Satu.
Menghirup udara pagi yang sangat segar.
Mentari sedang duduk di kursi yang ada di taman kampus sambil menunggu kelasnya di mulai.
Dia tersenyum saat melihat sekelilingnya, sudah banyak mahasiswa yang sudah datang juga. Mereka asik bersenda gurau dengan teman mereka.
Sementara dia hanya sendiri tidak punya satu orang pun di sisinya, kalau kalian tanya apakah dia kesepian?
Jawabanya tidak, karena dia memang sangat suka menyendiri, sunyi itu membuat nya merasa tenang, menikmati hidup tanpa harus terlibat masalah dengan orang lain.
Tapi bukan berarti dia tidak punya teman sama sakali, dia punya teman dari kecil namanya Mila.Tapi mereka beda kampus jadi jarang bertemu.
Mentari beranjak dari duduk nya, karena sebentar lagi kelasnya akan di mulai. Mentari berjalan menuju kelasnya.
Buk..
Seseorang melempar sampah tepat di hadapan Mentari.
"Eh lo, buangin tu sampah." ucap orang itu seenaknya.
Mentari menunduk dan mengambil sampah yang ada di dekat kakinya. Lalu dia berjalan menuju tong sampah untuk membuang nya.
Ini sudah biasa terjadi, tapi dia tidak mau ambil pusing. Jika ada siapa pun yang berusaha membulli nya, dia selalu diam saja. Dari pada harus berdebat dengan orang- orang itu. Membuang-buang waktu saja.
"Pagi cupu..." sapa salah satu teman di kelas Mentari.
Mentari hanya acuh dan melewatinya begitu saja. Bukan sombong, percuma di jawab mereka hanya akan mengejeknya saja.
"Ck, udah cupu b***k lagi lo." gerutu orang itu sebal, saat Mentari mengabaikannya.
Berpura-pura tuli itu jauh lebih baik batinnya
Dia segera duduk di kursinya. Dan tak lama dosen mata pelajaran pertama pun masuk.
***
Mentari sedang menikmati makan siangnya. jam segini kantin lagi ramai-ramai nya.
Namun ke adaan yang tadinya ramai mendadak hening . Saat seseorang memasuki kantin dengan gaya angkuhnya. Suasana menjadi sepi tak ada yang berani bicara.
Mentari melihat ke arah orang itu yang sedang berjalan dengan angkuhnya. Dia BENJI lebih tepatnya BENJI LAKSONO, orang yang paling di takuti di kampus ini. Ah ralat, mungkin bukan di kampus ini saja, tapi di mana pun dia berada, semua orang pasti takut dengan Benji.
Mata tajam yang selalu mengintimidasi orang-orang yang melihatnya. Belum lagi tato yang memenuhi tubuhnya bahkan sampai ke lehernya. Penampilan nya saja sudah sangat menyeramkan.
Tapi walaupun begitu, dia mempunyai wajah yang sangat tampan,Tubuhnya yang tinggi dan tegap membuat dia terlihat sangat mencolok.
Sayang nya dia memiliki aura yang sangat gelap, seperti memiliki tembok untuk menghalangi orang-orang agar tidak mendekatinya.
Dirinya dan Benji punya kesamaan yaitu sama-sama tidak punya teman di kampus ini.
Orang-orang tidak mau berteman denganya karena dia cupu. Tapi kalau dengan Benji karena mereka takut dan tidak mau berurusan dengan pria itu.
Walaupun sebenarnya banyak yang mau berteman dengannya. Apa lagi kaum hawa banyak yang menyukainya, Mentari sering dengar teman sekelasnya sering memuja-muja pria itu. Tapi mereka tidak berani mendekati.
Mentari menggelngkan kepalanya kenapa dia jadi memikirkan Benji. Lebih baik dia menyelasaikan makan siangnya.
Tuk
Seseorang meletakan nampan yang berisi makanan di hadapan Mentari.
Semua orang melihat ke arah mereka sekarang.
Mentari mengerutkan keningnya, tumben ada orang yang mau satu meja denganya. Dia mendogak untuk melihat siapa orang tersebut.
Seketika matanya melebar
"Uhuk uhuk.." dia sampai tersedak sangking kaget nya.
Dia memukul-mukul dadanya, lalu segera meraih minumanya.
Sedang kan pria di depan nya, terus melihat ke arah nya dengan wajah datar dan tatapan yang tajam.
Mentari langsung menundukan kepalanya takut. Kenapa Benji ada di depan nya, apa pria ini marah gara-gara dia terus memperhatikanya tadi.
Apa dia tau, padahal tadi Benji sama sekali tidak melihat kearahnya.
Keringat dingin mulai muncul di tubuh Mentari. Berada di dekat Benji benar-benar menyeramkan rasanya.
Tidak mau berlama-lama Mentari langsung mengambil tas nya, lebih baik dia pergi saja.
"Duduk"
Suara berat itu menghentikan Mentari yang baru akan beranjak dari tempatnya.
Mentari terdiam kaku apa yang harus dia lakukan.
"DUDUK GUE BILANG" suara bentakan Benji mengelegar di seluruh kantin.
Semua orang terlonjat kaget mendengarnya.
Tubuh Mentari bergetar takut, bahkan matanya sudah berkaca-kaca.
Dia kembali duduk dengan gerakan kaku, sama sekali tidak berani melihat ke arah pria yang masih menatap nya tajam.
Oh tuhan apa salahnya, batin nya. Seumur-umur dia tidak pernah di bentak sekuat tadi.
Rasa malu, takut semuanya menjadi satu. Mentari menghapus air matanya yang sudah keluar.
"Gue nggak suka di bantah lo ngerti." Benji mendesis kesal.
"Ma.. maaf" cicit Mentari berusaha menahan isakannya.
Ini lah yang paling tidak di sukai Mentari. Kenapa dia harus menjadi orang yang lemah, sehingga orang lain sangat mudah untuk menindasnya walau dia tidak punya salah sekali pun.
Jangan bilang sekarang Benji juga mau ikut-ikutan menindas nya. Mentari terus menunduk dia sama sekali tidak berani menatap ke arah Benji.
Benji melanjutkan makanya tampa mempedulikan perempuan yang terus menunduk di hadapanya.