Firasat Istri
Elina dan Arhan saat ini sedang berdua di kamar mereka. Keduanya sedang duduk di tempat tidur membahas suatu hal.
Arhan mengusap perut Elina yang kian membesar karena usia kandungannya kini sudah mencapai delapan bulan.
"Aku senang banget deh sebentar lagi anak kita lahir. Dia pasti secantik kamu," ucap Arhan tersenyum menatap sang istri.
Elina pun ikut tersenyum dipuji oleh Arhan.
"Semoga anak kita sehat ya mas," ucap Elina.
Arhan pun mengangguk.
"Oh iya sayang, usaha kita kan semakin maju tuh. Gimana kalau kita beli mobil? Supaya kita juga lebih mudah kalau ada keperluan," ucap Arhan.
"Memangnya kita bisa beli mobil, mas? Penghasilan kita kan gak seberapa," ucap Elina.
"Bisa kok. Aku ada tabungan sedikit jadi bisa untuk DP mobilnya. Nah untuk cicilannya kita berjuang sama-sama ya. Kita cari yang cicilannya murah aja sayang," ucap Arhan.
Elina tampak diam mempertimbangkan hal itu. Arhan lalu meraih tangan Elina dan menggenggamnya.
"Kamu gak perlu khawatir. In Syaa Allah kita bisa kok. Lagi pula kalau kita naik motor terus gak akan cukup sayang. Apa lagi sebentar lagi kamu melahirkan," ucap Arhan.
"Aku juga ingin sih mas tapi aku takut kalau aku gak bisa bayar cicilannya aja," ucap Elina.
"Bisa. Kamu percaya ya sama aku," ucap Arhan
Elina pun mengangguk.
"Ya udah terserah kamu aja," ucap Elina.
Beberapa minggu kemudian,
Elina kini telah melahirkan putri kedua mereka secara normal di sebuah klinik. Ia ditemani oleh sang ibumertua karena Arhan harus mengurus pelanggan yang ingin mengambil barang di toko mereka setelah ia mengantar Elina ke klinik tadi.
"Mas Arhan kok belum datang juga ya bu?" tanya Elina pada ibu mertua.
"Mungkin masih belum selesai nak mengurus pelanggan," ucap ibu mertua.
Elina pun mengangguk.
"Iya bu," ucap Elina.
Satu jam kemudian Arhan pun tiba di klinik dan menemui Elina. Arhan datang bersama dengan putra mereka. Terlihat senyuman terukir di bibir Arhan saat melihat putrinya yang telah lahir ke dunia.
"Masya Allah akhirnya anak kedua kita sudah lahir ya sayang," ucap Arhan menatap wajah sang buah hati dengan senyum bahagia.
Elina pun tersenyum dan mengangguk.
"Iya mas Alhamdulillah ya anak kita sehat," ucap Elina.
"Ma tadi abang sama ayah pergi ke showroom lho," ucap Adit, putra pertama mereka.
Sementara Arhan tersenyum kikuk dengan tangannya yang menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
"Kamu ke showroom, mas? Ngapain?" tanya Elina.
"Heheh iya sayang. Aku udah ambil mobil yang mau kita beli," ucap Arhan.
Elina dan bu Anita tampak terkejut mendengar pernyataan tersebut.
"Kamu beneran ambil mobil itu? Mobil yang kita lihat minggu lalu?" tanya Elina.
Arhan pun mengangguk.
"Iya sayang. Menurut aku mobil itu cocok untuk keluarga kita," ucap Arhan.
"Tapi kan mas cicilannya lumayan lho. Nanti kalau kita gak bisa bayar cicilannya gimana?" tanya Elina.
"Bisalah. Kalau gak bisa ya gak mungkin aku berani banget untuk ambil mobil itu," ucap Arhan.
"Bukannya kamu bilang kita ambil mobil yang cicilannya murah aja? Terus kenapa ambil yang itu?" tanya Elina.
"Udah gak apa-apa. Kamu jangan banyak bicara. Nikmati aja. Lagi pula mobil itu gak diam aja kok di rumah. Aku akan menggunakan mobil untuk cari uang. Aku akan menjadi driver online jadi setiap harinya kita bisa mendapat penghasilan yang bisa digunakan untuk makan dan nabung. Nah jadi nanti uang toko bisa untuk bayar cicilan," ucap Arhan.
"Kamu kenapa nekat sih, Han?" tanya Anita.
"Udah ibu tenang aja. Sekarang kita pulang. Aku udah urus semuanya," ucap Arhan.
.........
Sejak saat itu, Arhan dan istrinya mulai bekerja sama untuk mengatur keuangan rumah tangga mereka. Elina mengurus bisnis pakaian mereka di toko sedangkan sang suami mulai bekerja sebagai driver online. Namun sejak Arhan menjadi driver online, dirinya menjadi sangat jarang sekali memiliki waktu bersama istri dan anak-anaknya. Ia sering sekali pulang larut malam dengan alasan untuk menambah penghasilan.
Dua tahun kemudian.
Elina saat ini sedang duduk di sebuah kursi di meja makan. Ia sudah menghidangkan makan malam tersebut sejak satu jam yang lalu. Namun Arhan masih belum juga pulang.
Adit lalu menemui Elina.
"Ma, papa udah pulang belum? Adit udah laper," ucap Adit.
Elina lalu melihat ke arah jam dinding yang telah menunjukkan pukul sembilan malam.
'Mas Arhan kenapa belum pulang juga ya? Padahal ini udah jam sembilan malam. Biasanya kan paling lama dia pulang jam delapan.' ucap Elina di dalam hatinya.
"Kamu udah laper nak?" tanya Elina.
Adit pun mengangguk.
"Iya ma," ucap Adit.
"Ya udah kamu duduk sini biar mama siapkan makan untuk kamu ya. Kamu makan duluan aja. Biar mama yang menunggu papa pulang ya," ucap Elina.
Adit pun mengangguk. Elina lalu mempersiapkan makanan untuk Adit.
Kini jarum jam sudah menujukkan pukul sepuluh malam namun Arhan masih juga belum pulang. Elina semakin gelisah karena Arhan sama sekali tidak ada kabar apa pun.
"Udah jam sepuluh tapi mas Arhan kok belum pulang juga ya? Gak ada kabar juga," gumam Elina.
Tok Tok Tok
Di saat sedang mencemaskan sang suami, pintu rumah diketuk oleh seseorang.
"Kayaknya itu mas Arhan deh. Alhamdulillah mas Arhan udah pulang," gumam Elina.
Elina lalu bergegas membukakan pintu untuk suaminya.
Ceklek!
"Alhamdulillah akhirnya mas pulang juga. Aku dari tadi nungguin mas," ucap Elina lalu menyalim tangan suaminya.
Arhan tak menjawab dan langsung masuk ke rumah. Elina lalu menutup dan mengunci pintu kemudian menyusul suaminya.
"Mas sudah makan malam?" tanya Elina.
Arhan pun mengangguk.
"Tolong siapkan air panas ya untuk aku mandi," ucap Arhan.
Elina pun mengangguk.
'Ternyata mas Arhan udah makan. Padahal dari tadi aku nungguin dia untuk makan malam bersama.' ucap Elina dengan rasa kecewa di dalam hatinya.
Elina lalu beranjak dari sana untuk menyiapkan air panas untuk mandi Arhan. Setelah itu ia pun pergi ke meja makan dan makan malam sendiri di sana.
Elina makan sambil melamun.
'Kenapa akhir-akhir ini mas Arhan beda sekali ya? Sejak menjadi driver online mas Arhan menjadi jarang sekali ada waktu untuk aku dan anak-anak. Padahal biasanya setiap weekend dia selalu ajak kami untuk jalan-jalan.' ucap Elina di dalam hatinya.
.........
Elina dan Arhan kini telah berada di atas tempat tidur. Saat Arhan baru saja akan tidur, Elina memulai pembicaraan.
"Mas," panggil Elina pada Arhan.
"Ada apa?" tanya Arhan.
"Kenapa kamu pulangnya lama?" tanya Elina.
"Tadi temenku rental mobilku untuk menghadiri pernikahan kakaknya," ucap Arhan.
"Kok tumben kamu gak bilang sama aku?" tanya Elina.
"Gak sempat. Tadi sibuk banget. Besok pagi aku kasih ke kamu ya uangnya. Aku capek banget," ucap Arhan.
"Ya udah kalau gitu," ucap Elina.
'Bahkan mas Arhan juga sudah enam bulan ini tidak meminta haknya padaku. Padahal biasanya paling enggak seminggu sekali dia selalu meminta haknya sama aku. Tapi kenapa sekarang dia seperti gak peduli? Mas iya dia kuat gak meminta haknya selama enam bulan. Kan gak mungkin. Apa jangan-jangan ada sesuatu yang dia sembunyikan dari aku ya?' ucap Elina di dalam hatinya dengan curiga.
...........