rumah orang teriak seperti itu." Syifa sadar akan ucapannya yang meninggi. Dia hanya beristighfar dalam hati. "Saya minta maaf Tuan." Ucap Syifa. "Jauhi anak saya sekarang." Ucap Althaf penuh penekanan. "Maksud kamu apa?" Suara itu menginterupsi keduanya, dan melihat siapa yang datang. "Bunda." "Nenek." Ucap Althaf dan Syifa.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN